***Kenapa ini terasa seperti kencan!
Kini mereka berdua membeli pakaian, Sohyun dibelikan celana training dengan atasan sweater serta sepatu kets. Memang sedikit aneh, baru pertama kalinya Sohyun memakai pakaian tersebut. Tapi berhubung Tae yang membelikannya semua itu, Sohyun harus menerima. Salah sendiri lupa bawa apapun.
"Bagaimana? Nyaman?" tanya Tae sesaat Sohyun keluar dari ruang ganti.
Sohyun mengangguk. Bukanya apa apa, tapi Tae memilih toko dengan brand biasa serta Sohyun sangat asing memakai pakaian seperti anak remaja. Begitu pula dengan Tae, kini pria itu sudah tidak memakai jas lagi, melainkan setelan santai selayaknya orang biasa.
"Dress dan sepatuku?"
"Buang saja, lagipula dressnya robek di bagian ujung. Sudahlah, besok akan ku ganti dengan yang baru, sebaiknya kita pergi. Aku sudah sangat kelaparan karena menemanimu berjalan keliling Itaewon," ujar Tae langsung menarik lengan Sohyun keluar dari toko.
Apa cuman prangsaka Sohyun saja, kalau Tae terasa sangat hangat kepadanya.
"Aku sudah tidak sanggup berjalan lagi, dari tadi kakiku gemetaran," tutur Sohyun berhenti tepat di depan pintu toko.
Padahal Tae sudah membelikannya sepatu kets yang nyaman, tapi kaki Sohyun terasa sangat sakit untuk digerakan. Sementara itu, Tae sudah berjongok di depannya dengan tangan menepuk pundak. Seakan dia berkata, "kalau begitu naiklah ke punggungku."
"Aku tidak bisa, bagaimana kalau kita menelepon Edwin? Minta dia untuk menjemput."
"Kalau kamu tidak berjalan sangat jauh dari tempatku parkir kita tidak akan berakhir di sini, lagipula aku hanya membawa dompet. Handphone ku tinggal di dalam mobil."
Sohyun merasa sangat bersalah, dia pun menuruti sekali lagi. Dia juga tidak mau berdebat dengan Tae. Tubuhnya letih dan lesu, serta hujan yang sudah mereda menjadi alasan Tae untuk menggendong gadis itu.
"Baiklah."
Akhirnya Sohyun berakhir di punggung Tae. Dia bahkan tidak mengkhawatirkan apakah dirinya sangat berat untuk di gendong selayaknya anak kecil. Tapi Tae terlihat tidak keberatan sedikit pun, punggung dan badan kokohnya menjadi perhatian bagi mereka yang melihat. Begitu romantis. Padahal dari pandangan Sohyun, dia seperti anak kecil yang di seret pulang oleh ayahnya.
Sampailah mereka berdua di sebuah kedai bertenda biru. Tempat dimana orang-orang memilih makanan murah, enak dan tentu sederhana. Sekali lagi sangat asing bagi Sohyun. Tentu Tae mengerti, seorang putri yang dibesarkan penuh cinta tanpa mengenal apa itu dunia luar. Melihat wajah Sohyun yang semakin bingung semakin menjadi hiburan bagi Tae.
"Kenapa kita tidak ke restoran saja?" sudah memakai pakaian biasa, bahkan makan di tempat biasa pula.
Taehyung kini menatap Sohyun.
"Jangan menatapku seperti itu." Kini mau tak mau Sohyun duduk di kursi plastik.
Tae memesan dua porsi *samgyetang. Sohyun pun memakan makanan tersebut dengan lahap, meski di sedok pertama sedikit ragu apakah rasa samgyetang cocok dengan lindahnya. Ya mungkin niat Tae membawanya ke kedai sekedar menikmati rasa yang begitu lezat dari sup ayam. Sohyun tidak pernah merasakan rasanya makanan korea, di rumah pun biasanya disediakan makanan barat dengan rendah lemak.
Dan ternyata rasa sup ayam ginseng sangat enak. Sohyun di buat terkejut dengan rasanya.
"Makanannya pelan-pelan, nanti tersedak."
*Samgyetang : Ginseng Korean Chicken Soup
***
Setelah menjalani makan malam dengan semangkuk samgyetang, Tae memutuskan untuk kembali ke tempat mobilnya terparkir. Dan karena kaki Sohyun yang semakin parah, Tae tetap akan menggendong gadis itu di selama perjalanan. Banyak pasang mata memandang keduanya, meski begitu Tae tidak mempermasalahkan hal tersebut. Hanya saja Sohyun merasa ini terlalu berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Crazy Rich Korean ✔
Fiksi PenggemarKetika dua insan manusia berlatarkan keluarga terkaya di Korea harus menghadapi masalah perjodohan, yang mengharuskan keduanya saling mengikhlaskan pasangan satu sama lain. Si pria adalah pemegang saham terbesar di perusahaan ternama di Korea, dan s...