- PART 19 -
Keesokan harinya, yang kuingat, aku kembali mendiami dia seperti 15 bulan yang berlalu begitu saja. Atau mungkin, yang benar begini- Jessi mendiami Jesslyn. Aku akan bercerita sedikit tentang apa saja yang terjadi selama waktu dilalui tanpa penjelasan dari si penulis cerita, jadi aku akan mengambil sudut pandang ketiga.
...
Waktu itu, selepas Jesslyn mengangguk membenarkan bahwa dirinya mengetahui mental disorder kekasihnya, Jessi termangu. Benaknya tak henti bertanya, kenapa mereka sama, bahkan dalam kisahnya dengan kekasih masing-masing.
Jessi menghela nafas panjang sebelum mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Memandang lurus pada wajah yang biasa ia lihat di cermin.
"Lo baik-baik aja dengan hubungan kaya gitu? Maksud gue, dengan dia yang begitu? Okay, gue akan bilang kita sama karena Dean juga begitu sebelum akhirnya ketemu gue. Tapi kak, Dean udah berubah, dan lo tau itu."
"Gue baik, dan lo-"
"Hi girls!"
Kedatangan ayah dari ruang kerja membungkam Jesslyn, perempuan yang lebih dulu lahir ketimbang Jessi memilih menghentikan ucapannya.
"Heeeeii, yang nggak bisa nganterin mama pulang, kok malah seneng gini? Wah, Jeci nggak mau ya kalau mama Tania batal jadi mamaku!"
"Yeee, sembarangan kamu. Ayah dapet proyek besar nih! Tadi sibuk presentasi draft aplikasi baru makanya nggak bisa nganterin mama pulang."
"Yes, Dior inceran adek bisa kebeli!"
"Ye ye ye, eh kakak diem aje kenapee?"
"Kagak pape. Males liat Valerie tiba-tiba nongol."
"Idih, minta dikeplak!"
Jesslyn memutar mata tanda malas meladeni ayahnya lagi. Tapi setelahnya dia menatap Jessi, membuat sang ayah turut penasaran. Biasanya akan ada proyek besar kalau keduanya sudah bersitatap begitu, dan itu bisa membuatnya bangkrut.
"Em, yah?"
"Iya sayang-sayangku, kenapa? Mau minta apa lagi yang bisa bikin ayah kalian ini bangkrut tiba-tiba."
"Kita ngobrol serius yuk. Bertiga. Tunggu, adek bikin minuman dulu."
Tidak menunggu persetujuan ayahnya, Jessi langsung mengacir ke arah dapur. Sang ayah terpaksa melempar tatapannya pada si sulung. Tapi hanya dijawab dengan gerakan pada kedua bahunya.
Sekitar sepuluh menit setelahnya, minuman sudah tersaji untuk ketiga penghuni rumah.
"Jadi, ada apa?"
"Begini yah-"
"Gue aja yang bilang," Jesslyn menyela kalimat pembuka dari adiknya. "Ayah maaf, Jesslyn jatuh cinta sama seseorang, tapi dia punya NPD. Dan karena itu, dia pasti punya pasangan lain selain kakak, tapi dia selalu mengutamakan kakak."
"Si Amiral itu?"
"Lah, kok Ayah tau?"
"Kamu sama Amiral nempel melulu, siapa yang nggak mikir kalau kalian pacaran?"
Jesslyn cuma cengengesan menanggapinya. Hingga sang ayah kembali menambahkan "Lagian, Amiral sebenernya udah cerita sama ayah, dan pastinya ayah marah saat itu. Untung aja tuh anak nggak sampai masuk rumah sakit, cuma memar-memar, haha! Tapi waktu itu dia bilang, dia berharap sama perempuan yang kemarin itu akan jadi yang terakhir dia seperti itu, dan dalam waktu cepat ingin mengakhiri hubungan mereka. Ayah sebenernya agak nggak rela, tapi kamu keliatan seneng dan bahagia sama anak itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE J
FanfictionApa jadinya kalau kamu punya saudara kembar, tapi terpaut dua tahun pendidikan? Yaa gitu dah.. (Note : Buat para pembaca versi pertama cerita ini, mohon maaf Daee gak mau lanjutin alurnya. Semoga versi ini tetap bisa menghibur yaa..)