Jangan lupa vote dan comment!!!
Happy Reading
.
.
.
.
.16. JEBAKAN
Ajun melangkahkan kakinya memasuki rumah. Sudah hampir tengah malam, namun lampu rumahnya masih menyala. Ia tebak jika papanya sedang berada di rumah setelah perjalanan bisnisnya.
Ajun menghela nafas. Ia sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini. Dengan langkah pasti, Ajun berjalan menuju kamarnya. Saat melewati ruang tengah, ia sedikit melirik sang papa yang menatapnya tajam dengan beberapa kertas di hadapannya. Ajun yakin itu adalah kertas ulangannya dengan nilai merah.
"Arjuna!"
Ajun menghentikan langkahnya tepat di anak tangga pertama. Ia berbalik menatap sang papa yang siap meledakkan emosinya kapan saja.
Wira bangkit dari duduknya menghampiri Ajun sambil membawa kertas-kertas ulangan itu.
"Apa ini?!"
Ajun diam menundukkan kepalanya.
"Sampai kapan kamu akan berubah, Arjuna?! Papa sudah bayar mahal supaya kamu di terima di SMA Garuda, lalu ini balasan kamu?"
"Kamu itu satu-satunya penerus perusahaan papa! Kalau kamu seperti ini terus mau jadi apa perusahaan nanti?!"
Ajun mendecih. "Arjuna nggak pernah minta papa buat masukin Arjuna ke sekolah sialan itu!"
Setelah mengatakan itu, Ajun langsung beranjak. Melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Arjuna! Papa belom selesai ngomong!"
Lagi-lagi langkah Arjuna kembali terhenti. Tanpa menatap papanya, Ajun berujar, "Kalo papa khawatir soal perusahaan papa, tenang aja. Ajun bakal belajar. Tapi bukan sekarang."
****
Ajun sedang menatap langit malam itu melalui balkon kamarnya. Kedua telinga tersumpal sebuah earphone yang telah ia hubungkan dengan handphonenya. Kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama lagu yang sedang terputar di kedua telinganya. Hingga sebuah lembaran batu mengenai tangannya yang sedang berada di pembatas balkon.
Ajun tersentak. Ia melepas kedua earphone itu dari telinganya dan menatap ke bawah mencari si pelempar batu itu.
Seorang gadis dengan rambut di ikat satu itu, mengkode Ajun untuk turun menemuinya.
"Nih" ujar perempuan itu saat Ajun sudah berada di hadapannya. Gadis itu menyerahkan sebuah buku kepada pemilik aslinya.
Senyum Ajun langsung mengembang saat menerima buku itu. "Good girl." ucapnya sambil mengacak rambut perempuan itu.
"Ini terakhir kalinya aku ngerjain tugas kakak," ungkap gadis itu.
Ajun yang semula tersenyum langsung mengubah mimik wajahnya mendelik kearah perempuan itu tak suka. "Kok gitu?".
"Udah malem. Aku pergi dulu," balas perempuan itu mengabaikan pertanyaan Ajun.
Ajun semakin mendelik kesal. Ia mencekal tangan perempuan itu sebelum kakinya beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BELAS KSATRIA GARUDA
Ficção Adolescente⛔ JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM BACA⛔ - Kami Ada Untuk Mereka - Kisah ini tentang dua belas murid SMA GARUDA yang awalnya saling bermusuhan namun akhirnya bekerja sama demi menjalankan sebuah misi besar. Menghilangnya beberapa siswa SMA GARUDA mem...