Ini membuatku gila.
Perasaan bersalah terus menghantamku
"Aku tak seharusnya begitu tadii!" T_T Bule pirang itu tidak mempunyai kesalahan apa-apa. Seharusnya aku gak menepis tangan nya dengan kasar tadi. Harusnya aku bersikap lebih WAJAR.
Apa dia bakalan benci padaku? Apa dia bakal risih dan bilang kalau aku ini Cewe kasar padahal dia tidak salah apa-apa. Arrgghh ini membuatku gila. Dibenci oleh teman serumah? Aaahhhh aku tak mauuu begituu.
"Lagian ini sebagian juga salahnya! Mengapa mengatakan hal absurd yang membuatku bingung." Aku mengangguk menyetujui diriku sendiri.
Tapi tetap saja aku yang lebih banyak salah T_T aku terlalu terbawa suasana, dan malu pada diriku sendiri. Aku hanya terlalu membeci Andrew :|
Ntah berapa jam kuhabiskan didalam kamar ini memikirkan hal tadi. Hari sudah mulai gelap, tandanya aku memang lamaaa sekaalii berada di sini. =_= oh my God! Aku harus segera minta maaf. Ya benar! Minta maaf!
Aku membuka pintu kamarku, dan seseorang menyapaku
"Hey niki! Ayo sini, aku bawa Sushi" Jannice mengayunkan tangan kearahku, menyuruhku mendekat ke sofa ruang santai. Ada seseorang disebelahnya..
Itu Shane, dia sedang menonton Tv di sofa yang sama dengan Jannice. Ia menoleh ke arahku, dan tersenyum. Aku membalas senyumannya, tapi ada yang lain :( itu bukan senyuman nya yang biasa. Bukan senyuman ejekan yang biasa, lesung pipi nya memang terlihat. Tapi sekarang tidak terlihat cute, malah terlihat canggung.
Aku duduk di sebelah Jannice, dan Shane tetap fokus terhadap Tv didepannya. Ia tak menyapaku. Dadaku sesak.
"Makanlah! Anggap saja ini traktiran untukmu karena kau anak baru" Jannice mengedipkan sebelah matanya padaku.
"Thanks" aku mengambil sushi dengan potongan tuna mentah diatasnya. Hhh, tuna lagi! apa ada masalah dengan ikan ini? Aku benci ikan ini T_T semua ini berawal dari tuna.
"Ngomong-ngomong apa kau sudah membereskan berkas mu untuk masuk universitas?Kudengar dari Mrs.Jullie, kau mengambil universitas yang sama denganku"
"Well, semua itu sudah dibereskan oleh Daddy ku. Haha, yeah! Mungkin kita bisa jadi homemate dan classmate" tukasku sambil tertawa kecil.
"I hope so! Ngomong-ngomong, besok aku free! Bagaimana kalau kita berjalan-jalan ke universitas? Aku akan membawa mu berkeliling. 2 minggu lagi kelas akan dimulai loh." Tawar Jannice.
"Great idea! Baiklah, jika kau tidak mengambil biaya tambahan sebagai university tour guide ku?"
"Hahaha! Free for you babe!" Jannice nyengir sambil membetulkan kacamatanya. Jannice memang bertampang nerd! Tapi itu berbeda sekali dengan kepribadiannya. Dia asik bangeet! Dan suara nya yang bass itu..keren.
Aku melihat Shane dari ujung mataku, matanya tetap tertuju ke Tv. Dengan adanya Jannice, aku jadi agak lega. Walaupun kupikir Shane marah padaku.
"Habiskan saja sushi nya! Shane tak suka sushi, jadi kau bebas memakannya. Jika perlu sesuatu panggil aku dikamar, aku ingin istirahat dulu" Jannice tersenyum sambil beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.
"Besok jam 8" Jannice melambaikan tangan dari pintu kamarnya yang ada didapur, sampai ia benar benar tak terlihat.
Yang jadi masalahnya sekarang...
Aku dan Shane sendirian di ruang santai. Ugghh..
"Shane..." aku mengatupkan kedua tanganku didepan dada, siap untuk meminta maaf.
"MAAFKAN AKU!" Baru saja aku ingin mengatakan hal itu, ia sudah mengatakan nya duluan padaku.
Aku tercengang menatap wajahnya "a..aku.."
"Maafkan aku cewe sepatu!" Shane mengatupkan kedua tangannya kedepan dada seperti orang sedang meminta ampunan.
"kenapa minta maaf?" Tanyaku bingung.
Yang salah itu akuu bodoh! =_=
"Aku tak tau apa yang membuatmu marah, tapi kurasa aku melakukan suatu kesalahan padamu. Sampai-sampai kau seperti itu tadi siang" nada penyesalan jelas terdengar dari perkataan nya.
"Hei pirang..yang harusnya minta maaf itu aku" tukasku tak enak hati melihatnya merasa bersalah.
"Aku hanya memikirkan sesuatu yang tak penting, dan kesal tiba-tiba. Maaf jika kulampiaskan padamu" kataku dengan nada tak kalah menyesal.
Shane menghela nafas panjang, artinya ia benar-benar lega. Jadi tadi ia tidak menyapaku karena merasa bersalah? Kukira ia marah padaku. Kini giliran aku yang menghela nafas lega. Kami hening selama beberapa saat..
Kemudian Shane memandangku, aku memandangnya. Selama 3 menit.
"Ppffffftttt hahahahhahaha" tawa kami pecah! Ini seperti main pandang-pandangan dan siapa yang duluan tertawa. Ini tandanya kami sudah baikan kan? Syukurrlaaahh T_T
Aku berujung menenggelamkan diriku ke sofa lekat-lekat sambil menonton tv disebelahnya Shane. Tak ada lagi kecanggungan di antara kami.
Ternyata didekat nya memang paling nyaman. Seperti ini sudah cukup!
Semoga hal seperti tadi siang tak terjadi lagi.
Dan aku harus tau batasku...
Agar tak sampai jatuh cinta pada si pirang.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Blue
RomanceLove comes whenever it like Kapanpun, Dimanapun, Kepada siapapun tidak mengenal ras serta suku Cinta bisa datang dari belahan bumi manapun tak pernah kau sangka dan kau duga Namun ada cinta yang hanya menginginkan materi Begitulah menurut Niki Dikhi...