Jangan lupa vote dan comment!!!
Happy Reading
.
.
.
.
.18. AWAL BENCANA
Tepat pukul 8 malam, kedua belas orang itu sudah berada di depan bangunan tua yang sedikit menyeramkan, lebih tepatnya dibalik semak-semak. Penjagaan bangunan ini cukup ketat. Membuat mereka harus benar-benar memutar otak supaya bisa menyelinap masuk. Gema yang berada di barisan depan menoleh ke arah Jendra yang berada tepat dibelakangnya.
"Gue yakin semua sisi bangunan ini di jaga ketat. Sulit buat kita masuk. Lo ada rencana?" bisik laki-laki bermata sipit itu.
Jendra terdiam sebentar. Bola mata laki-laki itu bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri menandakan jika ia sedang berfikir.
"Kita bagi tim?" ucap Jendra setelah beberapa saat diam. "Lagipula nggak mungkin kita masuk ke dalam bareng-bareng. Bisa-bisa kita ketahuan karena kebanyakan orang."
"Apa nggak terlalu beresiko kalo kita masuk dengan skala yang kecil? Perlindungan akan semakin sedikit," ujar Gema.
"Ada gue, lo, Regan, sama Mahesha yang jago beladiri. Apalagi Regan, dia atlet taekwondo. Setidaknya kalo kemungkinan terburuk kita ketangkep, kita nggak ketangkep semua. Jadi ada yang bisa selametin," jelas Jendra.
Gema mengangguk setuju.
"Lo pada bisik-bisik apaan sih?" desis Jonathan dari belakang.
"Kita bagi tim sekarang."
****
Jendra, Ajun dan juga Rafka melangkah memgendap-endap menuju sisi kanan bangunan. Mereka mendapat tugas menyelinap dari bagian kanan. Iya, mereka terpecah menjadi empat tim. Berusaha menyelinap dari berbagai sisi. Kanan, kiri, depan dan juga belakang.
Langkah Jendra berhenti saat kedua netranya melihat beberapa penjaga berada di sana sedang berjaga.
"Buset ini penjaganya banyak amat. Tadi di depan empat, disini. Belom lagi di sisi lainnya. Kalo kita ketahuan gimana? Gue belom mau mati!" ucap Rafka pelan.
"Lo jangan bikin takut anjir!" sentak Ajun menogor kepala Rafka.
"Gue bukan nakutin. Gue cuma mikirin kemungkinan terburuknya. Yang kita hadapin bukan sembarang orang. Kalo gue mati, gue belom pamit sana bonyok gue. Kalo jasad gue nggak ditemuin trus gue gentayangan gara gara nggak dikuburin dengan layak gimana?!"
"Mulut lo buset!" Ajun meraup bibir Rafka kasar. "Emang lo mau pamit gimana, Sat! Ma, pa, Rafka mau mati dulu, ya? Jangan lupa temuin jasadnya Rafka? Gitu?"
"Ya nggak gitu konsepnya, Jamal!"
"Bacot lo berdua! Gue lempar juga lo kedalam. Biar langsung mampus sekalian!" sentak Jendra geram membuat Ajun dan Rafka saling lirik.
"Temen lo serem amat dah," bisik Rafka kepada Ajun.
"Emang. Belom aja lo liat tuh anak mode macam. Beh! Genderuwo aja kalah seremnya ama dia."
"Lo berdua milih mampus ditangan gue apa ditangan mereka, hah!" ketus Jendra.
"Peace, Jen."
Ajun sedikit mengintip dari persembunyiaanya untuk melihat kondisi didalam.
"Cuma ada dua penjaga. Gas aja masuk. Kita bertiga juga," celetuk Ajun yang langsung mendapat hadiah toyoran dari Rafka.
"Nih anak begonya nggak kira-kira anjir! Lo mau bikin rusuh trus disamperin sama penjaga yang lain? Lo kalo mau mati konyol sendiri aja sono!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BELAS KSATRIA GARUDA
Roman pour Adolescents⛔ JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM BACA⛔ - Kami Ada Untuk Mereka - Kisah ini tentang dua belas murid SMA GARUDA yang awalnya saling bermusuhan namun akhirnya bekerja sama demi menjalankan sebuah misi besar. Menghilangnya beberapa siswa SMA GARUDA mem...