PART 35

11 3 0
                                    

- PART 35 -

...

Suasana di arena balap kini berubah drastis. Kehebohan yang sebelumnya diwarnai sorakan penonton dan dentuman mesin balap, kini berganti dengan suasana tegang dan panik. Mobil-mobil yang masih berada di arena segera berhenti. Tim medis, yang segera datang dengan ambulans, bergegas menuju mobil Amiral yang terbalik di luar lintasan. Para penonton yang ada di tribun mulai terdiam, menunggu dengan cemas apakah Amiral akan selamat.

Jesslyn, yang tadi sudah melompat dari tribun menuju area kecelakaan, kini berdiri tak jauh dari tim medis. Wajahnya pucat, matanya penuh kecemasan. Anindita yang berdiri di sampingnya menggenggam tangannya erat-erat.

"Anin, gimana? Apa kabar Amiral?" Jesslyn bertanya dengan suara gemetar. Dia merasa jantungnya berdebar begitu kencang, tak bisa mengalihkan pandangan dari tempat kecelakaan.

Anin menatapnya dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Aku nggak tahu, Jess. Mereka masih berusaha, tapi..." kata Anin terbata-bata, mencoba menenangkan dirinya meskipun hati dan pikirannya kacau.

Fadel, yang masih marah, terlihat terengah-engah. Pukulannya pada Raymond tadi sempat membuat pria itu terjatuh, namun kini ia lebih fokus pada keadaan sahabatnya. Tanpa mempedulikan keributan yang ditimbulkan, ia melangkah ke arah mobil Amiral.

"Amiral, lo harus bertahan," gumam Fadel, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada siapa pun. Sementara itu, di belakangnya, Raymond yang tadi dihajar Fadel, masih terkapar di tanah, tak bisa melawan akibat pukulan yang cukup keras. Namun, ia tak bergerak, matanya penuh amarah.

Floren, yang tadi melaju cepat dan berhasil menyalip Raymond serta Dylan setelah insiden tersebut, merasa seperti kemenangan itu hilang begitu saja. Di posisinya yang pertama, ia merasa kosong. Mobilnya kini melambat, dan perhatiannya tak bisa lepas dari kecelakaan yang terjadi di depan matanya.

"Amiral..." Floren berbisik pelan, matanya yang biasanya tajam kini redup. Selama ini, ia dan Amiral saling mendukung. Kejadian ini membuat hati Floren terasa berat, dan rasa tanggung jawab menggelayuti dirinya. Sebagai pembalap, ia sudah pernah mengalami kecelakaan, tapi melihat sahabatnya dalam kondisi seperti ini, rasanya sangat berbeda.

"Kenapa lo harus jadi pahlawan yang selalu berada di depan?" pikir Floren, menekan pedal gas lagi. Sesekali ia melihat ke arah tim medis yang masih bekerja keras. Satu hal yang pasti dalam pikirannya—balapan ini tidak ada artinya tanpa sahabatnya.

Cornelio, yang sejak awal menjaga posisi di belakang, sudah berada di posisi yang aman. Namun, di balik ketenangannya, ia tahu bahwa jika tim medis membutuhkan bantuan, mereka tak akan bisa mengandalkan hanya satu mobil ambulans. Terlihat jelas rasa panik di wajah tim medis, dan ia bisa merasakan ketegangan yang begitu tebal di udara.

Dia segera mengambil ponselnya, menghubungi kontak rumah sakit yang sudah terhubung selama ini. "Segera kirim ambulans lainnya ke sini! Amiral mengalami kecelakaan berat, kami butuh bantuan medis lebih cepat!" suaranya tegas namun cemas.

Di sisi lain, Fadel yang baru saja kembali ke mobilnya melihat Cornelio berbicara dengan serius di telepon. Fadel menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Gue nggak tahu apa yang terjadi sama Raymond, Niel," ujar Fadel. "Tapi dia nggak akan lepas dari tangan gue begitu semua ini selesai." Fadel kembali menatap ke arah Amiral yang masih belum bergerak.

.

.

Raymond, yang saat ini terkapar setelah dihajar oleh Fadel, akhirnya mendapatkan perhatian dari tim medis. Mereka tidak hanya menanggapi keadaan Amiral, tetapi juga melihat luka-luka pada tubuh Raymond yang cukup parah akibat pukulan keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DOUBLE JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang