Chapter 14

2.7K 432 76
                                    

New adalah pribadi yang mudah bergaul. Berbanding terbalik dengan Nanon yang sangat tertutup dan lebih nyaman jauh dari kerumunan. Tapi dengan New yang menganggapnya bagai teman lama padahal mereka baru beberapa menit kenal, Nanon mulai mengurai canggungnya.

"Sambil diminum ya, Non." Secangkir teh hangat disajikan New pada si pemuda dimple yang duduk di ruang tamunya.

Nanon mengangguk dengan senyuman. Mengalih fokus yang sejak tadi tak lepas melihat interaksi Ohm dan Tay yang nampak lewat jendela kaca besar di samping pintu. "Terima kasih, Kak."

Wangi melati berbaur dengan bau khas teh menyergap indera penghidu Nanon begitu isi gelas disesap kecil. Aroma penuh ketenangan di tengah gelisah yang membekap relung jiwa.

"Nggak usah khawatir, Ohm sama Tay paling lagi diskusi masalah balapan di Jepang yang udah di depan mata kok." New bersuara setelah mendapati lirikan Nanon tak tenang berulang ke arah halaman di mana pujaannya berada.

Kali ini Nanon memandang New. "Kak, boleh aku tanya sesuatu?" Ragu Nanon melawan kelu.

"Soal?"

"Bang Tay. Apa Kakak nggak ngerasa sedih?" Pertanyaan tanpa konteks dari Nanon, tapi New langsung paham apa yang dimaksud si manis.

Ini soal kegagalan Tay. Soal kaki Tay yang jadi saksi luruh mimpinya.

New mendengus kecil. "Bohong banget kalau aku bilang nggak sedih, Non. Tapi kembali lagi, Tay begitu karena mengejar mimpinya. Lagi pula kalaupun tidak di arena balap, kita nggak bisa jamin dia bakal tetap selamat kan? Kecelakaan sama apes orang kan bisa terjadi di mana aja, Non."

"Tapi Ohm...."

"Ohm bukan kenal balapan baru setahun dua tahun. Sejak Junior High School di LA dia biasa pakai motor, Non. By the way udah pernah liat Ohm balapan?"

Nanon menggeleng sambil menunduk. Membuat New yang menatapnya tersenyum tipis. "Aku masih nggak nyangka orang pertama yang Ohm bawa kemari adalah anak semanis dan sepolos kamu, Non. Dia pasti nganggap kamu begitu istimewa."

Nanon tersipu lagi. Menyembunyikan rona dengan menunduk lebih dalam.

"Kapan-kapan ikut nonton dia balapan ya? Biar kamu lihat sendiri gimana hebatnya dia waktu balapan. Dia dan motornya seolah-olah kaya satu kesatuan. Mereka kaya terikat satu sama lain, Non."

"Kakak kenal Ohm udah lama?" Nanon memberanikan diri bertanya. Mendengar uraian New yang mendetail tentang Ohm, barangkali ia bisa menjawab rasa keingin tahuan Nanon tentan masa lalu Ohm.

"Hm." New memgangguk sekali.

"Tau tentang Dew?" Terlontar sudah rasa penasarannya.

Ada jeda sejenak dibalut diam. New seperti baru tersengat, menyadari Nanon tahu tentang eksistensi Dew.

"Maaf sebelumnya, Kak. Aku tau nggak seharusnya aku tanya soal ini. Tapi aku pengen lebih paham tentang Ohm, Kak. Tentang kehidupannya. Boleh nggak Kakak cerita sedikit tentang Dew?"

Yang dicecar tanya menghela panjang napasnya. Mengorek lagi luka yang dialami pemuda yang sudah ia anggap adik sendiri.

"Dew itu anak yang pendiam dan penurut, berbanding terbalik dengan Ohm. Dew juga suka melukis. Yang sering jadi objek lukisannya adalah Ohm. Aneh kan?" New mulai menjabarkan isi kepala tentang Dew.

Kekeh kecil mengusir canggung, kemudian New melanjutkan. "Aku sempet nanya kenapa dia ngelukis wajah Ohm, bukannya mereka kembar identik? Ngelukis Ohm berarti dia kaya ngelukis wajahnya sendiri kan? Tapi dia jawab, dia sama Ohm itu sangat berbeda. Wajah Ohm kelihatan penuh rona."

ARES (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang