Januari, 1999
"Gua heran deh kenapa lo bisa sesuka itu sama Sahaphap?" Tanya seorang gadis kepada pria yang kini duduk disebelahnya.
Pria itu tidak langsung membalas perkataan gadis itu, Ia masih menikmati pemandangan yang kini terpampang jelas di depan mereka, ditambah lagi dengan sosok yang kini mereka bicarakan tengah duduk di kursi taman dengan bukunya yang dapat mereka lihat dengan jelas dari atap.
"Gua gak tau." Balas nya sambil tersenyum melihat tingkah laku pria yang kini tidak lagi fokus pada bukunya, melainkan pada kucing yang beberapa menit lalu mendatanginya.
"Sahaphap beruntung banget ya punya lo." Ucap sang gadis sambil melihat ke arah fokus lawan bicaranya.
"Gua yang beruntung. Seorang Watthanasetsiri tanpa Sahaphap hanyalah sebuah nama, tidak berarti dan juga tidak istimewa. Dengan Sahaphap seorang Wattha hidup, punya kehidupan yang lebih baik, punya alasan untuk tersenyum setiap hari, dan punya masa depan yang harus diperjuangkan." Balas pria itu seakan tidak setuju dengan perkataan gadis disebelahnya.
"Kalau di kehidupan ini kalian tidak bisa bersama bagaimana?" Tanya gadis itu terlihat sangat penasaran akan pertanyaan acak yang tiba-tiba saja memasuki kepalanya.
"Jika di kehidupan ini gua dan Sahaphap tidak bersama, gua memilih untuk menjadi orang yang meninggalkan. Karena gua tau seorang Wattha tanpa Sahaphap akan mati, sama seperti sebelum gua bertemu Sahaphap. Meskipun di kehidupan ini gua dan Sahaphap tidak bisa bersama, gua janji, kehidupan selanjutnya kita akan bersama." Balas Wattha dengan senyuman dań masih menfokuskan pikirannya kepada pria yang masih setia bermain bersama kucing itu.
Gadis itu hanya bisa tersenyum mendengar jawaban seorang Wattha yang ia kenal selama tiga tahun ini. Ia sepertinya sedikit mengingat waktu pertama mereka bertemu. Wattha yang salah paham kepadanya karena selalu bersama Sahaphap yang notabenenya adalah sahabat kecilnya. Wattha memarahinya dan juga mengancamnya untuk tidak mendekati Sahaphap karena dia menyukai Sahaphap.
Gadis itu juga ingat bagaimana lucunya Wattha saat ia mengetahui bahwa ia salah paham, dan karena hal itu Wattha memanfaatkannya untuk mengetahui tentang Sahaphap. Seminggu sebelum aktif mendekati Sahaphap, Wattha mempersiapkan dirinya dengan segala macam informasi mengenai Sahaphap.
Wattha yang bertolak belakang dengan Sahaphap terlihat sangat serasi. Satu sekolah menjadi saksi bisu akan kisah mereka. Wattha terkenal karena dirinya yang selalu mengekori Sahaphap kemana-mana dan ajaibnya Sahaphap tidak mempermasalahkan akan hal itu, dia akan tegas menolak semua orang dan hanya membiarkan Wattha berada di dekatnya.
Tapi, sepertinya semesta masih meragukan perasaan mereka..
Semesta sepertinya masih enggan memberi mereka kesempatan.
Jawaban dari pertanyaan acak itu seolah menjadi pertanda..
Bahwa Wattha belum bisa bersama Sahaphap...
Bahwa Wattha dikemudian hari akan menjadi orang yang meninggalkan Sahaphap tepat seperti jawaban yang ia berikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/293820587-288-k728847.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
His Promise [END]
Romancekematiannya menjadi luka yang sangat menyakitkan bagi orang yang ia tinggalkan. Kehidupan mereka sebelumnya, sepertinya masih enggan untuk membuat semesta percaya akan cinta mereka. Lalu bagaimana dengan kehidupan ini? apakah semesta sudah memperca...