Chapter 19

2.3K 376 120
                                    

"Ohm, gimana??" Dengan bergegas Nanon menyambut Ohm dan Prigkhing yang baru saja keluar dari ruang kesehatan.

Raut cemas jelas tergambar karena Nanon merasa ialah yang membuat si gadis terluka. Bukan hanya fisik, tapi juga batin atas luapan amarah Ohm lewat tamparan kerasnya.

Prigkhing pasti kaget dan kecewa -pikir Nanon

"Nggak ada yang serius. Cuma lecet aja dan udah diobatin. Kamu nggak usah khawatir." Ujar si tampan menenangkan kekasihnya. Lalu netra setajam elang itu beralih menatap Prigkhing. "Dan kamu, minta maaf sama Nanon. Kelakuan kamu keterlaluan."

Gadis manis yang sejak keluar ruang kesehatan sudah menunduk itu kini semakin meraut sedih. Prigkhing kehabisan kata yang bisa ia gunakan sebagai pembelaan.

"Maaf." Lirih Prigkhing ke arah Nanon.

Si lelaki mengangguk mengiyakan. "Aku juga minta maaf, Prig." Niat Nanon hendak berkalimat lebih panjang, tapi lirikan Ohm mengisyaratkan ia untuk berhenti.

"Udah kan? Lebih baik sekarang kamu pergi. Pergi dari sini dan jangan muncul lagi, Prig. Aku nggak mau liat kamu lagi." Wajah Ohm datar, sedatar nada yang ia gunakan.

"Ohm.."

"Masa lalu kita udah selesai, Prig. Kalau diungkit cuma buat nyakitin salah satu, ya buat apa?"

"......."

"Ayo Non." Tanpa menghiraukan Prigkhing Ohm menarik tangan Nanon membawanya pergi meninggalkan si gadis yang seolah kehilangan arah.

Pun jua raut cemas Nanon yang memperingatkannya untuk tak menyakiti Prigkhing lebih jauh. Semua diabai. Ia tetap berjalan menjauhi Prigkhing. Membiarkan si gadis menatap sendu punggungnya lalu berbalik ikut melangkah ke arah berlawanan.

Bukan Ohm, tapi Nanon yang beberapa kali masih menoleh ke belakang mencemaskan Prigkhing. Melihat bagaimana gadis itu melangkah lunglai bagai tanpa daya. Sampai..

"AWAS PRIG!!!!!"

Ckiiiiiit....

"OHM!!!"

Nanon berlari menyusul Ohm yang tiba-tiba saja bergerak cepat ke arah Prigkhing, meraih si gadis yang hampir tertabrak mobil karena pandangan kosongnya. Nanon sampai di hadapan ketika tubuh Ohm dan Prig sama-sama terguling di jalanan, beruntung mobil di depan mereka mengerem tepat waktu sehingga tak terjadi kecelakaan.

"Prig, nggak apa-apa?" Tanya Ohm pada si gadis dalam pelukan. Bagaimanapun Prig pasti kaget dan ketakutan, makanya Ohm berinisiatif tetap memeluknya.

"Ohm, aku takut.." gumam Prig berkaca.

"Lagian ngapain sih? Kenapa nggak hati-hati??"

"Aku pikir lebih baik mati."

"Maksud kamu?"

"Dew udah nggak ada, Ohm. Dan sekarang kamu juga mau pergi ninggalin aku. Terus aku sama siapa? Bukannya lebih baik kalau aku mati?" Gumam Prig makin tenggelam dalam luka yang jelas dilihat Nanon.

"......." Ohm masih coba mengabaikan.

"Kalian nggak apa-apa? Mau ke rumah sakit aja?" Si pengemudi mobil langsung turun mengecek keadaan korbannya yang tak bangun dari sisi jalan.

Ohm yang menjawab. "Nggak, Pak. Cuma kaget aja."

"Maksud saya tangan kanan kamu."

Deg.

Ohm baru sadar setelah melirik tangan kanannya di sisi badan. Penuh darah, merah mengalir. Telapaknya terluka ternyata.

Tapi kenapa ia begitu mati rasa?







ARES (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang