Jealousy

1.7K 327 72
                                        

Siang ini langit nampak gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini langit nampak gelap. Bisa ditebak sangat jelas, beberapa menit lagi hujan pasti turun. Suara gemuruh bahkan terdengar menggema meski tidak terlalu menyeramkan.

Yujin kembali masuk ke kamar Jimin setelah cukup lama ia menyendiri di luar. Lagi pula ini sudah waktunya makan siang, suster pasti sudah mengantarkan menu makan siang untuk Jimin.

Kebetulan sekali, sesampainya di depan kamar, ada suster yang akan masuk ke dalam. Yujin langsung mengekor di belakang suster tersebut.

"Permisi, Tuan Park, sekarang waktunya makan siang," sapa suster cantik di hadapannya.

"Terima kasih. Tolong letakkan saja di meja," balasnya seraya melirik ke arah Yujin yang berjalan ke arah sofa.

"Jika sudah selesai makan, jangan lupa diminum obatnya, Tuan." Setelah mengingatkan, suster pun keluar dari kamar untuk melayani pasien lain.

Jimin berdeham memberi kode. Yujin hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus menatap ponselnya.

"Ya!" tegurnya lantang.

"Apa?" Yujin pura-pura tidak mengerti.

Jimin bicara pakai bahasa isyarat. Dia memasukan tangannya ke mulut seperti gerakan menyendok makanan. Lucu sekali wajah polosnya. Sangat jauh berbeda dengan Jimin yang suka membentak Yujin kala itu.

"Cepatlah.. aku lapar.." rengeknya tak sabar.

Yujin berdiri dari sofa dan berjalan ke arah Jimin. "Kau masih belum bisa makan sendiri?"

"Aku ingin disuapi pakai tangan ini." Pria itu meraih pergelangan tangan kanan Yujin.

Wanita itu mendengus pelan lalu tersenyum sekilas. Tangannya mulai terulur mengambil mangkok nasi yang ada di meja. Dia menuangkan kuah sup yang menjadi menu makan siang Jimin kali ini.

Suapan pertama mendarat sempurna di dalam mulut Jimin. Dia mengunyah makanannya dengan lahap.

"Apa seenak itu?" tanya Yujin penasaran. Setahunya makanan rumah sakit rasanya hambar, tapi Jimin terlihat begitu menikmatinya.

Jimin menggeleng cepat. "Supnya tidak enak. Aku makan ini karena kau yang menyuapi. Lagi pula, aku ingin segera sembuh dan keluar dari sini. Membosankan."

Lihatlah.. Yujin seperti mendengarkan keluhan anak berumur lima tahun.

"Jimin-ssi.. sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Tangannya kembali menyuapi saat mulutnya sudah kosong.

"Apa?"

"Tolong jangan terkejut atau marah. Hmm.. lebih tepatnya, jangan terlalu memikirkan apa yang terjadi sebelumnya."

"Ucapanmu membuatku bingung. Bicaralah yang jelas." Ekspresi Jimin jadi lebih serius sekarang.

"Sebenarnya... sebelum kau mengalami kecelakaan, aku sudah tinggal di rumahmu. Kau yang membawaku ke sana. Dan.. Pak Han yang semalam membawakan pakaianku, dia adalah sopir pribadimu. Dia sangat baik. Kau beruntung memiliki Pak Han yang setia bekerja denganmu."

Regret [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang