part 15 : Teaser?

725 36 3
                                    


Tanganku bergetar, kugenggam erat-erat handphone ku. Mau apa orang ini menelponku? Apa dia punya hak? Heh, ternyata nyalinya besar juga.

"Kenapa tidak angkat?" Shane memandangku dengan nada khawatir, mungkin dia khawatir melihat ekspresi ku sekarang. Aku bahkan tak tahu ekspresi seperti apa yang kubuat, yang aku tau aku menggenggam handphone ku kuat-kuat sampai tanganku sakit. Aku tak tau apa harus kuangkat atau tidak telpon dari si keparat ini.

Dan ternyata aku mengangkatnya..

"Nik.." kata suara di telpon. Aku tak bergeming

"Nik...kumohon..jangan begini! Kita jangan begini.."
Tenggorokanku soak, ingin sekali kucekik leher bajingan ini, jangan begini apanya!

"Kumohon..kembalilah padaku.." pinta Andrew dengan nada memelas.

Aku benar-benar kesal, darahku seperti berdesir naik ke atas kepala! Aku ingin meneriaki nya, tak peduli jika ada Shane disebelahku.

Pipiku panas.

"Hei apa kau baik-baik saja?" Pirang terus memperhatikan ku dengan tatapan khawatir, merasa bahwa aku jauh dari 'baik-baik saja'.

Dan akhirnya aku menjawab Andrew tanpa mengubris Shane..

" Hey bajingan! Aku tak berniat kembali padamu, aku tau apa yang kau inginkan. Hanya harta! Bajingan matre, Kau pacari saja papaku kalau kau benar-benar ingin uang. Cuihh!!"

Aku menarik napas, tinggal sentuhan terakhir..

" YOU DAMN PIECE OF SHIT! Jangan pernah hubungi aku lagi andrew!!!!!!!" Click.

Napas ku tersengal setelah berteriak di handphone, seluruh amarahku tumpah ruah. Cairan menetes keluar dari mataku, aku menangis.

Aku kesal, aku muak, aku benci pada Andrew! Mengingat betapa aku mencintainya, mengingat dia orang pertama yang kucintai, mengingat tentang dia!!!!!!! Berani-berani nya dia menghubungi ku lagi, apa dia tak punya malu!

Segera kuhapus air mataku dengan tangan, menyadari bahwa Shane masih ada disebelahku dan memperhatikan permainan emosiku. Aku tak sadar bahwa aku sudah mengacuhkan nya. Ugghhh, mungkin aku sudah seperti orang tolol didepannya. Aku tak menatap kearah pirang. Aku tak mau!

".........."

hening, tak ada yang mau memulai pembicaraan. Aku terdiam, Malu! Karena memperlihatkan wajah seperti itu didepan Shane. Terlebih lagi aku tak mendengar sepatah katapun darinya.

Ohhh Tuhaann, aku tak berani memandangnya, aku harus pergi dari sini.

Aku berdiri, berencana untuk berlari ke kamar. Mataku tertunduk kebawah, sudah cukup! Ini memalukan.

Ketika aku ingin beranjak, Shane menarik tangan ku dari bawah. Aku terjatuh ke atas sofa

lebih tepatnya terjatuh kedalam pelukan si pirang.

Kepalaku tersandar didadanya dan tangannya melingkariku bahuku.

dia memelukku? Whywhywhywhy?

Aku masih mengumpulkan impuls yang kuterima ke otakku, tapi aku belum bisa mencerna semua ini =__= belum lagi bau-nya Shane yang..ummm..wangi. Baunya tidak tajam seperti parfum laki-laki kebanyakan, baunya lembut dan menggoda? =___=' Apa ia senang menggoda makhluk-makhluk yang sedang putus asa? Dan masalahnya aku 'agak' tergoda.

Aku mengerakkan otot-otot kepalaku untuk menjauh darinya, tapi ia menarik kepalaku lagi, kembali menyadarkan kepalaku pada dadanya.

Aku menarik napas dalam-dalam.

"Pirang..le..pas.." kataku pelan, sembari terus menarik tubuhku,sedangkan mataku tertuju pada tv didepan kami. Tapi bukan berarti aku menaruh perhatian pada tv ini.

" aku.. tak tahu harus bagaimana!" Akhirnya dia mengatakan sesuatu.

"Aku tak tau mengapa kau sangat marah kepada seseorang dengan nama andrew atau siapalah itu! Dan saat kau menangis, aku tak tau harus berbuat apa" si pirang menghela napas dengan kikuk, aku mungkin bisa paham perasaan nya. Bagaimana jika ada seseorang yang tiba-tiba memaki dan marah-marah di telepon, kemudian menangis didepannya. Aku juga pasti akan kebingungan.

"Maaf..." aku mengangkat kepalaku dari dadanya, kami bertemu pandang. Dan segera kualihkan pandanganku.

"Well, sorry for made you worried! Aku sudah tidak apa-apa!" Aku menampakkan gigiku membuat senyum dan melayangkan peace dua jari keatas, memberi isyarat bahwa aku sudah baik-baik saja. Shane tampak lega.

Akhirnya ia melepaskan pelukannya. Sesaat aku merasa agak kecewa ketika pirang melepaskanku! =___= tentu saja! Wanita waras mana yang tak kecewa! Apalagi pelukan dari sebuah mahakarya Tuhan? Aku masih waras. -_-

Dan, Pelukan ini mungkin cuma cara si pirang untuk menenangkan'orang', dia hanya tak tau harus berbuat apa ketika melihatku menangis.

Wait, what?! Ini cara dia menenangkan orang?

Sudah berapa banyak perempuan-perempuan emosional tak tenang yang sudah ia tenangkan di pelukannya? Jangan bilang ia memeluk semua wanita yang menangis didepannya? Walau tak kenal sekalipun? =____=

Tiba-tiba aku merasa semakin kesal.

~

Deep in BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang