PART 11

140 17 0
                                    

- PART 11 -

...

"PACAR GUE, SEMANGAT!"

Kalau tadi di BIS suasananya santai, suasana di Uniba justru cukup menegangkan. Team basket putri dari kampusnya Jessi jauh tertinggal dari team lawan. Mereka dari kampus swasta program pendidikan olahraga. Yaa, kalau dilihat dari segi manapun, team lawan memang lebih unggul daripada team Uniba. Mulai dari strategi, jam terbang, hingga stamina.

Lagi-lagi Dean duduk di dekat Zee dan teman-temannya, Dean di tribun paling dekat dengan team basket Uniba, Zee ada di tribun atasnya. Bedanya kali ini yang teriak adalah Dean. Dia tahu, wanitanya ingin segera menyelesaikan permainan yang sudah diketahui hasilnya.

Hingga peluit panjang berbunyi, dan permainan dimenangkan oleh team lawan.

"Kenapa pas final, kalian malah tukeran sih?" bisik Chika dengan penuh penekanan pada setiap suku katanya. "Bikin kalah aja."

"Bodo amat, Yessica! Salahin diri lo yang maksa gue ikut." Balas Jessi, ia ikut berbisik.

Dean menyela, mendorong wajah adik dan kekasihnya dengan tangan kokohnya. Chika di sisi kanan, sementara Jessi di sisi kiri. "Ayo beli es krim, gak usah tengkar. Habis itu mau mampir liat basecamp baru temen-temennya kakak."

Dua perempuan berbeda usia itu pasrah. Setelah mendengar basa-basi dari Hurin, dan saling menyemangati anggota team, keduanya mengikuti saja kemana Dean membawa mereka. Rupanya Dean membeli dua cup besar es krim (seukuran ember kaefci) untuk dua perempuan yang sedang bersamanya, sementara untuk dirinya sendiri hanya satu cone es krim yang tersedia.

"Chika mau dianterin pulang dulu atau mau ikut?"

"Ikut aja bang."

Tidak memakan waktu sampai tiga puluh menit, mobil Honda Civic yang dikendarai Dean sudah sampai di depan sebuah rumah mewah dengan pintu gerbang yang tinggi, memaksa si pengendara menekan klakson dua kali agar dapat memanggil manusia yang ada di balik pagar.

"Cari siapa, den?" kata seorang pria yang berusia sekitar empat puluhan, yang muncul dari pagar yang lebarnya lebih kecil, namun sepertinya itu juga muat untuk motor.

Dean menoleh pada Jessi, si bapak juga ikut memiringkan kepala agar bisa melihat orang di sebelah pengemudi. "Loh, non Jey bukannya udah di dalem? Kapan keluar? Kok bapak nggak liat?" kata si bapak sebelum Dean mengatakan apapun.

Jessi tersenyum, "Saya kembarannya Jey, pak. Tapi, ini rahasia ya?"

"Siap non." ujar si bapak sambil mengayunkan tangan membentuk tanda hormat. "Bapak buka pager dulu ya non, pas banget masih muat satu mobil lagi."

"Oke pak, makasih ya.."

Dan begitu Honda Civic melewati pagar, para penumpangnya sedikit tercengang melihat tiga mobil di halaman serta satu mobil warna hijau yang hanya terlihat sisi depannya karena terparkir dalam garasi di sebelah vespa kuning.

"Mereka ini anak-anaknya siapa sih? Mobilnya seharga rumah ini, anjir!"

"Heem.. seinget gue, yang namanya Olla itu orang tuanya punya usaha sewa dan jual beli alat berat. Terus ada anaknya model papan atas, lo tau Naomi?"

Yessica mengangguk, ia jelas tahu karena mengikuti model cantik itu di media sosialnya, tapi tidak begitu tahu seperti apa rupa anak model itu. "Nama anaknya Flo, cari aja anak kecil yang omongannya nyebelin. Eh tapi gue gak tau ya ini mobil punya siapa-siapanya."

Jessi melanjutkan ceritanya. "Ada cewek satu lagi namanya Lulu, orang tuanya punya bengkel gede tuh, kebanyakan yang dateng anak-anak hobi otomotif, biasanya borjuis. Satu lagi anak presiden direktur perusahaan pengembang game android. Udah empat orang.. ohh gue masih tau satu lagi! Pokoknya selain yang naik motor kuning di garasi tadi."

DOUBLE JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang