BAGIAN 11 : MIRACLE

467 78 6
                                    

Jangan lupa vote dan comment!!!

Happy Reading🎉🎉🎉

.
.
.
.
.

11. MIRACLE

" Let's play the game, Danendra Akarsana."

Tidak seperti biasanya. Jendra kini sudah tiba di sekolah tepat pukul 6 pagi. Padahal biasanya ia akan tiba saat gerbang sudah ditutup ataupun paling cepatnya pun detik detik gerbang akan ditutup. Ia mempunyai misi sendiri hari ini. Ia akan menyelidiki Bagas. Ya, satu satunya pengguna narkoba yang ia tahu di sekolah ini.

Setelah memarkirkam motornya ia langsung bergegas menuju kelas 11 MIPA 5. Kelas dimana Bagas belajar. Sebenarnya ia tak yakin jika anak itu sudah datang. Di parkiran pun masih sepi tanpa ada kendaraan satupun. Ia hanya mengandalkan keyakinannya. Lagipula, Bagas adalah anak teladan dan kutu buku. Ah! Topeng yang sangat baik bukan? Semua orang berhasil dikelabuhi oleh akting wajah polos itu. Munafik! Mungkin memang benar, tak ada yang bisa dipercaya dari manusia. Mereka memasang topeng setiap hari. Menutupi kebusukan mereka dengan wajah malaikat tak berdosa. Bertingkah laku seperti tak ada apa-apa.

Sesampainya di sana, sama sekali tak ada siapapun. Kelas itu kosong tanpa penghuni. Namun hal itu tak membuat Jendral berbalik meninggalkan kelas itu. Ia memilih melangkah masuk setelah memastikan tak ada siapapun di sekitar.

"Mejanya dia yang mana ya?"

Jendral menatap satu persatu meja disana. Biasanya kutu buku lebih suka menyendiri. Menikmati dunianya sendiri tanpa ingin diganggu orang lain. Berarti kemungkinan Bagas duduk di pojok. Entah di pojok kiri atau di pojok kanan.

Jendral melangkahkan kaki menuju meja di pojok kiri. Memeriksa laci meja itu. Berharap bisa menemukan apapun yang bisa ia jadikan petunjuk. Namun meja itu hanya berisi beberapa buku paket saja. Beralih ke meja di pojok kanan. Ia yakin ini adalah meja Bagas.

"Buset! isinya sampah kertas semua. Nih anak mau sekolah atau mau mulung sih?!" gerutu Jendral. Padahal sebenarnya lacinya juga tak jauh beda. Perbedaannya hanya laci mejanya berisi sampah bungkus makanan yang ia tumbun di sana.

Jendral membuka satu persatu bola-bola kertas itu. Memeriksanya dengan teliti. Tak ada yang mencurigakan. Kertas kertas itu hanya berisi coretan angka hitungan matematika dan sisanya berisi gambaran abstrak. Namun di gumpalan kertas terakhir bertuliskan suatu pesan mencurigakan.

Gue tau lo lagi stres. Mau gue kasih tau nggak cara supaya stres lo hilang? Dijamin lo bisa lupain semua masalah lo. Kalo lo mau temuin gue di rooftop jam istirahat.

- M

Jendral mengerutkan keningnya.

M?

Siapa?

"Emang di sini ada rooftop ya? Baru tau gue."

Jendral mengeluarkan handphonenya lalu memotret kertas itu. Tugasnya sekarang adalah mencari tahu siapa di balik inisial M ini. Jendral bergegas mengembalikan kertas-kertas itu seperti semua. Lalu bergegas menuju rooftop sekolah yang tak pernah ia kunjungi.

****

Haidar termenung di kamarnya. Ucapan Han tadi malam masih terngiang-ngiang di kepalanya. Bahkan ia tidur pun tidak nyenyak. Bagaimana jika Han terlibat dalan penculikan itu? Beberapa kali Haidar berusaha menghilangkan pikirannya itu, namun tetap saja terus kembali. Ia tak bisa membayangkan jika itu benar terjadi. Ia akan sangat kecewa pada Han, papanya sendiri.

DUA BELAS KSATRIA GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang