Jika bukan karena titipan Kinan untuk idolanya tersayang, Kean malas sekali harus mencari-cari keberadaan Raka yang entah berada dimana pagi-pagi ini.
Lelaki tersebut sudah menelpon sedari tadi pagi namun tidak kunjung diangkat, memang begitu anak itu jika sedang tidak ingin bicara ya tidak akan diangkat. Dan dalihnya adalah "Gue butuh me time jadi jangan ganggu"
Kean ada kelas pagi pukul tujuh, ia mendatangi kelas Raka dulu sebelum masuk ke kelasnya. Rupanya kelas itu masih kosong, sepertinya kelas pertama mereka dimulai siang. Akhirnya Kean putuskan untuk membawa kembali coklat Almond ukuran setengah kilo itu dengannya. Coklat itu menemami Kean memulai hari dengan matematika dasar yang menjadi mata kuliah pembuka kali ini.
"Kean, buat tugas minggu depan mau ngerjain bareng ngga?" Ujar salah seorang gadis berkacamata yang duduk tidak jauh darinya—bernama Intan.
Entah datang dari mana seorang teman lelaki bernama Fauzan tiba-tiba merangkul pundak Kean juga. "Ayolah Bro, lo satu-satunya yang mudeng sama kelasnya pak Anton"
Meski tidak ingin menjadi terkenal dan menutup rapat identitas dirinya bukan berarti Kean menjadi pribadi yang juga tertutup dan menjauh dari orang-orang seperti yang Jean lakukan. Kean tetap menjadi pribadi yang hangat dan menyenangkan dengan sedikit bumbu-bumbu ke—misterusan menempel bersama dirinya.
"Ayo, atur aja jam nya nanti kabarin gue"
"Okey! tenang aja nanti gue kabarin dan gue juga yang bayarin logistik kita" ujar Fauzan yang masih merangkul pundak Kean diiringi sorak dari sekitar yang sepertinya hendak ikut belajar bersama Kean.
Sementara itu Kean tertawa pelan. "Gue nggak usah, gue bisa bayar sendiri."
Fauzan melepaskan tangannya dari Kean."Ey! Udah nggak apa-apa, lain waktu biar lo yang gantian bayarin"
"Makanya dari awal gue mau bayar sendiri."
"Sialan lo!" Selanjutnya gelak tawa terdengar seantero mereka.
Saat hendak memasukkan bukunya kedalam tas, Kean kembali melihat coklat almond besar dari Kinan untuk Raka. "Ada yang tau nggak kelas ekonomi B jadwalnya jam berapa?"
"Mau apa lo? Ketemu teman lo yang artis itu?" Tanya gadis dibelakang nya—bernama Rieka. "Kalau iya gue nitip salam dong buat dia!"
"Iya nanti gue sampein. Mau tanda tangan sekalian?" Kean memang selalu begitu, cepat tanggap pada teman-teman nya. Oleh sebab itu banyak orang yang senang disekitar nya meski Kean hanya bersikap sekedar saja. Lagi pula siapa di dunia ini yang tidak suka dengan orang baik kan?.
"Enggak ah, malu. Lagian gue mau dateng ke jumpa penggemar nya bulan depan"
"Sekarang jam pertamanya." ujar Intan usai melihat jam tangan yang melingkari pergelangan nya. "Pacar gue baru ngabarin barusan."
Kean meraih tasnya dan berdiri membuat Fauzan mundur dua langkah. "Makasih ya. Nanti gue kabarin kalau udah dapet balesan salamnya." selanjutnya ia melangkah, meninggalkan kelas.
"Makasih Kean!"
.
Memang benar kelasnya dimulai pukul sembilan, namun saat Kean datang lagi ke kelas Raka. Sahabatnya itu masih tidak ada. Ia berdiri sejenak siapa tau Raka akan segera kembali, namun bukan Raka yang kembali justru seorang gadis asing menghampiri nya.
"Eh temen Raka ya?" Ujar seorang gadis berambut coklat sebahu—orang yang sama yang meminta nomor Raka sebelumnya.
Kean tersenyum lebih dulu sebelum menjawab iya.
"Rakanya lagi keluar sama Jean. Sebel deh mentang-mentang pernah sekelompok jadi sok akrab banget sama Raka!"
Kean tersenyum hambar, mengapa pula ia harus jadi mendengarkan keluh kesah orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch My Food
Fiksi RemajaJean, dibacanya Jian ya bukan Jin. Meski gadis ini memang selalu mengastralkan dirinya agar tidak terlihat padahal nama tengahnya juga bermakna keberadaan. Kean, tetap dibaca Kean, nama lengkapnya Kenneth Danielle. Tapi Kean tidak suka nama aslinya...