Pada awalnya, Bae Yujin mengira kalau Jimin benar-benar akan membebaskannya dan membiarkan dia hidup tenang bersama sang nenek. Tapi ternyata, itu hanya sekedar khayalan belaka.
Sungguh, Yujin pikir, terkurung dalam penjara terasa jauh lebih baik da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selagi menunggu Jimin berbaring di kedua pahanya, netra Yujin berkeliling memperhatikan kamar luas tersebut. Tidak ada yang berubah, tapi entah mengapa Yujin merasa ada sedikit yang berbeda- ada sesuatu yang hilang.
Satu demi satu Yujin mengabsen barang-barang yang pernah ia lihat sebelumnya. Tak lama kemudian, tubuhnya sedikit tersentak ketika menyadari apa yang hilang.
'Bingkai foto!' ucapnya dalam hati.
Refleks maniknya melebar dan dia segera menutup mulut supaya tidak mengusik Jimin yang masih memejamkan mata.
Yujin mulai panik, sebab foto Jimin dan Gaeun yang terpajang di atas nakas dan juga di dinding kamarnya tidak ada.
Apa ada seseorang yang sengaja menyembunyikan foto mereka? Mungkinkah Bibi Nam?
'Tapi.. dimana foto-foto itu disimpan? Bagaimana kalau Jimin tidak sengaja menemukannya??' batinnya terus meracau tak tenang.
"Ada apa?" Suara Jimin mengejutkannya.
"Eoh??"
"Kenapa kau terlihat cemas?"
Jimin sudah membuka mata namun kepalanya masih setia berbaring di paha Yujin. Mereka layaknya sepasang kekasih yang biasa bermesraan di kursi taman.
"Aku? Cemas? Ti- tidak. Kau sudah selesai, kan? Bangunlah..! Aku ingin ke kamarku dan segera mandi."
Dengan sangat terpaksa Jimin kembali duduk di tepi kasurnya dengan wajah murung.
"Berbaringlah lagi.. bantalmu merindukan pemiliknya," tutur Yujin sembari merapikan bantal persegi panjang dengan warna senada dengan sprei dan selimut.
Jimin menuruti perintahnya, lalu tiduran dengan posisi senyaman mungkin. Yujin membantunya menarik selimut hingga menutupi setengah badannya.
"Nanti kau ke sini lagi, kan?"
Yujin menatapnya tak percaya. "Jimin-ssi... kau ini kenapa? Apa kau benar-benar ingin melihat wajahku dua puluh empat jam dalam sehari??"
"Bukan begitu.. aku hanya takut sendirian di sini. Kamar ini terlalu besar untuk satu orang."
Jimin itu lucu sekaligus menyebalkan. Yujin tak habis pikir, bagaimana bisa dia takut berada di kamarnya sendiri?
"Kau takut?"
"Eoh," sahutnya dengan mata berbinar dan alis melengkung ke atas.
'Apa dia benar Park Jimin yang pernah mengurungku di dalam gudang??' Yujin terheran-heran.
"Siapa suruh kau membangun rumah seluas istana? Nikmati saja kamar mewahmu ini. Hm?" Yujin tersenyum sebelum keluar dari kamarnya.
"Ya! Kau tidak akan lama, kan??" teriak Jimin di atas kasur.