BAGIAN 20 : INSIDEN DAN DIALOG TEMAN LAMA

342 58 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment!!!

Happy Reading🎉🎉🎉

.
.
.
.
.

20. INSIDEN DAN DIALOG TEMAN LAMA

"Jonathan! Awas!"

"Regan!"

Sebuah balok kayu jatuh. Yang awalnya akan menimpa Jonathan, namun Regan mendorong tubuh Jonathan sampai akhirnya kayu itu menimpa dirinya. Regan langsung tergeletak tak sadarkan diri karena kayu itu membentur bagian belakang dan menimpa punggungnya. Sedangkan Jonathan terdiam ditempatnya setelah tersungkur akibat dorongan Regan. Otaknya masih memproses apa yang baru saja terjadi. Dihadapannya teman masa kecilnya itu baru saja menyelamatkannya dengan mengorbankan dirinya sendiri. Begitupun dengan temannya yang lain sampai suara Jendra menyadarkan mereka.

"Tolongin bego! Jangan cuma diliatin!"

Mereka langsung melepas jaket yang melekat di tubuh mereka untuk menghalau melindungi tangan mereka saat menyingkirkan kayu tersebut. Walaupun tak ada api yang berkobar disana tapi tetap saja kayunya cukup panas.

"Sekarang kita harus gimana? Kayu-kayunya mulai kebakar dan jatuh," ujar Dirga.

"Kita harus cepet-cepet keluar dari sini sebelum kita semua mati kebakar," ujar Gema.

"Ini gimana? Asapnya udah tebel uhukk...gue nggak bisa liat jalan uhukk..." ujar Rafka.

Benar apa yang dikatakan Rafka. Asap sekarang hampir memenuhi ruangan. Entah sudah beberapa kali mereka terbatuk-batuk karena asap kebakaran itu. Bahkan rasa sesak kini mulai menghimpit rongga pernafasan mereka.

Jonathan bangkit dari posisinya dibantu Sagara. Ia meringis. Ternyata kakinya terkilir. Dengan dipapah Sagara, ia mulai berjalan mendekati Regan yang dipapah Haidar dan Jendra.

"Regan bangun bego! Lo nggak boleh pingsan! Regan!" seru Jonathan sambil menepuk-nepuk pipi Regan berharap laki-laki itu bangun.

"Tenang, Jo. Regan pasti gapapa. Yang harus kita lakuin sekarang adalah gimana kita keluar terus bawa Regan ke rumah sakit," ujar Sagara.

"Gimana gue bisa tenang?! Dia kayak gini gara-gara nyelametin gue. Sekarang dia nggak sadarkan diri. Dan tadi kepalanya juga kebentur sama kayu yang cukup gede. Kalo dia kenapa-kenapa gimana?!" sentak Jonathan.

"Nggak usah mikir yang aneh-aneh. Sugesti buruk lo itu bisa jadi doa buat Regan," celetuk Ares.

Jonathan terdiam. Raut wajahnya memancarkan rasa bersalah. Bagaimanapun juga Regan adalah temannya. Teman masa kecilnya. Teman mana yang tidak khawatir saat temannya celaka? Meskipun Jonathan sempat membenci Regan. Tapi rasa khawatir terhadap teman manusiawi bukan?

"Kita nggak mungkin tamat hari ini, kan?" lirih Ajun sambil memegangi dadanya yang sesak. Tubuh laki-laki itu sudah mulai lemas karena minimnya pasokan oksigen yang masuk ke jalur pernafasannya. Kebanyakan yang ia hirup adalah gas berbahaya itu. Yohanes yang berada disebelah Ajun pun membantu menopang tubuhnya.

"Jangan ngaco!" sentak Mahesha.

"Lo nggak ada asma, kan?" tanya Yohanes.

Ajun menggelang. "Gue ngga punya asma pun uhukk... kalo gini kondisinya juga uhukk..tetap aja sesak nafas. Gas berbahaya semua yang gue hirup uhukk...uhukk."

"Sialan tuh orang," lanjutnya.

"Kita nggak boleh putus asa. Kita pasti bisa keluar. Ayo kita cari jalan keluarnya!" ajak Gema. Jauh di dalam hatinya sekarang, ia juga risau seperti ucapan Ajun melihat api yang sudah memakan tempat ini cukup banyak. Ditambah ia yakin jika pintu keluar pun pasti susah untuk mereka lewati. Mereka pasti mengunci pintunya.

DUA BELAS KSATRIA GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang