Pada awalnya, Bae Yujin mengira kalau Jimin benar-benar akan membebaskannya dan membiarkan dia hidup tenang bersama sang nenek. Tapi ternyata, itu hanya sekedar khayalan belaka.
Sungguh, Yujin pikir, terkurung dalam penjara terasa jauh lebih baik da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berkali-kali Jimin memukul roda kemudi guna melampiaskan kekesalannya. Ia masih tak terima dengan perlakuan Jungkook padanya beberapa saat yang lalu. Yujin jadi sedikit khawatir, sebab akan sangat berbahaya kalau sampai Jimin tidak fokus menyetir dan berakhir kecelakaan.
"Apa kau masih marah?" tanya Yujin memastikan.
Jimin tidak menjawab. Namun tatapan lurus itu bisa membuktikan seberapa marahnya ia.
"Jimin-ssi.. bukankah tadi aku sudah ingatkan untuk bicara baik-baik dengannya?"
"Kalau saja tadi kau tidak memukulnya duluan, dia tidak akan-"
"YA!!" bentak Jimin geram. Dia sampai menghentikan mobilnya di tepi jalan.
"Apa kau tidak lihat tadi?! Aku memukulnya karena dia berani mendorongmu, Bae Yujin!"
"Tapi kau tidak perlu memukulnya seperti itu."
"Setelah aku berusaha melindungimu, kau justru membelanya sekarang?" ketus Jimin.
"Bukan begitu maksudku-"
"Sejak awal sudah kubilang, biar aku saja yang menemui orang itu! Lagi pula kau sedang sakit. Aku terpaksa pergi dari sana karena harus mengantarmu pulang. Menyusahkan saja!"
Perlu waktu dua detik untuk Yujin mencerna kata-kata Jimin barusan.
"Jadi kau merasa direpotkan olehku?" tanya Yujin pelan. Entah mengapa hatinya merasa sedikit kecewa.
"Yujin-ah, ini urusanku dengan si pembunuh itu. Kau tidak seharusnya ikut campur terlalu jauh." Jimin masih bersikeras bahwa tindakannya memang benar.
"Aku juga tidak ingin ikut campur dengan urusanmu ini. Tapi di sini aku juga seorang korban. Karenamu, aku terpaksa menerima hukuman yang tidak seharusnya aku terima!"
Lidah Jimin mendadak kelu. Tak dapat berkata-kata. Untuk kesekian kalinya Yujin menyadarkan keegoisan lelaki itu.
"Maafkan aku," ucapnya lirih.
Tiba-tiba hatinya ikut perih melihat air mata yang hampir jatuh di pelupuk mata Yujin.
Click
"Kau mau kemana??" tanya Jimin cepat ketika Yujin melepas seatbelt-nya tiba-tiba.
"Kau bisa langsung pulang. Aku akan kembali ke rumah nenek sendiri."
"Tidak! Kau sedang sakit!" Jimin menahan tangan gadis itu yang hendak membuka pintu.
"Aku baik-baik saja. Lepaskan tanganku, aku ingin pulang."
"Aku akan mengantarmu!- Ya!!"
Yujin berhasil keluar dari mobilnya meski harus menarik paksa tangannya cukup kencang.
"Taksi!!"
"Ya Yujin-ah!!"
Jimin ikut keluar mengejar Yujin. Tapi sayangnya wanita yang ia kejar sudah lebih dulu masuk ke dalam taksi dan langsung pergi.