Makroni kenangan

852 164 33
                                    

"Jean!" Seru seseorang dari belakangnya. Gadis sipit itu berbalik, matanya menyelidiki berusaha mengenali orang yang kini berlari kecil ke arahnya.

Jean hampir bisa mengenali siapa yang datang hingga semua yang ada di sekitarnya terlihat berubah di pandangannya.

"Jean!" Si pemilik nama tersenyum cerah seraya mengangkat tangan nya membalas lambaian tangan seorang gadis berambut pendek yang berlari ke arahnya.

"Pagi banget kamu datengnya, ngga sabar buat ketemu aku ya"

"Apaan, aku ngga sabar buat liat sekolah baru kita, bukan ketemu kamu!"

"Ohho! ngga mau ngaku juga kalo kamu kangen sama aku setelah dua minggu ngga ketemu"

"Ngga usah lebay deh, kemarin juga kamu baru main ke rumahku. Kita baru ngga ketemu semalem tau"

"Oh iya" selanjutnya gadis berambut pendek itu tertawa.

"Jean, Nasya!" Seru seseorang dari belakang keduanya. Jean dan gadis berambut pendek yang bernama Nasya itu segera berbalik.

"Tias! Buruan lari, nanti ngga kebagian bangku di depan" Nasya berseru sembari mengisyaratkan tangannya agar sahabatnya itu segera mendekat ke arah mereka.

Selanjutnya ketiganya berjalan beriringan menuju kelas baru mereka, sebelas ipa lima dengan Jean berada ditengah keduanya.

"Aku duduk sama Jean lagi ya" Tias menarik Jean agar lebih condong ke arah dirinya.

"Terus aku sama siapa dong?" Nasya memelas.

"Ya udah, kita duduk bertiga aja. Nanti kalo guru protes aku yang izin"

"Bertiga! Terus aku gimana?!" Sekali lagi seruan orang lainnya dari belakang membuat ketiganya berbalik dan mendapati seorang gadis berponi dengan pipi tembam terlihat kesal. "Lupain aja aku terus!"

"Ututu, Key jangan marah dong. Aku juga becanda kok. Yang beneran itu lupa sama kamunya" ujar Nasya yang membuat Kesya semakin cemberut.

"Jean! Pecat Nasya jadi sahabat sekarang juga!"

Jean tertawa demi melihat tingkah sahabatnya. "Udah-udah, berantem terus kalian ya"

"Lagian!" Ketiga teman Jean kini berseru bersamaan membuat Jean refleks meletakkan jari telunjuk nya di depan mulut. "Stt, berisik banger sih kalian"

"Biarin aja!" ketiga temannya menjulurkan lidah seraya meledek Jean.

"Jean!" Seseorang yang memanggilnya sebelumnya kini mengembalikan Jean ke masa sekarang.

Masa dimana ia tidak lagi mengenakan seragam putih abu dan berdiri diantara gedung berwarna biru putih melainkan berdiri di antara gedung pencakar langit yang mengkilap karena kaca-kaca besar yang menyelimuti kerangka gedung tersebut. "Sesenang itu aku sapa?"

Jean tersadar rupanya sedari tadi ia tersenyum sembari melambaikan tangan pada seorang lelaki yang ia sangat hindari. Gadis sipit itu langsung memudarkan senyum di wajahnya, berbalik dan melangkah cepat meninggalkan Kean.

Don't Touch My FoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang