I Believe You

1.2K 340 77
                                        

"Yujin-ah," panggil Seokjin kala si jelita sudah lebih tenang dari tangisnya, "bisa kita bicara?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yujin-ah," panggil Seokjin kala si jelita sudah lebih tenang dari tangisnya, "bisa kita bicara?"

"Bicara saja.." lirihnya pelan.

"Bukan di sini. Aku ingin bicara berdua." Yujin paham maksudnya. Di sini masih ada Pak Han, mungkin dia ingin membahas suatu hal pribadi. Yujin mengiyakan meski dia sendiri tidak tahu apa yang akan disampaikan dokter oppa-nya.

"Ahjussi, kami permisi sebentar," pamit Seokjin pada Pak Han.

"Ahjussi, aku..."

"Silakan.." Pak Han memotong ucapan Yujin lalu tersenyum mengerti.

Seokjin membawa wanita itu ke taman yang berada di pekarangan rumah sakit. Mereka berdua duduk berdampingan di kursi panjang bercat putih. Ini tempat yang sempurna.

"Ada apa?" tanya Yujin setelah mendaratkan bokongnya di kursi.

"Ini soal Jimin."

"Apa dia mengalami amnesia?"

Seokjin mengangguk pelan. "Aku tidak tahu seberapa jauh memori ingatannya hilang, tapi yang jelas... Jimin tidak ingat siapa dirimu, Yujin-ah."

"Lalu?" Keningnya mengerut tanda tak paham.

"Kau tidak mengerti maksudku? Kau bisa pergi darinya. Kau bisa manfaatkan keadaan ini, sebelum Jimin menyakitimu lagi." Tatapan matanya terlihat sangat serius. Dia benar-benar ingin Yujin pergi dari rumah penuh penyiksaan itu.

"Kau benar," sahut Yujin dengan tatapan kosong. "Aku bisa saja kabur sekarang juga dan tidak akan pernah muncul di hadapannya lagi. Aku bisa hidup bebas dan dia tidak bisa menyiksaku seperti kemarin."

"Jadi, kau setuju?"

Yujin terdiam beberapa saat. Lalu menatap manik pria Kim yang sedari tadi tak berhenti menatapnya.

"Aku tidak bisa," jawaban finalnya.

Raut wajah Seokjin berubah kecewa. "Kenapa??"

"Aku tidak bisa meninggalkannya dalam keadaan yang tidak ingat apa-apa."

"Justru ini kesempatanmu untuk pergi darinya, Yujin-ah!" Tanpa sadar Seokjin meninggikan suaranya.

"Aku tahu.. tapi coba kau pikir lagi. Jika suatu saat dia ingat semuanya, lalu dia tahu aku tidak ada di rumahnya, menurutmu apa yang akan dia lakukan??"

Seokjin diam dan berpikir sejenak. Sekarang hanya ada pikiran negatif yang berputar di kepalanya. Namun dengan yakin ia berkata, "Aku bisa menjagamu."

Yujin menggeleng. "Kau baik. Sangat baik. Aku tidak ingin menjadikanmu sebagai tameng pelindung. Aku-"

"Kau menyukainya?"

"Mwo??" Yujin sangat terkejut dengan pertanyaan yang terdengar seperti tuduhan atas dirinya.

Regret [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang