- PART 6 -
"Selamat pagi bidadari-bidadari ayah!"
Semalam, hanya Dean yang pamit pulang kembali ke kediamannya untuk menemani sang mama, Shenna. Chika yang memang sedari kemarin siang sudah berniat menginap, karena hari ini weekend, semakin bulat saja tekadnya saat tahu ketambahan anggota baru, Gracia. Kalau Tania sih sudah pasti dimonopoli sama Valley, ayahnya si kembar.
"Pagi, mas.."
"Pagi, Ayah!" Anak-anaknya menjawab kompak, kecuali Jesslyn.
"Kak, sibuk banget kayanya." sindir Valley.
"Sindir terus!" sahut Jesslyn tanpa memalingkan wajahnya dari ponsel. "Ini temen kakak sok ngide mau kesini, padahal belum tau rumah kakak. Jadi dia spam chat minta dikirimin lokasi."
Valley mengangguk-angguk, paham situasi. "Siapa sih kak?"
"Indah."
"Indah tuh, yang waktu itu ketemu kita ya kak?" tanya Jessi ingin memastikan.
"Iya, Je."
Meski sama-sama duduk melingkari meja makan, kecuali Tania, mereka kembali pada kesibukan masing-masing. Chika yang masih berusaha membujuk Jessi agar mau memperkenalkan dia pada Gita, tentunya Jessi mengabaikan Chika dengan menyumpal telinganya menggunakan earphone sembari membaca, entah materi kuliah apa, di mejanya. Gracia yang tidak melakukan apa-apa selain menempelkan kening di meja, mau bantu mamanya, takut malah bikin rusuh. Jesslyn yang sudah merotasi kembali ponselnya setelah Indah tak lagi memborbardir personal chatnya, lumayan satu permainan.
Valley tersenyum, tidak salah pilihannya jatuh pada Tania Veranj. Perempuan itu tidak mengeluhkan keempat perempuan yang beranjak dewasa disana, yang tidak membantunya sama sekali.
Pria yang tak lagi muda itu menghampiri Tania, tidak memeluk seperi kebanyakan adegan romantis di novel, dia hanya berdiri bersandar memunggungi kabinet. Tidak terlalu dekat, bahaya kompor dan cipratan-cipratan minyaknya.
"Terima kasih ya, sayang?"
"Iya sama-sama, tapi untuk apa?"
"Untuk semuanya." Valley beranjak, mengambil cangkir lalu dituangkan bubuk kopi beserta gula dan air panasnya. "Kamu mau kopi juga gak?"
"Tolong teh aja ya sayang."
"Okey ma.."
Tak berselang lama, kegiatan memasak Tania pun selesai. Kali ini Jesslyn berinisiatif membantu mamanya menyusun makanan di meja makan. Sejujurnya, dia sungguh merindukan keluarga yang lengkap, merindukan mamanya yang sudah lebih dulu berpindah rumah di keabadian. Bahkan dirinya rindu melihat sang ayah lebih hidup dibanding biasanya.
TING TONG
"Dek, tolong bukain gih." Titah Jesslyn.
"Cici aja, Jeci masih diajak ngobrol sama Chika tuh." ujar anak tertua disana.
Gracia beranjak diikuti oleh Jessi, meninggalkan Chika yang kini cemberut dan akhirnya memilih membantu menuangkan susu dan air mineral untuk anak-anak yang lain. Chika tidak tahu kalau Jessi tertawa puas selama mengikuti Gracia untuk menyambut tamu yang datang, yang tentunya bukan Dean. Karena kedatangan lelaki itu biasanya bahkan ditunggu oleh Jessi, jadi tidak perlu menekan bel atau mengetuk pintu.
"Halo Je-" kening orang itu sedikit menukik, seperti orang yang tengah mencari memori dalam ingatannya. "Kok ada ci Gre?"
Gracia tersenyum, menahan rasa terkejutnya melihat dua orang di hadapannya. Berbeda dengan Jessi yang justru menatap secara bergantian pada dua orang tamunya dan Gracia, dengan pandangan aneh. Lalu tersenyum jahil kala otak pintarnya teringat cerita tentang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE J
FanfictionApa jadinya kalau kamu punya saudara kembar, tapi terpaut dua tahun pendidikan? Yaa gitu dah.. (Note : Buat para pembaca versi pertama cerita ini, mohon maaf Daee gak mau lanjutin alurnya. Semoga versi ini tetap bisa menghibur yaa..)