Part 26 : Love comes whenever it like

821 41 3
                                    

Semalam aku tak bisa tidur pulas, semua hal tentang Shane berkelebat di benakku. Berulang kali kuingatkan diriku kalau aku tidak boleh jatuh cinta pada lelaki bullshit manapun. Tapi sebagian diriku menolak mengecap Shane bullshit, sebagian diriku membela nya, sebagian diriku ingin aku menyukainya.

"Hhhhh"

"25 kali!" Jannice melayangkan angka 2 dan 5 dengan jarinya.

"Apa yang kau hitung?" Tanyaku heran.

"Kau mendesah sudah 25 kali sejak kita duduk dicafe ini!! Come on babe, what's so wrong with you? Today's your birthday! Why should be this gloomy?" Jannice menaikkan sebelah alisnya sambil mendecak kesal.

Flashback :

Tok tok tok..
"Siapa?" Aku mengucek kedua mataku kemudian beranjak dari tempat tidurku menuju ke pintu kamar yang sedari tadi diketuk. Kepalaku terasa berat karena kurang tidur.

'Cekreekk'

"Jan? Wha-" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Jannice memelukku. "Happy birthday!!" Ucapnya. Aku menatap Jannice setengah mengantuk, mengucapkan "thanks" dengan lemah.

"Mandilah! Aku akan mentraktirmu ke starbuck. Tidak ada kata 'tidak' ok?"Jannice mendorongku kekamar mandi dan menutup pintu nya.

Hhhh, dia bahkan tidak membiarkanku mengambil handuk terlebih dahulu -_-

Flashback end~

Aku menatap Jannice lesu, kemudian menghela napas *lagi*, Jannice mengerang frustasi.

"Ohh Nik, aku tak tau apa yang terjadi denganmu dan Shane semalam. Tapi cepatlah singkirkan masalah bodoh kalian. Sehingga kau tidak seperti cewe yang sedang patah hati!"

"Aku... Aku tak punya masalah dengannya." Protesku cepat.

"Dan aku tidak seperti orang yang patah hati."

"So.. Apa yang terjadi? " Jannice memincingkan matanya, berusaha mencari tau.

Kuhela napas sekali lagi dan Kuceritakan padanya tentang Shane, maksudku tentang aku dan Shane. Aku tak ingin ia melancarkan serangan tanda tanya yang lebih mirip bom itu padaku. Jannice mengangguk-anggukkan kepala saat kuceritakan soal semalam padanya.

"Sooo?" Jannice menyeruput espreso nya tanpa memandangku. Pertanyaan nya membuatku kesal.

"Sooo?? Aku bingung! Menurutmu bagaimana aku harus bersikap saat manusia terindah karya Tuhan memberiku hadiah, sementara aku baru sadar kalau aku jatuh cinta padany- uuppphhhhh" Aku segera menutup mulutku, tanpa sadar aku sudah mengeluarkan pernyataan kalau aku sama saja seperti para WPS yaitu Jatuh cinta pada Shane. OMG! Apa sebentar lagi aku akan bergabung dengan Miranda? Like Hell I would!

"Woo.. Woo..Calm down! Aku tak pernah menyalahkan dirimu jika jatuh cinta pada Shane. Itu berarti kau N O R M A L." Jannice mengeja kata 'normal' tersebut.

"Aku tau pada akhirnya kau akan jatuh cinta pada makhluk itu, tapi tak kukira bahwa Shane ternyata juga menyukaimu."

Aku memandang Jannice tak percaya "kenapa dia menyukaiku? Maksudku, apa ada alasan untuk menyukaiku. Tak ada! Impossible" kusilangkan kedua tanganku di dada.

"Listen, Shane tidak pernah memberi hadiah untuk perempuan. Dia juga tidak pernah memuji perempuan, terkecuali kau. Dan umm.. Cessie, untuk yang 1 itu aku masih bertanya-tanya mengapa ia memuji Cessie"

Deep in BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang