"Hhhh..hhh! Hei tungguuu! Piraangg" teriakku ngos ngosan
si pirang itu sungguh menghabiskan tenaga ku, sudah beberapa belas menit aku mengejarnya tapi sedikitpun aku tak pernah hampir mendapatkannya. Tenaga ku telah terkuras sedemikian banyak
-___-Aku terduduk di trotoar..kakiku sudah kompromi tentang hal ini.
Tapi..wow! Kami sudah berjalan sejauh ini, berlari maksudku. Rumah pun sudah tak terlihat di jarak pandangku.
Shane berbalik menghampiriku, dan berjongkok didepan ku kemudian mulai menampakan cengiran khas nya *lagi*
"Kukira kita akan berlari sampai ke pasar!"
Segera kujitak kepalanya sebagai balasan tadi mendorongku saat keluar rumah. "Awww" ia meringis.
"You let your guard down! Rasakan!" Aku puas telah membalaskan dendamku.
Si pirang hanya tersenyum menampakkan lesung pipi nya, aku tak tau mengapa itu *uhukk* benar-benar manis. Ia berdiri dan menawarkan tangannya padaku, aku tau maksudnya untuk menolongku berdiri.
"Aku bisa berdiri sendiri" tukas ku. Namun apalah daya, ternyata kakiku lebih pegal daripada yang kukira, mungkin karena sudah lama aku tak berlari kencang seperti tadi.
Daan aku oleng, dikarenakan kakiku masih terlalu pegal untuk menopang berat badanku.
"Heii! Hati-hati" dengan sigap Shane menahan tubuhku yang hampir jatuh kesamping karena oleng. Tangan nya yang kuat memegang pinggangku, dan Wajahnya bertemu wajahku, mungkin jaraknya kurang dari sejengkal. Aku malu.
"Memang kau pikir ini gara-gara siapa?" Aku memutar bola mataku dan melihat ke samping. Aku tak mau memandang mata nya yang indah *uhuk* menyebalkan maksudku. -__-
"Maaf kan aku!" Shane menundukkan kepalanya. Ada nada penyesalan dari perkataan nya.
Ehhh! Ia menyesal? =_= si pirang ini merasa bersalah!! Kukira ia orang yang tidak tau diri. Menyadari bahwa ia menyesal, aku tak tau harus berkata apa. Kukira ia akan mengejekku lagi! Ternyata dia minta maaf!
"Ehem..aku baik-baik saja!" Segara kulepaskan tangan nya yang merangkul pinggangku, aku berdiri dan memberi isyarat tangan "I'm okay"
Tampak sedikit raut kecewa di wajahnya ketika aku melepaskan tangannya. Why? =_= ah mungkin hanya ilusi ku saja.
"Kupikir kita pakai bus umum saja! Aku tak yakin kau mampu berjalan sampai ke pasar" Shane berjalan menuju ke sebuah tempat pemberhentian bus di seberang jalan, dan aku mengikutinya.
Kami duduk di bench yang ada ditempat itu, menunggu bus yang berhenti. Shane menceritakan betapa mahal nya barang-barang di Australia. Dan aku baru tersadar tentang caranya berbicara, maksudku aksen nya yang british abis.
"Memangnya di Inggris barang-barangnya murah?" Tanyaku penasaran.
Shane menatap bingung ke arah ku "Kenapa kau tau kalau aku tinggal di Inggris? Memang aku pernah mengatakannya?"
"Hhh..hei pirang! Walaupun kau tidak mengatakannya, semua orang di dunia ini pasti sudah tau kau orang inggris."
"Kenapa?" Tanya si pirang. Yaampun =_= anak ini tak sadar akan aksen nya sendiri, apa semua orang Inggris ternyata memang tak sadar kalau mereka memiliki aksen yang berbeda.
"Obviously because your accent" aku menirukan aksen british yang terlihat sangattt dibuat-buat.
"Ugghh..karena aksenku?" Shane menggaruk belakang telinganya, wajahnya bersemu.
Tunggu! Dia malu! SHANE MALU?! Si pirang ini malu? Oh my God! Kenapa? Apa ia menganggap aksen nya memalukan? Padahal menurutku, orang beraksen British itu sexy. =____=
Bus dengan warna merah bertuliskan "Anzac-Chinese town" di atas kaca depannya berheti tepat didepan kami.
Shane sadar kalau aku masih ternganga melihat wajahnya yang malu, dan ia makin malu. Imut deh! "Pfftttt" aku tertawa kecil.
Si pirang kemudian menarikku masuk ke bus dan memasukkan kartu bus kedalam sebuah benda, dan menariknya lagi. Ia melakukan nya 2 kali. Mungkin itu cara membayar bus ini.
Kami duduk di barisan ke tiga bus ini. Aku tak tau dimana pasar yang dimaksudkan Shane. Tapi aku ingin menikmati perjalanan ini, dengan melihat kota Sydney.
Sesaat aku teringat Andrew, dulu ia sering mengajakku naik busway ke sekolah.
Ugghhh, aku sungguh tak ingin mengingatnya.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Blue
RomanceLove comes whenever it like Kapanpun, Dimanapun, Kepada siapapun tidak mengenal ras serta suku Cinta bisa datang dari belahan bumi manapun tak pernah kau sangka dan kau duga Namun ada cinta yang hanya menginginkan materi Begitulah menurut Niki Dikhi...