"Yujin-ssi.."
Suara gedoran pintu mengejutkan seseorang di dalam kamar.
"Bae Yujin.."
Tubuhnya mulai menggeliat pelan kala tidurnya terusik oleh suara seseorang di balik pintu kamarnya. Dia mengerjapkan mata beberapa kali sembari mengumpulkan nyawa yang masih bertebaran di alam mimpi.
"Yujin-ssi.. ini aku, cepat buka pintunya!"
Si gadis melirik ke arah jam dinding dengan mata yang masih enggan terbuka lebar. Ini masih jam enam pagi, tapi Jimin sudah ribut sekali di luar.
"Yu-"
"Apa?" Yujin membuka pintu dengan kondisi setengah sadar.
"Kau baru bangun??"
"Hm. Ada apa pagi-pagi berteriak di depan kamarku?"
"Kamarmu? Ini rumahku, jadi ini juga kamarku, bukan begitu?" Jimin menerobos masuk ke dalam kamar tanpa perlawanan berarti, sebab Yujin masih setengah ngantuk.
"Kau belum siap-siap?" tanyanya lagi sambil melihat-lihat isi kamar yang Yujin tempati.
"Siap-siap kemana?-" Yujin diam sesaat, "jangan bilang... kau sudah siap untuk pergi ke rumah nenekku??"
"Gadis pintar," ujarnya cekikikan.
Yujin duduk di tepi ranjang, menatap jengah si pemilik rumah. "Apa kau tidak lihat jam? Ini masih jam enam pagi. Kita bisa berangkat jam sembilan atau jam sepuluh nanti."
"Ah, tidak mau! Aku sudah menunggu semalaman karena senang akan pergi jalan-jalan hari ini." Dia berdiri di hadapan Yujin dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celana.
Yujin memperhatikan Jimin dari ujung kaki sampai ujung kepala. Setelan celana jeans dan kaus hitam polos benar-benar membuat Jimin terlihat seperti laki-laki yang akan dikenalkan ke neneknya. Gaya rambutnya yang sedikit berantakan, semakin menyempurnakan style-nya.
"Aku tahu, aku tampan. Tapi tolong jangan menatapku seperti itu."
Seiring ucapan Jimin tadi, Yujin segera mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Kita akan pergi jam sembilan. Sekarang keluarlah.." pinta Yujin sembari bangkit dari duduknya.
"Andwae! Kau harus mandi sekarang lalu kita sarapan bersama, setelah itu-"
"Jimin-ssi.." potongnya.
"Ah, benar. Aku tidak mau mendengar panggilan itu. Mulai sekarang, panggil aku 'Jimin oppa', mengerti?"
"Mwo??"
"Cepat mandi, aku tunggu kau di meja makan."
"Aku sudah bilang kalau kita akan pergi jam-"
"Mandi sendiri atau aku temani?"
"YAA!!" Mata Yujin mendadak melebar tak percaya.
"Pilih mana?" Jimin mengangkat satu alis dan menarik senyum di ujung bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [Ongoing]
FanficPada awalnya, Bae Yujin mengira kalau Jimin benar-benar akan membebaskannya dan membiarkan dia hidup tenang bersama sang nenek. Tapi ternyata, itu hanya sekedar khayalan belaka. Sungguh, Yujin pikir, terkurung dalam penjara terasa jauh lebih baik da...