Vote, follow, baru boleh baca yaa ;)
Pagi masih sama seperti kemarin. Sinar hangat mentari yang menelusup indah celah dedaunan, udara segar yang membawa semangat baru bagi setiap yang menghirup, serta awan tipis menghias kanvas biru di angkasa.
Tapi bagi Nanon pagi ini terasa sangat berbeda 180°. Mulai dari bangun dengan kantung mata mirip panda karena semalaman menangis, berangkat hampir telat dan susah payah mengejar bus terakhir pagi itu, serta ingatan kejadian semalam yang mengusik kepala.
Berjalan menunduk, Nanon dipandang penuh bisik jengah dari para mahasiswa selayaknya dulu belum ada Ohm di sisinya. Nanon kembali dipandang sebelah mata. Secepat itukah berita mereka putus menyebar di area kampus?
Ah, mungkin dia-lah pelakunya -pikir Nanon, mendapati di hadapannya di lorong kelas Ohm Pawat tengah digoda dan menggoda segerombolan gadis muda adik tingkat mereka. Bahkan satu gadis berambut panjang menggelayut manja padanya.
Menangkap kehadiran Nanon, Ohm memutuskan pergi dari gerombolan gadis-gadis tersebut. Berjalan berlawanan dengan Nanon, membuat langkah mereka sempat bertemu, berpapasan.
"Hei, pagi."
Nanon tak menyangka Ohm akan menyapanya. Menampakkan wajah seolah kemarin tak terjadi apa-apa. Dan antara mereka bukan apa-apa.
"P...pagi.." lirih Nanon ragu.
"Dia.. pacar kamu, Ohm?" Sambung Nanon melirik gadis berambut panjang yang kini sibuk mengobrol dengan temannya.
Ohm menggeleng. "Cuma ngajak nonton."
"Kamu iyain?"
"Iya-lah. Dari pada nggak ada kegiatan kan? Lagi pula suasana baru kayaknya emang aku butuhin."
"Hm.."
Ohm mengangguk, mengeratkan pegangan pada selempang tas punggung yang hanya disampir di pundak kanan, ia bermaksud meneruskan langkah sebelum Nanon kembali membuka suara.
"Ohm.."
Ohm yang sudah tiga langkah di depan terpaksa menoleh. Satu alis terangkat menanda adanya pertanyaan.
Nanon kembali ragu. Namun rasa cinta dalam hati memaksa ia berani, setidaknya mencoba barang sekali.
"Apa... betulan udah selesai?"
Deg.
Ohm menatap datar. Raut bajingan tanpa perasaan yang biasa ia gunakan menutup kelemahan.
"Begini lebih baik, Non. Dari pada bertahan tapi malah nyakitin kita."
"Ohm.."
"Tapi makasih banyak atas semuanya. Aku nggak nyangka bisa selama itu bertahan setia. Cuma sama kamu." Lalu meninggalkan Nanon tanpa membiarkan si manis merespon kalimatnya.
Nanon kelu. Perih menohok ulu hati membuat air mata merembes mendobrak pertahanan yang sedari pagi coba ia ciptakan. Memilih melanjut langkah, merubah tujuan dari kelas menuju club kesenian yang mungkin masih sepi orang. Nanon butuh ketenangan.
Namun niatnya harus urung, mana kala seorang yang sedari tadi menyaksikan perdebatan Ohm dan dirinya tiba-tiba berlari mendekat dengan raut keras khas dirinya.
"KENAPA NGGAK DIKEJAR, NON???" Sekejap mata, Pp sudah tepat ada di hadapan Nanon.
Nanon awalnya kaget, namun kemudian ia cepat menyesuaikan dan kembali menunduk dalam. "Buat apa, Pi? Nggak ada gunanya. Aku yang salah. Aku terlalu dalam lukain dia. Dia benci aku, apa boleh buat."
"KENAPA SELALU NYALAHIN DIRI SENDIRI SIH??" Pp benar-benar kesal dengan sikap pasrah Nanon. "LU LUPA BANYAK HAL SULIT YANG KALIAN LALUIN SAMPAI BISA BERSAMA?? PERTAHANIN DIA KALAU LU BENERAN CINTA, NON!! BILANG KE DIA SEMUA ISI HATI LU, JANGAN NURUT-NURUT AJA DITINGGALIN! TERIAK-TERIAK DI PARKIRAN, DATENGIN RUMAHNYA PAKAI SPEAKER, ATAU HAL GILA APAPUN ASAL LU NGGAK KEHILANGAN DIA!!" Dengan ngos-ngosan Pp mengungkap kekesalannya. Lalu melanjut berkata lirih. "Kecuali lu nganggep kalau antara kalian selama ini sama sekali nggak penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARES (OhmNanon)
FanfictionAres; Dewa perang dalam mitologi kuno Yunani. Putra Zeus dan Hera yang lekat akan kebrutalan, liar, darah, dan kehancuran. Bagi Nanon, Ohm adalah perwujudan Ares di dunia nyata. Brutal, semena-mena, tak bisa lepas dari kekerasan, namun parasnya beg...