Setelah lebih dari dua minggu menjaga jarak dengan Jean, Nasya tiba-tiba datang kerumahnya dengan menangis. Ia bercerita tentang kepadanya tenang bagaimana sakitnya dibandingkan terus menerus dengan kakaknya yang kini kuliah diluar negeri dan masalah yang tak kalah membuat nya terluka, yaitu kekasihnya yang menyelingkuhi nya.
Saat itu Jean tidak memberikan saran apapun, ia hanya mendengarkan dan meminjamkan bahunya untuk Nasya menangis sejadi-jadinya.
Malam itu usai Nasya puas menumpahkan seluruh isi hatinya. Gadis itu pamit pulang meski waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ia tidak bersedia menginap walau bunda yang menyarankan.
Nasya juga sebenarnya memaksa untuk pulang sendiri dan tidak mau Jean antar pulang, namun bagaimana bisa Jean membiarkan sahabat nya pulang malam-malam sendirian.
Akhirnya Jean dan Papa tetap memutuskan untuk mengantarkan Nasya pulang. Jean bahkan Papa melihat jelas dengan mata kepalanya sendiri saat itu ia menurunkan Nasya dari mobilnya tepat di depan rumah dan Nasya perlahan memasuki rumah seraya mobil Jean pergi.
Jean tidak tahu apa yang terjadi setelah itu hingga sore itu usai jam pelajaran Kesya menampar Jean yang sedang membereskan bukunya di bangku dengan keras dan mengatakan apa susahnya mengangkat telpon Nasya.
Mata Jean terbelak, ia memegangi pipinya yang terasa nyeri. "Dua hari lalu waktu Nasya telepon aku udah tidur, aku udah berusaha nelpon dia balik dari kemarin sampe tadi pagi tapi nggak ada jawaban. Ada apa sebenarnya? Aku mau tanya dia nggak masuk dari kemarin, kamu juga nggak mau deket deket aku."
Tak lama kemudian, datanglah dua orang polisi dan wali kelas menenangihi pertengkaran Jean dan Kesya.
"Benar adek yang bernama Jean? Benar adek berteman dengan seorang anak bernama Nasya?"
Jean jelas mengangguk, ia sahabat nya bukan hanya sekedar teman.
Tanpa menunggu Jean lebih tenang dulu dari keterkejutan usai ditampar Kesya, polisi tersebut segera memborgol lengan Jean membuat seisi kelas terkejut. Wali kelas berusaha melerai agar polisi tidak memperlakukan nya demikian, namun polisi berkata mereka hanya mengikuti tugas.
"Kami menerima laporan dari orang tua Nasya bahwa anaknya sudah tidak pulang semenjak terakhir izin bertemu dengan adek ini. Untuk sementara adek kami tahan untuk dimintai keterangan karena ada dugaan penculikan."
Suasana kelas saat itu berubah menjadi chaos seketika.
.
Jean lebih banyak diam saat ditanyai oleh pihak kepolisian ketika pertanyaan itu mulai menyudutkan nya. Ia sudah berusaha menjelaskan semua yang diingatnya dan memang itu yang sebenarnya terjadi namun masih saja ditanyain hal lainnya.
Orang tua Nasya datang bersamaan dengan Kesya beberapa saat setelahnya.
"Kamu kemanakan anak saya?!" Ibu Nasya menyalak pada Jean "Sudah dari awal aku bilang kan, jangan deketin anakku. Kalau anak saya mati diluar sana kamu bisa ganti nyawa dia sekarang?!"
Jean terdiam sembari menangis, meski begitu ia berani sumpah dirinya mengantarkan sahabatnya tepat depan rumah dan tidak tahu apa-apa lagi setelahnya. Beberapa polisi kesulitan untuk menenangkan ibu Nasya sampai akhirnya ibu Nasya pingsan dengan sendirinya.
"Kami menemukan ponsel Nasya di dekat rumahnya, dan nomor terakhir yang dihubungi nya adalah nomor adek" polisi tersebut memperlihatkan ponsel milik Nasya yang Jean juga kenali. Ponsel itu lecet seperti terjatuh atau memang sengaja dijatuhkan.
Ada lima panggilan dari dari Nasya pada Jean yang tidak terhubung dan ada dua panggilan kembali namun juga tidak terhubung.
Jean berkata ia tidak mengangkat telponnya karena sudah tertidur dan ia tidak mendengar ponselnya, ia berusaha kembali menghubunginya namun tidak tersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch My Food
Ficção AdolescenteJean, dibacanya Jian ya bukan Jin. Meski gadis ini memang selalu mengastralkan dirinya agar tidak terlihat padahal nama tengahnya juga bermakna keberadaan. Kean, tetap dibaca Kean, nama lengkapnya Kenneth Danielle. Tapi Kean tidak suka nama aslinya...