Part 33 : Hope

833 153 54
                                    

"Lalu bagaimana dengan keadaanku?"

"Ayah, aku harus kembali kepadanya, dia sendirian. Da— dan aku sangat membutuhkanmu. Dulu kamu akan melakukan apa saja untuk melindungi dan membahagiakanku bukan? Oppa? Aku mohon berbaliklah dan lihat aku."

Semuanya seakan Karina pertanyakan. Sudah jelas Tae tidak ingin membahas apapun lagi. Dia hanya seorang lelaki brengsek yang ingin melampiaskan ketakutannya kepada orang lain.

"Itu dulu, karena aku merasa kasihan."

Jawaban Tae bagai racun bagi Karina. Gadis itu terkesiap tanpa daya memperhatikan punggung kokoh milik seseorang yang dulu selalu membantunya. Kini pria tersebut sudah seperti hal yang tabu untuk Karina gapai. Ekpetasi tingginya untuk melampaui Kim Sohyun hanya angan semata. Kini dia sudah menjadi tersangka.

Tae masih terdiam mematung di depan pintu, kemudian tangan kokohnya memegang kenop, dia  sudah tidak bisa untuk berlama-lama lagi menghadapi keegoisan Karina.

"Oppa!"

Karina tidak bisa menghampiri Tae karena keadaan tangannya yang terborgol. Dia tidak mau Tae meninggalkannya,  tidak.  Dia bersusah payah mendapatkan perhatian lelaki itu,  kini Karina tidak mau melepaskan Tae begitu saja.  Dia sudah berusaha sekeras apapun,  tapi tetap saja berujung seseorang yanh dia cintai akan meninggalkannya.

"Oppa! "

"Oppa! " jerit Karina untuk ketiga kalinya memanggil Taehyung. 

Tetapi Tae tidak peduli, hanya sekedar menoleh pun tidak. 

"Kalau oppa buka pintu itu sekarang, aku tidak akan tinggal diam." Tae kembali terdiam mematung menghadap pintu dengan pandangan kosong.  Muncul letupan rasa kecewa bercampur rasa bersalah yang begitu besar.

"Aku tahu sekarang, apakah aku tenggelam, kecelakaan atau jatuh dari lantai atas pun, oppa akan  tetep memilih dia. Lantas aku harus apa lagi? " tak lama untuk Karina berucap sendu,  gadis itu tengah menunduk meratapi kakinya yang terasa dingin dan penuh luka gores.

Pintu yang hampir Tae geser pun berhenti seketika. Dia masih ingin tetap menanggapi agar permasalahannya selesai dengan teratur.

"Aku harus apa lagi supaya oppa mau menjadi milikku? Aku harus apa!?" Karina berteriak sangat kencang.  Memutar balikan sifatnya yang dulu sangat anggun dan selalu berbicara dengan lemah lembut.

Untungnya kamar hanya di isi oleh kedua manusia itu, jadi terserah jika Karina mau menjerit atau berteriak sekencang mungkin, karena hanya Tae yang mendengarnya.  Tapi Tae sudah cukup menerima hasil dari kebodohannya sendiri.

"Oppa hanya merasa kasihan,  bukan rasa suka,  melainkan rasa kasihan, tidak lebih dari rasa iba." Karina menghela napas untuk kembali menghardik harga diri orang lain. "Dia lemah. Lagipula aku ini Karina, adikmu–"

"Adikku?" ucap Tae memotong, dia menyunggingkan senyum dengan wajah tertunduk.

Seharusnya ini adalah buah dari hal yang dia tuai sendiri. Dengan berat hati, Tae menutup matanya sebentar. Bibirnya yang kelu terbuka.

"Dia sudah meninggal," cibirnya kemudian, melenggang keluar.

***

Di saat hatinya mulai kacau, Tae hanya bisa berbicara kepada para polisi itu, "bawa dia, dan adili sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya."

Tubuhnya yang sudah tak kenal lelah. Dia berjalan menyusuri koridor sembari memikirkan suatu hal, sesuatu yang membuatnya harus menerima keadaan.

Dia merasa apa yang dilakukannya sangat salah. Dari awal saat dia berencana masuk ke dalam keluarga Sunwoo atau menjadi pembohong besar. Dia tidaklah hidup mewah seperti yang orang lain kira, tercap kebangsaan Inggris-Korea, nyatanya Tae murni lahir dari seorang ibu di Korea.

Two Crazy Rich Korean ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang