BAGIAN 21 : KESEMPATAN KEDUA

323 54 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment!!!

Happy Reading🎉🎉🎉

.
.
.
.

21. KESEMPATAN KEDUA

Jendra memarkirkan motornya di halaman rumah. Setelah memastikan Regan sadar dan tak terjadi apa-apa, ia langsung pamit pulang. Ia takut ibunya mengkhawatirkan dirinya. Terlebih spam chat dan telepon dari ibunya waktu terjebak kebakaran yang tak sempat ia lihat membuatnya yakin ibunya kepikiran.

Baru saja membuka pintu, kedua netranya langsung menangkap sosok perempuan tengah duduk di ruang tamunya.

"Ngapain lo?"

Kalimat yang pertama kali Jendra lontarkan membuat perempuan itu mendongak menatap kearahnya. Maura, perempuan itu langsung bangkit dari duduknya menghampiri Jendra.

"Kamu dari mana? Kamu gapapa, kan? Kata tante Risti kamu nggak pulang semalem. Nggak terjadi apa-apa, kan?"

"Penting buat lo tau?" Jendra langsung melengos setelah mengucapkan kalimatnya. Namun dengan cepat Maura mencekal lengannya.

"Tante Risti khawatir sama kamu."

"Gue tahu." Jendra melepas paksa tangan Maura dari tangannya. "Gue mau nyamperin nyokap. Kalo nggak ada hal penting, lo bisa pergi."

Jendra langsung melangkahkan kakinya untuk menemui mamanya. Namun suara Maura berhasil membuat Jendra menghentikan langkahnya. Kalimat yang keluar dari mulut Maura berhasil membuat emosi dalam diri Jendra bangkit. Tangan laki-laki itu juga terkepal kuat.

"Papa kamu tadi kesini."

Tanpa memperdulikan Maura lagi, Jendra langsung berlari menemui mamanya yang ia yakini sekarang berada di kamar.

Sesampainya ia dikamar ibunya, ia melihat sang ibu tengah tidur dengan selimut yang menutupi hingga perutnya.

Jendra masuk dengan langkah pelan. Takut kedatangannya membuat sang ibu terbangun. Ia menyamakan posisinya dengan sang ibu. Setengah duduk dilantai dengan lutut yang ia gunakan sebagai tumpuannya. Tangannya terulur mengusap pelan tangan ibunya.

"Maafin Jendra, Ma. Jendra nggak ada waktu pria brengsek itu kesini. Jendra nggak bisa lindungin mama. Mama pasti abis di apa-apain sama dia, kan? Maaf Jendra telat," ucapnya lirih.

Seketika sosok Jendra yang kuat dan tegas lenyap seketika. Yang ada hanyalah sosok Jendra yang rapuh. Jendra sangat menyayangi mamanya. Hanya sang mamalah yang menjadi tumpuan hidupnya saat ini.

"Jendra..."

"Mama. Jendra ganggu tidurnya mama, ya?"

Wanita yang ia sebut mama itu menggeleng. Ia bergerak untuk bangkit dari posisinya. Dengan sigap, Jendra langsung membantu mamanya untuk duduk bersandar dikepala ranjang.

Risti, mamanya Jendra, menarik anaknya kedalam pelukannya.

"Kamu dari mana, Jendra? Mama hubungin nggak bisa. Mama khawatir sama kamu. Kamu gapapa, kan?" ucap Risti sambil mengusap rambut anaknya.

"Jendra baik-baik aja. Maaf udah buat mama khawatir. Tapi mama gapapa, kan?"

"Mama gapapa. Kamu bisa lihat mama nggak ada luka, kan? Mama istirahat cuma kecapean aja. Nggak ada yang perlu dikhawatirin."

"Katanya tadi pria itu kesini? Dia nggak ngapa-ngapain mama, kan?"

"Mama gapapa Jendra. Tadi ada Maura yang ngelindungin mama. Oh iya, Maura kemana?"

DUA BELAS KSATRIA GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang