Dua minggu yang lalu. Hari pertama mahasiswa baru berkumpul.
Senyuman menjadi hal pertama yang Kean bagikan pada orang sekitar yang memfokuskan pandangan pada dirinya sesaat setelah ia turun dari mobil sport berwarna hitam pekat itu.
"Ini cuma perkenalan bro, lo harusnya biasa aja. Nggak perlu pamer kalau lo orang kaya" ujar Raka-teman Kean yang juga baru turun dari mobilnya.
"Cuma ini mobil yang ada di luar garasi, gue males kalo harus ngeluarin yang lain."
Keduanya lalu berjalan beriringan menuju auditorium. "Jangan salahin gue kalo lo jadi anak hits nantinya."
Kean tertawa renyah. "Nggak akan, lo nggak liat lebih banyak yang niat tebar pesona dari pada gue."
"Ya kan itu kakak tingkat, lo anak baru. Kita liat apa yang akan terjadi saat Kenneth Danielle Prananda putra sulung dari Prakasa Dharmana Prananda pengusaha ternama di Indonesia-"
Kean memukul temannya agar diam. "Berisik lo."
"Eh beneran siapa yang nggak kenal-"
"Nggak ada yang kenal, lo tau kan Papa aja selalu pake perwakilan nya buat tampil di acara besar. Begitulah cara keluarga kita hidup, lo jangan berani-berani ngumbar apapun kalo masih mau ngirup oksigen ya."
Raka terdiam sejenak, ancaman Kean selalu mengerikan jika menyangkut keluarganya. Tetapi Beberapa saat kemudian lelaki itu segera berlari menyusul sahabatnya sedari SMP itu dan kembali merangkulnya. "Ey, lo sensi banget sih. Hari pertama jadi maba nih jangan kayak anak singa ah."
"Pokoknya kalau sampe satu kampus heboh tentang gue, lo pasti biangnya."
"Kenapa sih lo nggak suka banget jadi terkenal. Terkenal kan enak, dapet banyak animo dan masa, lo mau ngapain aja pasti di dukung."
"Pasti banyak juga yang ngehujat. Gue nggak mau hidup gue di ribetin sama hal-hal kayak gitu sementara gue bisa hidup sederhana dan baik-baik aja."
Raka mengangguk pelan. Ia sudah tahu jawaban Kean, ia sudah hafal diluar kepala. Meski begitu Raka masih suka saja melemparkan pertanyaan yang sama. Alasannya, karena setiap orang kan bisa berubah. Termasuk Kean, siapa tahu sahabatnya ini akan berubah dan lebih memanfaatkan privilage harta, ketenaran dan ketampanan fisik yang dimilikinya. Namun rupanya perubahan itu masih belum Raka temukan. "Ah, bisa-bisa nya ada orang nggak berubah sama sekali"
.
"Lo besok harus pake masker sama sunglasses deh" ujar Raka, mereka sekarang berdiri diambang pintu auditorium yang setengah penuh.
"Kenapa?"
"Tuh cewe cewe pada terpesona sama lo."
"Itu sama lo, lupa siapa yang artis disini?"
Raka menepuk dahinya pelan. "Oh iya! Kenapa gue bisa lupa ya kalau gue yang artis disini."
Perkenalkan, Raka Abimanyu, selain berstatus sebagai sahabat sejati Kean. Raka juga adalah seorang penyanyi solo papan atas sebenarnya yang setiap albumnya sudah laku terjual jutaan copy dan di dengarkan lebih dari tiga puluh juta orang setiap comeback, namun ia selalu lupa akan popularitas nya saat sedang bersama Kean. Sebab bagaimanapun temannya yang satu ini selalu terlihat lebih mencolok baik dari segi penampilan maupun wajah.
"Itu Raka Abimanyu kan ya?"
Raka tersenyum penuh kebanggaan pada orang yang mengenalinya. Lagi pula justru aneh kalau di negeri ini ada yang tidak kenal dirinya.
"Nggak nyangka ya satu kampus sama artis"
"Gila, sekelas sama artis papan atas." seruan seperti itu terus terdengar di sekitar keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch My Food
Fiksi RemajaJean, dibacanya Jian ya bukan Jin. Meski gadis ini memang selalu mengastralkan dirinya agar tidak terlihat padahal nama tengahnya juga bermakna keberadaan. Kean, tetap dibaca Kean, nama lengkapnya Kenneth Danielle. Tapi Kean tidak suka nama aslinya...