Cemilan Tambahan : Kue Perayaan Hari Ibu

369 41 1
                                    

Jean berdiri dengan menatap bingung Aaksah yang kini pura-pura tertidur dengan Papanya di sebelahnya. Yang Jean tidak mengerti adalah apa sebenarnya sedang terjadi antara suaminya dan anaknya kini. Waktu kecil saja Aaksah tidak pernah rewel minta di temani tidurnya saat Jean dan Kean bersiap meninggalkannya sendiri dikamar usai kecupan selamat malam. 

Kenapa baru seperti ini saat sudah usai sepuluh tahun. Tiba-tiba sekali, tidak ada angin tidak hujan Aaksah menangis ingin di temani Papa. Hanya dengan Papa.

Terus aku gimana?! Batin Jean.

"Ya udah kamu ke kamar duluan aja. Ini udah malem juga kamu butuh istirahat, nanti aku nyusul kok kalau Aaksah udah pules." Ujar Kean yang kini sedang berbaring di sebelah putranya sembari mengusap-usap pelan kepala sang anak.

"Mama tidur sini juga deh"

"Jangan! Papa aja yang tidur sama aku. Mama tidur sendiri!" Benarkan, Aaksah belum baru pura-pura tidur saja.

Mata Jean terbelalak, tidak percaya dengan apa yang di dengar nya. Matanya kini berkaca-kaca. "Sayang, Mama ada salah apa sama kamu hari ini?"

Aaksah kembali memejamkan mata, ia seperti tidak mau terpengaruh dengan tatap sedih sayang ibu.

"Kean, aku salah apa?"

Kean hendak bangkit dari posisinya dan menenangkan sang istri namun tangan nya di tahan sekuat tenaga oleh sang putra. Yang membuat Kean tidak bisa kemana-mana, jika ia memaksa hendak melepaskan tangannya Aaksah akan terluka.

"Mas, Papa mau ke Mama sebentar aja."

"Gak boleh!"

Kean sering melihat di twitter tentang ibu yang menjadi rebutan anak dan suaminya. Itu terlihat lucu sih, tetapi kenapa saat ia merasakan jadi rebutan anak dan istrinya Kean justru merasa sakit hati. Apalagi kini wajah Jean tampak sedih.

"Ya udah deh, kamu tidur sama Aaksah aja. Aku tidur sendiri aja, percuma juga Aaksah gak mau bilang aku salah apa. Selamat malam, sayang."

Jean meninggalkan kamar Aaksah dengan langkah gontai, tergambar jelas kesedihan pada wanita itu.

Kean menghela nafas, rasanya sesak sekali melihat Jean bersedih saat ia tidak bisa berbuat apapun.

Sepeninggal Jean, Aaksah lantas bangun. Senyum tergambar jelas di wajahnya membuat Kean menatap kesal sang putra.

"Kamu lagi rencanain apa? Kamu beneran mau tidur sama Papa? Kasian tau Mama kamu."

Anak lelaki yang sudah berusia tujuh tahun ini meminta ayahnya untuk mendekat, ia membisikkan sesuatu.

"Mas, kamu bener-bener ya!"

"Papa jangan marah dulu, bantu Aaksah ya. Ini pasti berhasil."

"Mama kamu gak peka sama hal kayak gitu."

"Ya coba aja dulu, ya, ya?"

Dengan kesal Kean mengangguk pelan. "Ya udah deh Papa bantuin, lagian kamu udah terjalur bikin Mama sedih juga."

.

Sarapan esok paginya tidak berlangsung hangat seperti biasa, Aaksah masih menempel pada Kean dan tampaknya lelaki itu tidak mendapatkan informasi apapun yang bisa di bagikan pada Jean. Hal terbukti dengan Kean yang diam saja, seolah tidak merasa harus memberitahukannya apapun.

Pukul dua siang, semua pekerjaan rumah sudah di selesaikan biasanya Jean akan mencoba mengerjakan beberapa hal diperusahaan tetapi hari ini ia meminta izin tidak bekerja karena ia tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan apapun sebab masalah Aaksah. 

Don't Touch My FoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang