Pada awalnya, Bae Yujin mengira kalau Jimin benar-benar akan membebaskannya dan membiarkan dia hidup tenang bersama sang nenek. Tapi ternyata, itu hanya sekedar khayalan belaka.
Sungguh, Yujin pikir, terkurung dalam penjara terasa jauh lebih baik da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cahaya matahari mulai menyinari seluruh kota. Ranting dan daun di pohon-pohon bergoyang ke sana ke mari tertiup hembusan angin. Cuaca pagi ini sangat cerah, tapi sayangnya suasana seindah ini tidak bisa dirasakan oleh lelaki yang baru saja terbangun dari tidurnya, Park Jimin. Ia sedikit terkejut ketika menyadari bahwa dirinya bukan berada di dalam kamarnya seperti biasa. Beberapa detik kemudian Jimin baru ingat bahwa sejak semalam dirinya memang tertidur di ruangan berjeruji besi ini.
Alih-alih merasa lebih baik setelah tidur, justru pegal-pegal menyerang tekuk leher dan punggung Jimin. Tubuhnya terasa kaku karena terpaksa harus tidur di lantai yang hanya beralaskan karpet tipis.
Jimin perlahan bangkit dari posisinya, kemudian bersandar pada dinding. Rasa dingin langsung menyebar di sekujur punggungnya.
Di ruangan tersebut ia tak sendiri. Ada satu orang laki-laki lain dengan pakaian yang tampak lusuh. Dilihat dari wajahnya, mungkin dia berusia tiga puluhan. Jimin sempat bertanya-tanya, kesalahan apa yang pria itu perbuat sampai harus ditangkap oleh polisi.
"Apa yang kau lihat?"
Jimin terkejut dan mendadak salah tingkah. Pria yang sedari tadi ia perhatikan tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu.
"Joeseonghamnida." Jimin menunduk sekilas.
"Bagaimana kau bisa tertangkap? Apa kau mencuri sesuatu?" Netra pria tersebut mamperhatikan penampilan Jimin, dari ujung rambut sampai sepatu hitamnya yang mengkilap.
Jimin membisu. Dia enggan menjawab sebab terlalu malu jika mengakui alasan sebenarnya.
"Dilihat dari pakaianmu, sepertinya kau karyawan kantoran. Apa mungkin kau mengkorupsi uang di perusahaan?" tanyanya lagi. Jimin hanya bisa mangalihkan wajahnya dari pertanyaan yang sangat mengintimidasi itu.
Tap
Tap
Tap
Derap langkah dua orang polisi berhenti tepat di depan pintu jeruji. Satu orang membawa nampan berisi makanan, sedangkan yang satunya bertugas membuka gembok.
"Kami bawakan sarapan untuk kalian. Makanlah dan habiskan." Dua buah food tray stainless berisi nasi putih, telur mata sapi dan kimchi diletakkan di depan mereka.
"Kamsahamnida," tutur pria berpakain lusuh tersebut.
Polisi itu hendak keluar dan menutup kembali pintu jeruji. Tapi sebelum itu...
"Maaf-"
"Ada apa?"
"Apa aku boleh tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai harus dipenjara?" Pria itu menunjuk Jimin terang-terangan.
"Dia dilaporkan atas kasus percobaan pembunuhan."
"Mwo??!" Si pria banyak tanya itu membelalak. Jelas sekali dia terkejut dan mendadak jadi takut satu ruangan bersama Jimin. "B-bi-bisakah kalian bawa aku ke ruangan lain??"