BAGIAN 3 : TENTANG JENDRA DAN KETIDAK-ADILAN

657 104 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment!!!

Happy Reading🎉🎉

.
.
.
.
.

3. TENTANG JENDRA DAN KETIDAK-ADILAN

"Ternyata benar. Keadilan semakin tak ada berharga didunia ini. Bahkan orang orang sudah bisa membelinya dengan seogok kekayaan."

Disinilah mereka sekarang, kamar mandi. Setelah mendapat ceramah dadakan dari Pak Darmo diruang BK, mereka mendapat hukuman membersihkan semua toilet di sekolah. Mereka sudah tak heran dengan hukuman ini. Sudah sering mereka mendapatkannya. Kadang mereka bingung, sebenarnya mereka datang ke sekolah untuk belajar atau menjadi tukang kebersihan? Hukuman yang selalu sama. Mungkin pihak sekolah kurang kreatif. Atau mungkin mereka yang sudah bingung menghadapi anak anak bandel seperti mereka? Entahlah! Tak ada yang tau jalan pikiran pihak sekolah.

"Ish..."

Jendra menatap dirinya di depan cermin dikamar mandi. Sudut bibirnya sedikit terluka dan pipinya sedikit lebam akibat pukulan Regan. Tak heran. Regan adalah atlet taekwondo terbaik disekolah ini. Bolak balik membawa pulang piala disetiap lomba yang ia ikuti. Dan Jendra benci jika orang lain berhasil melukainya. Lihat saja! Ia akan membalas pukulan Regan nanti. Walaupun Jendra bukan atlet taekwondo, tapi ia juga jago beladiri. Tanpa banyak orang ketahui, Jendra diam diam berlatih beladiri di suatu perguruan dekat rumahnya. Bahkan jika diperhatikan lagi, otot ditangannya sudah terbentuk sejak lama tapi selalu tertutup dengan seragam sekolahnya.

"Gapapa lo?" tanya Sagara yang sedari tadi memperhatikan Jendra.

"Sans. Begini doang mah nggak berasa buat gue," jawab Jendra.

"Tapi dari tadi lo liatin luka lo mulu tuh. Ke UKS sono. Obatin," ujar Jonathan yang ternyata juga memperhatikan Jendra.

"Gue cuma bingung nutupin nih luka gimana? Gue nggak mau bikin mama gue khawatir. Lo tau sendiri gimana kondisi mama gue. Gue takut penyakitnya kambuh karena khawatirin gue," jelas Jendra.

Inilah mengapa Jendra naik pitam ketika Rafka mengatakan dirinya adalah beban keluarga. Karena memang ia merasa seperti itu. Ia marah dengan dirinya sendiri karena belum bisa membahagiakan mamanya. Ia malah selalu membuat mamanya khawatir dan berakhir mamanya drop. Namun ia tak bisa mengontrol amarahnya sendiri dan melampiaskannya kepada orang lain.

"Nginep di rumah gue aja. Biar mama lo nggak liat lukanya," kata Ares memberi saran.

"Nggak bisa. Gue takut bajingan itu pulang trus ngapa-ngapain mama."

Mereka semua tau siapa yang dimaksud 'bajingan' oleh Jendra. Tak lain dan tak bukan adalah papanya sendiri. Mereka juga tau permasalahan terjadi dikeluarga Jendra. Papanya berselingkuh dan selalu main tangan kepada mamanya dan juga Jendra ketika pulang ke rumah. Sedangkan mamanya sering sakit-sakitan karena fisiknya yang lemah. Jendra adalah satu satunya pelindung mamanya dirumah. Ia akan melakukan apapun untuk melindungi mamanya. Termasuk menjadi anak durhaka karena selalu membantah dan tidak menghormati papanya. Lagipula ia tak pernah menganggap bajingan itu adalah papanya. Papanya sudah mati ditelan bumi sejak ia membawa perempuan murahan itu masuk kedalam rumahnya dan berakhir mamanya drop hingga perlu dirawah intensif beberapa hari di rumah sakit.

"Tenang aja. Nanti gue colongin dempulnya anak cewek buat nutupin luka lo," celetuk Haidar dari dalam salah satu bilik kamar mandi.

DUA BELAS KSATRIA GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang