Bus merah yang kunaiki berhenti tepat di tempat pemberhentian "Chinese Town" begitu tulisan yang terpampang besar di gerbang, atau gapura besar dihadapanku ini.
"Kau gila jika bermaksud membuatku berlari sampai kesini" aku menatap tidak percaya pada Shane.
"Maksudmu?"
"Heyy! Untuk kesini, kita butuh waktu sekitar 20 menit! MEMAKAI BUS! Dan jika menggunakan kakiku sendiri? Mungkin aku tak bisa memakainya selama seminggu penuh karena pegal-pegal yang berlebihan."
Aku menggeleng skeptis ke arah si pirang.
"Aku sudah biasa, dan tidak ada yang aneh dengan berjalan kaki kesini" Shane menaikkan bibirnya hingga membentuk kerucut yang menyerong.
"Kau ternyata memang jelmaan koala! Berjalan kaki saja malas" Si pirang kembali menunjukkan cengiran ejekkan nya.
well, aku memang jaraangggg, eh mungkin tak pernah berjalan kaki kepasar! karena Papa tak mungkin membiarkan ku. Ketika aku naik busway kesekolah bersama Andrew juga tanpa sepengetahuan papa. Tapi aku tak mungkin bilang ke bocah pirang ini -____-
"....aku hanya tak punya alasan untuk berjalan kaki!" Sambungku
Ah, ya! Memang tak ada sih. Fasilitas dirumah maupun alat transportasi benar-benar memadai, malah mungkin berlebihan. Tapi tetap saja aku tak ingin si pirang ini tau! Aku tidak mau dikatai 'cewe kaya yang manja' sama si bodoh ini. ==
Shane hanya mengangkat bahu nya, wow! 1 lagi kebiasaan nya! Mengendikkan bahu!
Ngomong-ngomong, aku baru sadar mengapa tempat yang disebut Shane sebagai 'pasar' ini diberi nama Chinese Town. Semua yang berjualan dan pemilik pertokoan disini adalah orang cina. Dan benar-benar padat.
Persis seperti keramaian pasar yang ada di film film China, aku tak tau ada tempat seperti ini di Sydney. Bangunan pertokoan nya penuh dengan huuf-huruf mandarin yang tidak kuketahui. Bayangkan saja! Dulu waktu tk aku pernah diikutkan les Mandarin oleh Papa, dan hanya bertahan seminggu =_= karena aku tidak suka dengan bahasa nya yang..umm agak aneh ditelingaku.
Jujur aku lebih suka bahasa Jepang, well.. kakek ayahku adalah seorang perwira Jepang di Indonesia pada jaman sebelum kemerdekaan. Karena itulah nama belakangku Shiina, mengikuti marga eyang ku.
Aku dan Shane masuk ke dalam sebuah trowongan, begitulah aku menyebutnya. Karena merupakan lorong yang besar, aku terkejut melihat ujung lorong yang berujung pada emperan-emperan pedagang sayuran, ikan, daging, dan lain-lain.
"Seperti pasar tradisional Indonesia!" Aku terpana melihat pemandangan ini, sekali lagi! Tak kukira Sydney punya tempat seperti ini.
"Benarkah? Ini pasar yang menjual bahan makanan yang paling murah!" Shane menyapukan pandangan nya ke para pedagang dan dagangannya, menimbang-nimbang apa yang akan ia beli.
Tiba-tiba seorang gadis penjual ikan dengan toko bertuliskan "Fresh fish and meat" di depan kami menghampiri ku "Shane, kau datang? Mana Jannice? Kau tau! Aku menjual ikan tuna segar pagi ini!" Salah! Bukan menghampiriku, tapi menghampiri si pirang.
"Jannice sedang tidak ada dirumah Lixi! Wah, mungkin malam ini aku akan memakan tuna segar." Shane terkekeh di hadapan gadis 'Lixi'.
Gadis 'Lixi' tersipu malu! Woww! Ia suka pada si pirang. Jelas sekali =_=
"Cewe sepatu, ini Lixi, anak penjual ikan dan daging segar yang menjadi langgananku! Ikan yang ia jual benar-benar segar. Lixi, ini Nike..si cewe sepatu dari Indonesia!"
Aku mencubit lengan Shane, dengan cubitan yang kecil. Namun sekuat tenaga. Ia meringis..
"Rasakan! Kau harus nya memperkenalkan ku dengan lebih baik pirang" aku melotot ke arah Shane.
Lixi menyapukan pandangan ke arahku, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sinisme! Ya. Itu yang tampak dari raut wajahnya saat menatapku.
Aku tersenyum canggung. Kurasa ia cemburu padaku -_- hal apa yang perlu perempuan ini cemburukan dariku? Tidakkah dia lihat bahwa Shane hanya menggangguku. Tak ada arti apa-apa. Ya. Tak ada! Mungkin.
"Nice to meet you" ia tersenyum secepat kilat kearahku, dan mengalihakn perhatiannya ke pirang.
"Well Lixi, kurasa kau akan membungkuskan beberapa tuna segar untuk nona sepatu ini?" Shane mengambil plastik bag untuk membungkus ikan tuna yang woww! Kelihatan nya segar sekali. Untung ikan ini berpenampilan memuaskan, jika tidak? Aku mungkin muak padan ikan ini, terutama pada PENJUALNYA.
Shane mengucapkan 'thanks' pada Lixi dan beranjak. Kami kemudian beralih ke sebuah emperan yang menjual tahu, aku suka sekali tahu.
"How much is it?" Aku bertanya pada wanita tua penjual tahu"6 $ per bungkus" What? 1 dolar kurang lebih 12 ribu rupiah, 6 dolar berarti 72 ribu. Luar biasa! Sebungkus berisi 4 buah tahu seharga 72 ribu =_= kuharap rasanya tak akan membuatku kesal seperti harganya.
"Pirang! Negara apa ini?! Harga 4 buah tahu 6 $ di Negara ku, dengan harga segini akan mendapat lebih dari 72 buah loh! Insanity!" Aku mendengus frustasi.
"Aku memang tak mengerti standar uang Negaramu, tetapi memang hanya di Chinese town yang menjual bahan makanan paling murah. Kan sudah kubilang kalau barang-barang di Australia...."
"Mahal melampaui batas." Aku menyambung perkataan Shane, dan ia hanya mengangkat bahunya. Endikan itu lagi -_-
Well, walaupun aku ini orang kaya *ayah Nik Jendral* aku masih tau harga pasar. Kekayaan tidak menghentikan ku untuk berhidup hemat.
Sepanjang jalan Chinese Town aku hanya menggerutukan harga tahu, dan mengutuk para pedagang Australia *don't try this at home*.
Shane mendengarkan gerutuan ku sepanjang jalan, dan kadang terkekeh, kadang tertegun, kadang terpana =_= why? Mungkin hanya ilusi ku saja.
Kami berdua menaiki bus yang sama tepat pada pukul 12 siang,dan duduk di deretan ke 3 *lagi*. Aku kini merasa benar-benar lelah! lelah berkeliling Chinese town, muak melihat Lixi, lelah mengutuk para pedagang Australia. Well, setidaknya cukup baik di hari pertama berbelanja di Sydney. Aku hanya perlu menyesuaikan diri, agar tidak melolot ketika tau harga barang-barang disini.
Aku ngantuk, mungkin benar aku ini seperti Koala. Bisa tidur dimana saja asal nyaman =_=
Aku tak kuat! Tanpa pikir panjang, aku terlelap dengan kepala tersandar ke bahu Shane, rambutnya pirangnya wangi! Wangi shampoo.
Sempat kulihat sekilas ia menyunggingkan senyum, lesung pipi nya begitu dekat dari mataku. Aku ingin menjauhkan kepalaku dari bahunya, tapi aku tak kuat! Bahunya nyaman =_= Aku tak kuat menahan kantuk.
Dan aku pun terlelap. Di bahu nya Shane.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Blue
RomanceLove comes whenever it like Kapanpun, Dimanapun, Kepada siapapun tidak mengenal ras serta suku Cinta bisa datang dari belahan bumi manapun tak pernah kau sangka dan kau duga Namun ada cinta yang hanya menginginkan materi Begitulah menurut Niki Dikhi...