PART 12

181 19 12
                                    

-PART 12-

Woi bangun woi
Bangun bangun bangun

...


Suara manja seseorang yang dijadikan alarm, kuabaikan, itu jelas sekali bukan berasal dari ponselku. Tapi seseorang malah mengguncang pelan tubuhku sambil mengatakan sesuatu dengan suara seraknya.

"Yang, tolong matiin alarmnya dong, aku masih mau tidur ih.."

Aku jadi bergerak meski tidak sampai bangun, sebab ponselnya berada di atas nakas yang memang lebih dekat dari jangkauanku ketimbang dirinya. Ternyata pagi ini sudah menunjukkan pukul enam.

Badan yang sedikit gerak karena tidur semalam, ku renggangkan perlahan hingga mendorong seseorang yang tidur bersamaku, sengaja, kita ada jadwal kuliah di senin yang anehnya selalu cerah.

"Heeengh..."

"Aduh, yang, nggak usah rusuh ah, aku masih ngantuk.."

"Bangun dulu coba, itu kamu set alarmnya jam enam, tumben. Biasanya jam lima, biar sempet pulang ke rumah."

Dia terduduk tapi matanya masih terpejam, merenggangkan badannya, barulah kedua mata indah itu terbuka. Dia menoleh, lalu nyengir.

"Sengaja, aku masih mau sama kamuuu.."

"Terserah, udah ah, aku mau masak sarapan yang simpel. Kamu mau makan dulu nggak? Biar sekalian."

Dia menggangguk semangat, aku jadi tersenyum sebelum meninggalkannya ke dapur. Aku tidak bohong saat bilang senin selalu cerah, sebab suara seraknya yang seksi itu akan membangunkanku kala minggu berakhir. Meski caranya sedikit menyebalkan.

Roti bakar dengan dua macam selai telah seselsai kuhidangkan, dia juga sudah menyusulku dan kini tengah menuangkan dua gelas susu, gelas kucil untukku sedangkan yang besar untuk dirinya.

"Kita mau sampai kapan kaya gini?" aku bertanya dalam lirih. Sungguh, aku tidak tahu harus bagaimana menempatkan diriku saat ini. Satu sisi aku senang bersamanya, satu sisi aku merasa bersalah tentang sesuatu.

"Roti bakar aja kok rasanya enak banget ya kalau buatan kamu, Git?"

Selalu begitu, mengabaikan hal penting yang harus dia bahas bersamaku. Dan karena hal ini, sudah empat seninku tak secerah dulu. Membuatku kembali mengalah, dan menyelesaikan sarapan bersamanya sebelum ia benar-benar meninggalkanku hingga minggu malam, seperti empat minggu yang sudah berlalu.

...


"Oh, halo Zahra!" 

Aku berseru keras agar perempuan yang sedang berjalan membelakangiku itu menoleh. Dia berhenti sebentar untuk menoleh, tapi malah berjalan lebih cepat dari langkahnya barusan. Mengundang sudut bibirku untuk tertarik berlawanan.

Kuikuti langkahnya yang sepertinya menuju kelas dan kebetulan kelas kami sebelahan. Dia berada di kelas IPA-1 bersama Anindya dan dua temannya, Fiony dan Ella. Sampai di depan kelasnya aku berhenti sebentar untuk tetap mengikuti langkah Zahra dengan mataku, hingga dia duduk di salah satu kursi. Oh, kalau tidak salah ingat, kursi itu bersebelahan dengan kursinya Anin. Yah, susah deh kalau mau main-main sama perempuan bernama Zarhra itu.

"Nyari gue, Je?"

Leherku mengikuti arah suara itu, ternyata Anin, ya iya sih memangnya siapa lagi? Fiony sama Ella kayanya belum cukup berani untuk ramah setelah kejadian di basecamp.

Aku tersenyum, tulus kok. "Iya nih, temenin sarapan yuk, mumpung masih lama masuknya. Gue males nunggu bel di kelas."

"Boleh, tapi gue beli susu kotak doang paling. Tunggu sebentar yaa, naro tas dulu.."

DOUBLE JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang