Hari Kean dimulai dengan sangat baik karena kepulangan Mommy-nya dengan membawa serta kabar baik untuk Kinan.
Karena penelitian baru berlangsung hampir dua tahun tentu saja belum mendapatkan perkembangan signifikan, namun salah satu keluarga Mommy bersedia menjadi donor sumsum tulang belakang. Jika anak itu masih bersikeras tidak mau menerima donor dari Kean, meski kini Kean sudah mencapai batas minumum usia sebagai pendonor. Mungkin Kinan akan mempertimbangkan minimal melalukan HLA (human leukocyte antigen) tissue typing- pemeriksaan kecocokan sumsum tulang belakang antara di resipie dan pendonor.
Oleh sebab itu Amarta pulang untuk memberikan kabar baik tersebut. Meski begitu pengobatan memang harus dilakukan di Jerman setelah banyak pertimbangan.
"Jadi, nanti Mommy sama Papa mau mulai ngobrol sama Kinan. Kamu mau ikut juga"?" ujar Danielle segera melerai antusiasme Amartha ketika berbicara pada Kean.
"Kinan pasti mau apalagi prospek sembuhnya tinggi. Tapi hari ini aku ada kuis penting, selesai kelas aja aku nyusul kerumah sakit." Seperti biasa, Kean merespon dengan baik.
"Ya udah, Mas yang semangat belajar, Papa sama Mommy semangat untuk memperjuangkan kalian dan semoga Kinan juga semangat untuk sembuh."
Selanjutnya Mommy menuangkan capcay ke piring putranya yang di sambut gembira oleh Kean. Ini masakan Mommy pertama yang dimakannya setelah beberapa tahun tidak bertemu.
"Ngomong-ngomong soal kuis mu tadi, akhir-akhir Mommy denger dari Papa kamu lebih semangat kuliah. Ada apa nih? Cerita dong, gimana sekolah mas akhir-akhir ini?"—pertanyaan klasik yang sebenarnya selalu Mommy tanyakan hampir setiap saat, namun kini Kean selalu berusaha menganggapnya spesial sebab ia sadar tidak semua orang mendapatkan nya.
Salah satunya adalah Jean, betapa tertampar ia saat Jean berkata gadis itu merindukan sekali pertanyaan bagaimana harimu, bagaimana sekolahmu dari kedua orang tuanya padahal dulu ia selalu merasa risih sementara keadaan Kean mendapatkan hal yang sebaliknya dan justru merasakan yang sebaliknya juga.
Oleh sebab itu, kali ini Kean tersenyum penuh antusias. "Akhirnya aku menyukai dunia keuangan ini, Mom"
"Benarkah?"
"Ya akuntansi, manajemen, dan teman-teman nya. Meski logikaku masih menolak beberapa konsep yang ada ilmu sosial ini tapi aku jadi tahu ilmu ini juga penting dan di butuhkan" Kean berbicara dengan binar mata yang tidak pernah dilihat kedua orang tuanya sebelumnya. "Ilmuwan dan dokter memang profesi yang di butuhkan dan selalu penting, tapi meneruskan peran menjadi seorang pemimpin perusahaan juga tidak kalah penting. Sama sama banyak tanggung jawab dengan hidup orang juga. Makanya mas akan mulai semakin menyukai bidang ini untuk menjadi mampu memimpin kayak Papah atau mungkin lebih baik"
"Makasih ya mas" ujar Papa dengan sepenuh hati. Lelaki paruh baya itu merasa satu lagi beban di hatinya terangkat.
Ia masih bisa mengingat bagaimana Kean kehilangan semangat saat diminta untuk kuliah ekonomi saja untuk kepentingan keluarga nya. Namun kini Kean yang tidak bersemangat tidak ada lagi. Putranya sudah bertumbuh.
"Kalau Raka, apa kabar dia?" Tanya Mommy kemudian, Papa yang belakangan tidak melihat Raka juga dibuat penasaran.
Kean menceritakan yang terjadi pada temannya itu termasuk semua lika-liku kehidupan nya sebagai artis.
"Dia yang paling cape kayak nya" ujar Mommy sembari tertawa.
"Hidup itu memang melelahkan bagi semua orang Mom, tapi kalau kita jalanin dengan sepenuh hati di tambah semangat untuk mencapai tujuan yang jelas semuanya jadi terasa mudah" ujar Kean dengan santai sebenarnya, namun berhasil membuat Mommy dan Papa terbelalak seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch My Food
Novela JuvenilJean, dibacanya Jian ya bukan Jin. Meski gadis ini memang selalu mengastralkan dirinya agar tidak terlihat padahal nama tengahnya juga bermakna keberadaan. Kean, tetap dibaca Kean, nama lengkapnya Kenneth Danielle. Tapi Kean tidak suka nama aslinya...