BAGIAN 19 : MASA LALU DANENDRA

327 59 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment!!!

Happy Reading

.
.
.
.
.

19. MASA LALU DANENDRA

Hujan turun begitu lebat malam ini. Hawa dingin yang dibawanya pun seakan-akan menusuk menembus ke dalam kulit. Seorang gadis yang sedang bergelung dibalik selimut tebalnya itu mulai menggeliat perlahan. Sepasang netra coklat tua itu perlahan mulai terbuka. Ia mendengus kala melihat jendela yang lupa ia tutup tadi sebelum tidur. Pantas saja rasanya sangat dingin hingga mengganggu tidur nyenyaknya.

Dengan langkah gontai, ia berjalan menutup jendela itu. Namun kegiatannya berhenti saat menatap rumah dihadapannya. Lebih tepatnya kamar diseberang sana yang tampak gelap gulita. Ayla, perempuan itu mengeryit bingung. Kemana perginya pemilik kamar? Ia jelas tahu jika Jonathan bukanlah tipekal orang yang suka tidur dengan keadaan gelap gulita. Ia bahkan tidak menyukai itu. Ayla melirik jam dinding dikamarnya. Jarum jam menunjukan pukul dua dini hari. Secara tiba-tiba, rasa khawatir terhadap temannya itu menghantui dirinya. Ini jelas bukan Jonathan.

Ayla segera menutup jendela kamarnya lalu berbalik mencari handphonenya. Iya, ingin memastikan jika laki-laki itu baik-baik saja.

Satu panggilan tak terjawab. Dua panggilan masih sama. Hingga di panggilan ke lima jawabannya pun masih sama.

Rasa khawatir itu semakin menghantui dirinya.

"Jo, lo kemana? Jangan buat gue khawatir," lirihnya pelan.

"Nggak, Ayla. Lo nggak boleh mikir macem-macem. Jonathan pasti baik-baik aja. Positif thingking dia lagi nginep dirumah temennya," ujar Ayla pelan. Namun meskipun begitu, rasa khawatir didalam hatinya tetap saja ada.

"Gue coba telpon Regan kali, ya?"

Maaf, nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan cobalah beberapa saat lagi

Ayla berdecak. "Kok malah nggak aktif? Apa mereka bareng, ya?"

Ayla memilih kembali ke kasur kesayangannya. Berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk yang menghantui kepalanya. Sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali menutup matanya, Ayla terlebih dulu mengirim pesan kepada Jonathan.

Ayla
Lo nginep dirumah temen?|
Kok kamar lo gelap?|
Hubungin gue kalo lo baca chat gue please|
Gue khawatir|
Nggak biasanya lo gini, Jo|

****

Gema mulai membuka matanya. Perlahan ia mengerjabkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Ia sedikit meringis karena rasa pening yang masih tersisa di kepalanya. Ia ingin mengusap tengkuknya yang terasa sedikit nyeri. Tapi? Tunggu? Kedua tangannya terikat. Bukan hanya tangan, namun juga kakinya.

"Eughhh..." lenguh beberapa orang yang lain menyusul Gema sadar dari pingsannya.

"Gue dimana?" ujar Ajun.

"Anjing! Kenapa kita semua di iket?!" seru Jonathan.

Gema menoleh. Memastikan ucapan Jonathan barusan. Benar. Semua temannya tertangkap dengan kondisi yang sama. Sama-sama terikat.

Jendra, laki-laki itu kini sedang berusaha melepaskan ikatan tali di tangan dan kakinya menggunakan otot-otot bisep miliknya.

"Sial! Susah banget lepasinnya!" runtuk Jendra. Namun ia tak menyerah. Ia harus bebas dari sini. Ada ibunya yang menunggu di rumah sendirian.

DUA BELAS KSATRIA GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang