Sebelum baca alangkah baiknya follow dulu parqhellis
***
Saat itu Jeong-in berada di ambang hancur, mungkin sudah hancur. Tentang kenyataan dia yang harus kehilangan seorang putri, atau kenyataan tentang hidupnya yang mulai berantakan. Dia berusaha untuk bangun, dan mereka mulai menggandeng tangannya dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
Kini, bukan lagi hal yang tabu jika Jeong-in harus sabar. Dia sudah merasa bahwa kemalangan selalu menghampiri dirinya.
"Apa Tae sudah berangkat?" ujar Eunhee memperhatikan kaca jendela. Di luar sangat dingin, terlihat dedaunan mulai berguguran.
"Sudah," jawab Jeong-in sibuk mengupas apel. Diletakannya apel tersebut di piring kecil, lalu kemudian dia potong-potong lagi.
Dari sini, sudah terlihat. Jeong-in lebih risau ketimbang Eunhee. Ranjang rumah sakit yang sudah beberapa hari dia huni bagai rumah kedua membuatnya semakin risau. Jeong-in mungkin belum sepenuhnya melepaskan putra sekaligus anak satu-satunya itu. Dia memiliki hal yang berat untuk dilapangkan. Tapi itu yang terbaik bagi putra mereka.
"Pihak Hal-abeoji bilang akan membesarkan Tae secara istimewa. Mereka juga mengatakan anak kita sangat cerdas dan pintar. Aku harap dia tidak hidup seperti kita, aku harap Tae mencapai sesuatu dengan sangat mudah."
Jeong-in masih diam. Dia hanya mengangguk kecil untuk merespon segala ucapan istrinya.
"Maafkan aku, aku memang egois. Tapi ini demi putra kita, demi yang terbaik bagi dia. Aku takut, aku takut dia akan terus bersedih atas kepergian adiknya-"
"Tidak. Akulah yang minta maaf, karena aku lah semuanya jadi kacau. Termasuk keadaan anak kita," tepis Jeong-in meletakan piring beserta apel di atas nakas.
"Aku harap dia baik-baik saja."
Eunhee sedih, dia mendapatkan tawaran istimewa dari majikannya sendiri. Anak laki-laki milik Eunhee dan Jeong-in sangatlah berharga. Mungkin prediksi mereka akan semenakjubkan kenyataan bahwa Tae berada di tangan yang tepat. Jika terus-menerus berada di bawah pandangan Eunhee, mungkin Tae akan terus merasa bersalah, mental dan pikirannya menjadi sangat rumit untuk umur yang masih sangat muda.
"Ada banyak sekali hal yang ingin aku lakukan bersama putra kita, seperti menantikannya pulang sekolah, melihat dia punya teman, tapi-"
Eunhee terpikirkan dengan kondisinya sekarang, begitu lemah dan tak berdaya.
"Aku tidak bisa terus-terusan berdiri di sampingnya dengan keadaan lemah seperti ini."
Jeong-in mengerti perasaan istirnya itu, begitu sulit untuk dijalani. Hari-hari keduanya terasa sangat melelahkan, kemudian Jeong-in menggenggam tangan Eunhee sembari tersenyum, mengisyaratkan kalau semuanya pasti akan kembali membaik, termasuk kondisi kesehatan Eunhee.
Mungkin jika pertama kali Jeong-in bertemu dengan Eunhee adalah ketika keduanya dalam keadaan baik. Tapi tidak dengan seiring waktu, setelah lahirnya Tae ke dunia, dan keluarga kecil mereka dikaruniai seorang putri cantik, perlahan kondisi Eunhee semakin memburuk, begitupun penyakit yang di derita putri mereka sejak lahir. Dengan diagnosis malang untuk putrinya itu, Eunhee merasa dia harus baik-baik saja, dia harus terlihat sehat dimata anak pertamanya. Karena dia merasa, dia harus menjadi hebat di mata anak-anaknya. Dengan menyembunyikan semua yang terjadi, membuat Tae hanya menghkawatirkan adiknya saja. Itu semua sudah cukup bagi Eunhee
"Ah! Aku baru ingat," sahutnya seketika membuat Jeong-in penasaran.
"Aku membuatkan syal untuk putra kita, ketika dia pulang nanti, aku akan memakaikan ini kepadanya di bandara. Kapan dia pulang ya? Aku benar-benar sangat merindukannya," racau Eunhee sambil memeluk rindu syal yang dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Crazy Rich Korean ✔
FanfictionKetika dua insan manusia berlatarkan keluarga terkaya di Korea harus menghadapi masalah perjodohan, yang mengharuskan keduanya saling mengikhlaskan pasangan satu sama lain. Si pria adalah pemegang saham terbesar di perusahaan ternama di Korea, dan s...