Terhitung tiga bulan sesudah keberangkatan Kinan ke Jerman, gadis itu masih meninggalkan jejak disana sini meski sudah cukup lama meninggalkan Indonesia.
Setiap kali melihat kue mochi, Jean jadi teringat Kinan yang di umpakan oleh Raka mirip dengan Kinan.
Raka tidak salah, wajah Kinan yang putih bersih dan agak tembem itu memang mirip dengan Kinan.
Jean juga masih saja seperti bisa mendengar suara Kinan saat melihat mobil Kean merapat di hadapannya entah untuk menjemputnya di rumah atau sepulang kuliah. Ia teringat bagaimana Kinan berteriak dari dalam mobil dan menyuruhnya cepat-cepat masuk dan duduk di sebelahnya karena ia sendirian di kursi belakang. Papa dan Mommy-nya di suruh berangkat dengan mobil yang berbeda.
Sepanjang perjalanan Kinan terus bercerita tentang lirik yang ditulisnya, tentang sikap Raka tiba-tiba menjadi seperti kucing saat di hadapannya, tentang Kean yang menjadi lebih overprotectif dan juga Kinan kembali berpesan entah untuk yang ke berapa kalinya untuk menjaga Mas-nya itu.
Berkenalan dan berhubungan baik dengan Kinan selama dua tahun ini membuat Jean seperti menemukan sahabat baru. Hidupnya terasa penuh dengan orang-orang baik di sekitarnya. Oleh sebab itu Jean berdoa setiap malam untuk kesembuhan Kinan. Bahkan setiap bertemu dengan Kean, hal yang pertama Jean tanyakan adalah tentang keadaan Kinan.
Jean bisa menangkap dengan ke khawatiran yang setiap hari berusaha Kean sembunyikan dengan senyum ceria nya. Itu membuat Jean semakin gencar meminta kepada Tuhan untuk kesembuhan Kinan, selain agar Kinan lekas membaik dan tidak merasa sakit lagi, juga agar Kean bisa merasa lebih baik seperti dulu-dulu. Tidak ada lagi kekhawatiran di wajahnya, tidak sering melamun bahkan sering lupa jalan.
Hari ini, hari Kamis. Ada kuis untuk mata kuliah ekonomi makro. Jean mematikan ponselnya selama kuis berlangsung karena perintah dosen. Betapa terkejut nya ia saat menyalakan ponsel dan ada dua puluh panggilan tidak terjawab dari Raka.
Perasaan Jean mulai tidak enak, lelaki itu sedang konser sekarang bahkan sampai dua minggu kedepan, mengapa ia menelpon Jean sebanyak ini?
Tanpa berkata apapun Jean segera mengemasi barang-barangnya lalu pergi meninggalkan kelas sembari berusaha menelpon balik Raka.
.
"Okey, Raka, kita break sebentar, istirahat tiga puluh menit dan mulai make up ya" ujar salah satu staff.
Raka turun dari panggung usai gladi. Samar-samar ia bisa melihat penonton memasuki vanue. Bersamaan dengan itu, Azis, manajer Raka lari tergopoh-gopoh menghampiri nya.
"Ada apa bang?" Tanya Raka dengan panik.
"Kinan, Ka" Azis masih mengatur nafasnya.
"Kinan kenapa bang?!"
"Kinan meninggal, Ka"
Botol minum yang pegang Raka jatuh seketika. Meski begitu ia masih berusaha keras untuk tidak percaya akan hal itu. "Jangan becanda ah bang"
"Gue nggak becanda Raka! Barusan bokapnya telpon."
Raka segera merebut ponsel yang berada dalam genggaman Azis dan berusaha menghubungi Kean.
Sesudah lebih dari lima kali namun masih juga tidak terhubung dengan si penerima. Raka tidak bisa meninggalkan vanue, konsernya kurang dari dua jam. Ia tidak bisa membatalkan konsernya juga atau perusahaan harus membayar pinalti yang jumlahnya tidak sedikit.
Raka beralih menelpon Jean.
Sepuluh menit berlalu, masih tidak ada yang panggilan yang terhubung baik Kean maupun Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch My Food
Novela JuvenilJean, dibacanya Jian ya bukan Jin. Meski gadis ini memang selalu mengastralkan dirinya agar tidak terlihat padahal nama tengahnya juga bermakna keberadaan. Kean, tetap dibaca Kean, nama lengkapnya Kenneth Danielle. Tapi Kean tidak suka nama aslinya...