Makan siang pertama dengan teman

576 86 6
                                    

Raka kemarin berkata, "Ini bukannya gue nggak seneng cuma temenan sama lo ya. Seperti yang lo tau gue senyaman apa temenan sama lo daripada yang lain. Tapi lo juga emang harus sih punya temen lain selain kita. Maksudnya habis kita bakal banyak kegiatan di luar, ada KKN, ada program magang juga dan kita bakal sulit bareng-bareng terus. Jadi coba deh, sekali aja untuk setidaknya kenal sama temen satu kelas"

Reyn memang tidak belajar di kampus yang sama dengan Jean, tapi gadis itu juga turut andil memberikan motivasi pada calon kakak iparnya itu seperti yang minta oleh Kean.

"Berbaur sama orang tuh nggak seseram itu kok, Jean. Emang sih nggak akan semua orang suka sama kita bahkan beberapa ada yang bakal menjatuhkan—"

Raka menyikut siku Reyn hingga gadis itu berhenti berbicara. Reyn menatap Raka dengan galak.

"Apa sih lo?! Gue cuma kasih tau faktanya. Lah emang bener, nggak akan semua orang nerima kita dan Jean harus tau itu! Lagian kita bersosialisasi bukan untuk nyenengin semua orang tapi karena butuh. Kita butuh mereka dan mereka juga punya hak buat di bantu sama kita sebagai sesama mahluk sosial, sesama manusia, terlebih kita kan bersaudara dalam agama. Dan yang mau gue tekankan lagi, nggak apa-apa kalo ada satu dua orang yang nggak suka sama kita, nggak papa juga di jutekin sama satu dua orang. Yang penting kan kita udah berusaha dan tetap berbaik. So just try, try to be friend with other"

Dan sekarang lah saatnya Jean mempraktekkan tips and trick pemberian tiga sahabat nya. Sudah lama sekali tidak mencoba berteman membuat Jean lupa akan hal itu.

Kata Raka, pertama, jangan duduk di pojokan depan atau belakang, coba duduk di tengah-tengah.

Jean menurut.

Kata Kean, kedua, sapa mereka yang datang ke kelas. Lebih bagus kalau kamu tau namanya.

"Hai Saskia" sapa Jean dengan canggung saat ketua kelas bernama Saskia itu hendak duduk di sebelahnya.

"Oh halo Jean" Saskia balik menyapa dengan ramah. "Dateng lebih awal hari ini?"

Kata Reyn, coba buat basa basi. Tapi jangan tanyain lagi apa? Kan lo udah liat sendiri.

"Iya nih, biar dapet tempat duduk agak depan. Nggak terlalu keliatan akhir-akhir ini duduk dibelakang"—ini bukan kebohongan. Jean bersungguh-sungguh, jika ia sedang duduk dibelakang pasti siangnya ia meminjam catatan Raka karena tidak terlihat ke papan tulis.

"Coba periksain aja sesekali ke dokter, awalnya juga gue gitu. Burem-burem, taunya udah minus dua" Ujar Kanaya, gadis berkacamata yang baru saja tiba.

"Oh hai Kanaya"—Jean jelas kenal siapa gadis ini. Ia adalah moodboster nya kelas. Paling ceria dan paling sering di notice dosen, ia juga terkenal di kalangan anak-anak kelas karena humble dan gampang menimbrung, seperti sekarang.

Kanaya mengambil duduk di depan Jean, gadis itu selalu duduk di depan. "Kalau disini masih ngga keliatan, lo bilang aja ke gue nanti gue pinjemin catetan gue. Kalau lo mau sekalian, gue bisa anter periksa mata"

"O...ke"—Kanaya terlalu baik, Jean jadi merasa terbebani. Meski begitu ia bersyukur karena dua orang pertama ini menerima dengan baik. "Makasih, Kanaya"

Kanaya tertawa pelan. "Panggil gue Aya aja, Kanaya kepanjangan"

"Oke, Aya" Jean membalas dengan senyuman.

Jean terus mengulangi tips and trick tadi kepada beberapa orang sampai akhirnya ia kini terlibat pembicaraan dengan beberapa orang juga, mereka yang hampir tidak pernah berbicara dengan Jean sekarang teramat antusias karena akhir Jean bisa di dekati. Ada Siska, Kanaya, Melinda, Ayu, Rama dan Rian.

Don't Touch My FoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang