Part 9 : first lunch

899 38 3
                                    

"Menurutmu tuna ini harus diapakan?" Shane mengeluarkan tuna dari plastic bag. Ia meletakkan tuna tersebut pas dibawah keran air ditempat cuci piring dengan alumunium sebagai lapisan luarnya.

"Karena aku sudah menyelamatkanmu dari kelaparan, kau harus masak untukku." Si pirang menyerahkan sebuah pisau kepadaku.

"Wow! Jadi begini caramu memperbudak anak baru dirumah ini?" Sarkasme ku tetap tidak berkurang.

"Mungkin benar! Karena kau anak baru pertama disini!" Si pirang mengendikkan bahu -_- *lagi

"Apa itu artinya kau dan Jannice mulai tinggal dirumah ini pada waktu yang bersamaan?"

"Well, mungkin Jannice lebih cepat 5 jam dariku saat pertama pindah kesini."

"Kau membuatnya seolah-olah seperti permainan siapa yang jadi anak baru" -_- aku memutar bola mataku.

"Well..Terserah, tapi aku ingin kau memasak ikan itu!" Shane menyodorkan pisau nya lagi ke arahku. Dan mengalihkan pandangan ke arah tuna.

"Aku tak ingin perutku berbunyi keras karena lapar seperti seseorang.." si pirang itu nyengir kearahku, cengiran itu lagi! -_- lesung pipinya muncul lagi.

Aku melotot dan siap menyerang si bodoh itu dengan berbagai cacian, tapi ia bergegas pergi ke ruang santai. Dan aku sendirian di dapur, mau masak! Masak buat aku, dan dia =_= menyebalkan!

"Sepertinya lengkuas dan kunyit gak ada" T_T

Aku bingung harus membuat benda ini *ehem* ikan ini menjadi apa. Tentu saja harus masakan Indonesia! Ugghh, mengingat Indonesia aku jadi kepengen nangiiiisss T_T nonono! Aku baru sehari disini. Apa kata kak Helen, kalau ia tahu aku sudah homesick dalam jangka waktu tak lebih dari 24 jam.

Kubuka lemari makanan yang bertuliskan 'Shane', dan mencari sesuatu yang dapat digunakan. Yaampun! Lemari anak ini nyaris kosong =_= hanya ada garam,gula,penyedap,coffee sachet, dan bumbu sachet. Ahhh! Itu dia, bumbu sachet serbaguna. Mungkin bisa kugunakan. Kucium baunya, seperti bau rempah-rempah. "Great!"

Ikan Tuna itu tidak kubelah, hanya kugores gores dengan pisau agar nanti bumbu nya meresap. Setelah itu baru kulumuri dengan bumbu sachet tadi, kemudian kumasukkan ke dalam oven pemanggang.
"Senang sekali rasanya kalau ikan ini adalah si pirang itu! Bisa dipanggang lalu kumakan!" =_=

Setelah setengah matang, kulumurkan cabai sachetan yang kubeli di Chinese Town. Well..Spicy food is the best. Kemudian kumasukkan lagi kedalam oven sampai sepenuhnya matang.

"Tadaaa" aku tersenyum puas menatap tuna panggang yang menggoda mata dan lidah ku, kucicipi sedikit dan kupejamkan mata dengan thumb melayang ke udara. "Nu mero uno!" Dengan gaya Seperti Chef handal di stasiun tv Nasional yang sering ditonton mama.

Aku mengintip ke arah ruang santai, tak ada Shane disana. Mungkin ia sedang di toilet. Ku kipaskan tanganku diatas tuna panggang itu, berkeliling ruang makan. Agar bau nya sampai ke toilet. hihi ×_×

"Apa yang kau lakukan?" Terdengar sebuah suara dibelakangku. Siaaaaalllll =_= Shane berdiri bersandar di jalan masuk ke ruang makan.

"Um..haha..ti..tidak" aku salah tingkah =_= kepergok lagi ngipas-ngipas ikan.

"Cewe sepatu gila! Apa semua orang Indonesia segila kau?" Shane menahan perut, menahan tawa renyahnya.

"Bersyukurlah kau sudah kubuatkan makanan! Jangan protes kelakuan *ehem* aneh ku!" Tukasku sambil mengipaskan tangan ke wajahku *artinya salting*.

Shane masih menahan tawa ketika aku sudah duduk di meja dan siap menyantap. Aku gak peduli lagi =_= perutku sudah tak bisa kompromi lagi.

"Uuummmm" ikan tuna masuk ke mulutku, dan aku memeramkan mataku sambil menepuk-nepuk meja. Enaaaaakkk >< aku tak peduli sekelilingku, dan terus melahap 1/2 bagian tuna.

Punyaku hampir habis, Aku melirik Shane yang juga melahap tuna.

Merah

Wajah Si pirang merah =_= why?

Ia makan seperti orang yang menderita! Kenapa? Apa tuna nya gak enak? Aku tidak mengoleskan racun kok *walaupun awalnya niat*

"Hei! Aku tersinggung nih! Kalau gak enak bilang saja!" =_= tukas ku dengan nada kesal. Belum sempat menjawabku, Shane berlari ke dapur. Apa apaan! Benar-benar bikin kesal. Kalau gak enak, bilang aja.

Si pirang kembali membawa botol minum berisi air dingin.

"Apa yang kau masak? Aku hampir mati kepedasan!" =_=

Oooohh..si bule ini tak kuat makan pedas -_- ada segelintir rasa lega didadaku. Kupikir makanan nya yang tak enak. Haha! kutemukan kelemahannya.

"Kau kan tak bilang kalau kau tak bisa makan makanan pedas!"

"Dan kau tak bertanya."

"....." -_-

Dengan kesal, kuambil Tuna bagian nya dan siap memasukkan nya kedalam mulutku. "Siapa bilang kau boleh mengambil bagianku!" Shane menghentikan tanganku dan mengarahkan tuna yang terletak di sendok di tanganku ke mulutnya. Jadi seperti aku menyuapinya =_=

"Kau kan bilang bahwa kau tak mau makan masakan pedas!" Protesku

"Kapan aku bilang begitu, aku bilang tidak bisa..bukan tidak mau."

"Tapi wajahmu sudah merah begitu" =_=

"Diam dan selesaikan bagianmu! Lagipula ini masakan mu yang pertama kau buat untukku kan. Harus kuhabiskan" Mata birunya memandangku.

Aku mencerna perkataannya barusan.

Shane kembali melahap tuna itu, dan yahh.. setiap suapan, ia pasti meneguk minuman nya. Lagi, dan lagi =_= bersikeras sekali. Potongan terakhir tuna telah masuk ke mulutnya, ia bersandar ke kursi makan dan menghela nafas lega. Aku memalingkan wajahku ke arah lain..

Wajah Shane merah karena kepedasan.

Tapi

Wajahku lebih merah lagi,

Karena malu.

~

Deep in BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang