BAGIAN 2 : MUSUH BEBUYUTAN

871 123 3
                                    


Jangan lupa vote dan comment!

Happy Reading❤🎉

.
.
.
.
.
.

2. MUSUH BEBUYUTAN

" Semua punya kelebihan dan kekurangannya masing masing. Semua punya proposinya masing masing. Dan, semua punya titik terbaiknya masing masing."

Tidak pernah ada yang benar benar Ajun inginkan disini. Bersekolah di sekolah elite dan ternama di ibukota bukan suatu kebanggaan baginya. Mungkin jika orang lain akan penuh kegirangan karena berhasil menjadi salah satu murid di SMA Garuda. Namun Ajun adalah satu dari segelitir orang yang tidak pernah mengharapkan terjebak di dalam bangku sekolah SMA unggulan ini. Jika ia bisa memilih, ia lebih suka berada di atas kasur kesayangannya dan menyelami mimpi mimpi indahnya daripada harus menghadapi dunia yang kadang tak masuk akal dengan jalan pikirannya.

Ajun bukan anak yang pintar. Bahkan ia mendapat peringkat terakhir di setiap ujiannya. Ia tak suka belajar. Ia tak suka menjadi orang yang serius. Berkutat dengan buku penuh tulisan selama berjam jam ataupun kesana kesini mengikuti bimbel sama sekali bukan dirinya. Ah! Ia sangat tak suka itu.

Menurutnya di usianya yang sekarang belum saatnya ia menjadi orang yang serius. Ia masih muda. Masih ada banyak hal yang harus ia coba daripada menjadi orang serius yang tak bisa melakukan hal dengan bebas. Dunia ini menyimpan banyak hal yang menakjubkan. Dan di usianya yang sekarang waktunya berpetualang mencari hal menakjubkan itu. Karna jika tidak sekarang, kapan lagi? Masa remaja adalah waktu yang singkat. Maka, ambillah resiko sebesar besarnya. Jangan takut jatuh ataupun terluka. Karna kedua hal itu adalah yang biasa untuk anak remaja.

Beruntungnya, Ajun bertemu orang orang sepertinya. Orang orang yang suka kebebasan dan tak suka menjadi orang serius. Bergabung dengan anak anak penuh masalah yang keluar masuk ruang BK tak masalah baginya. Lagipula mereka lebih menyenangkan, katanya.

"Tuk!"

Sebuah penghapus tiba tiba melayang mengenai kepalanya. Membuatnya tersadar dari mimpi indahnya. Seorang guru wanita paruh baya dengan wajah garangnya menatap Ajun sambil berkacak pinggang.

"Bagus ya? Guru didepan sedang menjelaskan materi, kamu malah tidur! Kamu pikir ini rumah kamu?!" omel guru itu.

Dengan bodohnya, Ajun malah menunjukan cengiran polosnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Tadi malam saya nggak bisa tidur, Bu. Makanya tadi ngantuk, hehe." jawabnya.

"Suruh siapa kamu nggak tidur?! Keluar! Saya tidak suka dengan murid yang tidak bisa menghormati gurunya ketika sedang menjelaskan materi!" sarkas guru itu.

Tanpa membantah sedikitpun, Ajun melangkahkan kakinya tanpa beban keluar kelas. Dalam hati ia bersorak kegirangan. Toh! Ia lebih menyukai ini daripada duduk di kursi itu sambil mendengarkam materi. Sudah jelas kan? Ajun tidak suka belajar dan menjadi serius.

Namun tanpa di duga, Jendra yang duduk di sebelah Ajun ikut bangkit.

"Mau kemana kamu?" tanya guru itu.

"Keluar, Bu. Panas otak saya disini. Butuh angin buat dinginin," jelas Jendra.

Sudah tak heran jika Jendra ikut keluar mengikuti Ajun. Mereka selalu begitu. Keluar satu, yang lain juga keluar. Tak hanya Jendra yang keluar kelas tanpa disuruh. Melainkan juga ada Areska dan Sagara yang mengikutinya dibelakang. Sebenarnya masih ada dua orang lagi. Namun dua orang itu belum menunjukan batang hidungnya sejak pagi. Haidar dan Jonathan.

DUA BELAS KSATRIA GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang