Kata Kinan, Kean adalah orang yang tidak pernah tertarik dengan kehidupan orang lain, ia hanya ingin fokus pada dirinya sendiri dan keluarganya seraya menghindari masalah yang bisa merugikan dirinya serta keluarganya.
Namun diri Kean yang seperti itu, justru Kean sendiri buang jauh-jauh saat melihat Jean menangis di belakang gedung fakultas ekonomi dan bisnis sembari memegangi kotak makan.
Setelah kejadian itu, Kean menjadi laki-laki yang senang ikut campur, setidaknya dalam kehidupan Jean. Keikutcampuran yang awalnya membuat Jean merasa risih bahkan khawatir hingga akhirnya menjadi sesuatu yang Jean syukuri.
Kean selalu ada, Kean yang selalu mendukung, melindungi, bahkan Kean yang tetap berusaha menyemangati Jean meski Kean sendiri sedang dalam masalah.
Kean si pendengar yang baik, Kean teman yang selalu disisi dan Kean yang selalu membantu tanpa banyak bertanya hingga bisa membuat Jean akhirnya lepas dari obat anti depresan yang ia dapatkan dari psikiater selama beberapa tahun terakhir.
Bagi Jean, Kean selalu bisa si andalkan dalam segala keadaan meski kadang Kean sendiri sedang tidak baik-baik saja.
Melihat Kean terduduk dengan lesu dengan bahu yang biasanya tegap seperti bisa menghalau badai itu kini tampak layu membuat Jean mengerti bahwa sekuat-kuatnya orang, pasti ada titik terlemahnya juga.
Sekarang lah titik terlemah Kean dan Jean berjanji tidak akan kemana-mana. Kean pernah tidak meninggalkan nya bahkan di titik terendahnya, kini Jean akan membalas hal itu.
Jean mendekat, Kean tidak lagi menangis, pipinya sudah kering, ia hanya sedang diam. Sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Kean, kamu harus makan, dari tadi siang kamu belum makan apa-apa"
Kean berpaling ke arah Jean, disaat seperti ini pun lelaki ini masih mengukir senyum untuk menolak ajakan Jean agar gadis itu tidak sakit hati. "Aku masih belum lapar, Jean. Kamu aja yang makan ya"
"Kean"
Sekali lagi lelaki itu tersenyum. Senyum membuat hati Jean terenyuh. "Aku nggak apa-apa, beneran."
Selanjutnya Kean melihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul delapan malam. Ini sudah hari kedua Jean menemaninya dirumah. Kemarin ia terlalu kalut terutama saat melihat jenazah Kinan sehingga ia lupa pada keadaan Jean. "Udah malem ternyata, dari kemarin kamu nggak pulang. Aku anter pulang yuk"
"Aku juga nggak apa-apa, Kean. Lagi pula aku izin ke mbok buat nemenin kamu"
"Kamu udah makan?"
"Udah, kamu yang belum kan, jangan gini dong, Kean. Nanti kamu sakit."
Perhatian kecil Jean membuat Kean tiba-tiba merasa bersalah karena sedari kemarin terlalu sibuk bersedih.
"Mau temenin aku makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch My Food
Fiksi RemajaJean, dibacanya Jian ya bukan Jin. Meski gadis ini memang selalu mengastralkan dirinya agar tidak terlihat padahal nama tengahnya juga bermakna keberadaan. Kean, tetap dibaca Kean, nama lengkapnya Kenneth Danielle. Tapi Kean tidak suka nama aslinya...