PART 8

172 17 4
                                    

- PART 8 -

"Yang bener aja dong!"

"Beneraaaan, gue mau skip turnamen kampus kali ini, tapi si bego Yessica terlanjur daftarin gue. Ayolaaah, mau ya?"

"Gue mau aja, masalahnya itu-"

Jesslyn tak lagi melanjutkan ucapannya, malah menarik Jessi untuk berdiri bersebelahan di hadapan cermin besar di kamarnya.

"Cantik kok."

Ujaran Jessi dihadiahi tepukan keras di bahunya, membuat si kembar tinggi mengaduh sekenanya. Juga, mengundang helaan nafas pasrah dari Jesslyn.

"Lo udah dua hari kuliah dengan rambut pendek, yakali tiba-tiba langsung panjang. Gue gak mau ya kalo harus potong rambut juga!"

Jessi berdecak malas, pikirnya, beginilah kalau punya otak pintar tapi memilih untuk tidak dipakai, jadi nggak kreatif. Padahal sudah banyak teknologi yang bisa membantu manusia untuk merubah gaya rambut dalam semalam.

"Lo bisa bilang extension atau wig, Jeji..."

Dibalas sebuah cengiran bodoh oleh kembarannya. "Okey, deal! Seminggu paling lama, gak peduli kalo turnamennya belum final."


Itu adalah percakapan tadi pagi antara dua manusia dengan wajah serupa, di saat sang mentari bahkan masih enggan menampakkan diri kala percakapan tersebut berlangsung. Alasannya lucu, Jessi yang bangun tanpa sebab dan mengecek ponselnya, mendapati teror berantai dari Chika (yang sebenarnya sudah dia blokir) lewat Hurin si team manager yang mengingatkan bahwa turnamen akan di mulai hari rabu, alias hari ini. Sebenarnya sang manager tidak masalah kalau pesan-pesan tersebut atas nama dirinya, bukan Chika, tapi memang dasar si tukang modus jadi bilangnya dia bertanggung jawab atas Jessi.

Tentu saja turnamen basket putri, apalagi memang? Jangan terlalu mengharapkan akan ada turnamen game mobile atau semacamnya, karena bagi pihak kampus hal tersebut kurang bermanfaat untuk mahasiswanya. Padahal, bermain bisa membantu untuk mengembangkan cara berpikir kreatif bagi beberapa mahasiswa.

Dan juga untungnya, Jesslyn memang sedang rutin bangun jam segitu buat work out atau main skipping biar tinggi. Jadi tidak membuang tenaga Jessi untuk membangunkan saudara kembarnya.

Selanjutnya inilah yang terjadi beberapa jam setelah persetujuan dua belah pihak tersebut.

"Wedeeeh rambut baru!" Ucap Indah begitu melihat Jessi memasuki kelas mereka.

"Menurrrut lo begitu?" pancing Jessi, ia menekankan pelafalan huruf R yang selalu gagal ia sebut dengan benar.

"Ah anjing, lo ngapain disini, bego?" Fadel yang tadi menyimak, langsung tersungut kala menyadari pengucapan itu. Dia ingat betul bahwa Jesslyn tidaklah cadel.

"Menurut lo?  Ya sekolah lah!"

"Tai kuda! Nanti gue nyontek siapa pas ulangan weeh.."

"Gue anak akselerasi, btw."

Selain Lulu dan Olla yang belum sampai, mereka bungkam, hampir melupakan fakta perihal perempuan itulah yang lompat kelas meninggalkan saudara kembarnya sampai dua kali. Sedangkan anak-anak lain yang sudah datang hanya berani mendengar, tidak berani berbisik untuk memvalidasi ucapan gadis yang sekarang berambut pendek, mereka malas mencari masalah dengan teman-temannya Amiral dan menganggap ucapan itu hanyalah angin sejuk di pagi hari.


"Wah, untung gak telat."

"Hampir, karena saya tepat di belakang kalian. Okey anak-anak, sekarang kalian kosongkan meja kalian, hanya pulpen yang saya perbolehkan berada disana. Jordan, tolong bagikan ini." Ucap Pak Delon, guru pengajar fisika yang terkenal disiplin waktu, sambil memberikan tumpukan kertas putih dan buram pada siswa bernama Jordan.

DOUBLE JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang