Meski acara suprise sempat chaos karena Jean justru menangis, namun pada akhirnya upaya memberikan kejutan dalam rangka hari ibu itu berlangsung dengan baik.
Jean bahkan memuji hasil masakan suami dan putranya itu, ia sibuk bertanya dimana kedua lelaki terbaik dalam hidup itu belajar memasak juga sedari kapan mereka belajar hingga hasilnya luar biasa.
Tentu Aaksah dan Papa nya tidak buka suara tentang semua kekacauan yang mereka juga Raka dan Aline perbuat seharian ini.
Acara tersebut ditutup dengan mengantar Aaksah tidur, malam ini Kean dan Jean bisa kembali ke kamar mereka tanpa drama.
Namun Jean menyadari ada yang aneh dari Kean. Sejak Aaksah tidur lalu Kean membersihkan diri, suaminya itu tidak berbicara pada Jean bahkan melihat mu hanya sekilas sekilas aja.
"Kamu sama Aaksah bikin kue dimana? Berarti tadi kamu gak ngantor?" Jean kini sedang memakai skin care rutinnya, akhirnya ia menemukan topik yang tepat untuk berbicara dengan Kean.
Lelaki yang duduk dengan lemah diujung ranjang sembari membulak balik halaman buku, karena buku tersebut tidak benar-benar dibaca kini mengangkat kepalanya dengan ragu. Takut-takut melihat ke arah Jean yang sebenarnya kini sedang menghadap ke kaca.
"Kamu kenapa sih dari tadi? Aku beneran ada salah sama kamu? Sekarang kamu yang diemin aku" Jean segera berbalik namun suaminya justru cepat-cepat menunduk.
"Aku berhutang banyak maaf ke kamu."
Satu-satunya yang tidak berubah dari suaminya itu adalah kebiasaan nya menunduk sedalam mungkin saat ia merasa bersalah atas sesuatu yang Jean hapal selama ini.
Jean beranjak dari duduknya, ia mendekati Kean, mengangkat kepala suami nya dan segera memeluknya. Namun Kean tetap Kean, ia kembali menjatuhkan kepalanya di pundak Jean.
"Apapun yang kamu merasa itu kesalahan. Udah aku maafin kok Kean."
Kean menggeleng pelan. "Aku bikin kamu susah dua hari ini, kamu pasti terluka banget ya."
Jean mengusap pundak Kean dengan lembut. "Aku gak apa-apa kok, aku udah lega ternyata aku gak bikin salah ke Aaksah. Aku juga seneng karena ternyata dia semanis itu, sampe segala bikin surprise meski gagal karena aku cengeng."
"Aku juga ngerasa harus minta maaf sebagai karena ayah harusnya kasih saran yang lebih baik ke Aaksah. Bukan main iya iya aja sama maunya dia."
Jean tertawa pelan. Suaminya ini lemah lembut sekali. Ia tahu jelas Kean tidak tega menolak keinginan Aaksah. "Dibilangin aku gak apa-apa juga."
"Tadi kamu nangis, aku ngerasa bersalah banget. Hari ini kamu nangis dua kali karena aku. Aku minta maaf banget, Jean."
Jean yang sudah melupakan semua kejadian tidak mengenakkan hari ini tiba-tiba kembali teringat saat ia menangis diam-diam karena tahu anak dan suaminya tidak makan dirumah sementara dirinya sudah menyiapkan banyak makanan sebagai upaya permintaan maaf karena Jean berfikir sepertinya ada perilaku Jean yang menyakiti Aaksah sampai Kean juga ikut menjauhinya.
Aturan pertama di rumah ini adalah jangan berasumsi, sampaikan semua dengan gamblang apa yang dirasa agar tidak salah paham. Meski kemarin dan siang ini seolah aturan itu menguap begitu saja karena Jean rupanya tidak memilikinya keberanian untuk menyampaikan kalau dirinya juga terluka atas sikap Aaksah dan Kean, namun Jean tidak ingin aturan itu dilanggar lagi.
Mematuhi aturan itu kembali adalah hal yang Jean lakukan sekarang. Ia menyampaikan kembali perasaan nya tadi dengan baik agar Kean mengerti kalau meski dirinya tadi memang terluka namun sekarang ia sudah baik-baik aja.
"Aku minta maaf banget, aku gak bermaksud gitu. Itu semua biar rencana Aaksah berjalan lancar, Sayang."
"Aku tahu, kan udah dapet penjelasan tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch My Food
Novela JuvenilJean, dibacanya Jian ya bukan Jin. Meski gadis ini memang selalu mengastralkan dirinya agar tidak terlihat padahal nama tengahnya juga bermakna keberadaan. Kean, tetap dibaca Kean, nama lengkapnya Kenneth Danielle. Tapi Kean tidak suka nama aslinya...