Aku suka kamu (Toast)

554 87 15
                                    

Kinan tidak pernah berputus asa dalam berdoa memohon kesembuhan yang meski sebenarnya ia juga sedikit pesimis.

Kepulangan Mommy dengan membawa berita gembira bahwa kemungkinan nya sembuh bisa lebih besar jelas membuat Kinan senang juga, terlebih untuk kesembuhannya tidak perlu menyakiti Kean. Walau harus diakuinya perasaan sedih dan juga takut turut menyelimuti hatinya.

Kinan tahu, mungkin ia bisa sembuh tahun lalu saat Kean genap berusia delapan belas tahun dan sudah memenuhi syarat minimun untuk menjadi pendonor sumsum tulang belakang, namun ia tidak sampai hati membiarkan tubuh kakaknya yang di jaga oleh sipemilik dengan baik terluka demi dirinya.

Untuk kali ini bukan berarti ia tidak khawatir om nya akan terluka demi dirinya, namun om-nya itu sudah berbicara langsung dengan Kinan bahwa Kinan tidak perlu mengkhawatir kan hal tersebut, om nya berkata ia akan baik-baik saja. Mommy  juga memohon dengan sangat agar ia bersedia ikut ke Jerman untuk menjalani pengobatan, sorot mata kesedihan bercampur penuh harap dalam mata Mommy membuat Kinan akhirnya mengatakan iya.

Saat itu juga Mommy dan Papah segera mengurus semua keperluan Kinan untuk berobat ke Jerman. Kinan pun tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk merenungi keputusan sudah benar atau tidak. Ia sudah yakin dan berusaha memiliki harapan dirinya akan bisa sembuh total. Dan yang harus di lakukannya sekarang adalah membebaskan dirinya dari pikiran serta perasaan yang membelenggu.

Pertama-tama Kinan ingin menyelesaikan urusannya dengan Raka, sahabat Mas-nya, sekaligus lelaki yang ia cintai sejak lama.

Kinan sudah menduga sebelumnya bahwa kabar ini pasti akan memudarkan cahaya keceriaan di wajah Raka, selain itu Raka pasti akan setuju-setuju saja sebab memang biasanya Raka seperti itu. Betapa terkejutnya Kinan saat Raka justru bertanya "Aku nggak boleh ambil suara ya buat keputusan ini?"

Dengan ragu-ragu Kinan mengizinkan Raka untuk menyampaikan suaranya. "Boleh, Ka"

Dan sekali lagi gadis itu terkejut bukan main saat seutas senyum tergambar kembali di wajah Raka. "Pergi aja Nan. Berjuang buat sembuh ya"

"Jadi, kamu ngizinin aku?"

"Meskipun aku nggak izinin kamu bakal tetep pergi kan?"

"Iya sih"

"Ya karena itu emang kamu, tapi aku yakin setiap keputusan yang kamu ambil udah kamu pertimbangkan baik-baik. Kamu bukan orang yang gegabah kayak aku. Aku minta di denger suaraku, cuma biar kamu semakin yakin. Aku nggak apa-apa kamu tinggal, aku bakal jagain Kean juga seperti yang selalu kamu mau"

Mata Kinan berkaca-kaca. "Makasih ya, Raka. Aku akan berusaha sembuh, kamu jangan lupa doain aku."

"Tentang kita—" ujar Raka dengan ragu-ragu.

"Satu-satu Ka, sekarang aku sembuh dulu habis itu baru kita bicarakan tentang 'kita'. Aku mau menjalani pengobatan dengan tenang tanpa beban apapun termasuk suatu hubungan"

Raka mengangguk pelan, ia mengerti dan tidak bisa protes. Kinan kembali sehat sekarang adalah prioritas utamanya, lagi pula kalau memang jodoh tidak akan kemana kan?—Raka berusaha keras meyakinkan itu ke diri sendiri.

.

Selanjutnya Kinan bertemu dengan Jean. Gadis bermata sipit itu kini duduk dengan kikuk di hadapan Kinan yang belum juga mulai berbicara melainkan masih mengamati Jean dengan seksama.

"Ada yang salah sama muka kakak ya?" Tanya Jean.

Kinan mengangguk. Membuat Jean gelapan seketika mengeluarkan ponselnya untuk mencari tahu apa yang salah dengan wajahnya dan tak pelak membuat Kinan tertawa.

Don't Touch My FoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang