Aku menggigiti sepotong-demi sepotong 'The Jerky', daging kangguru cepat saji yang dibawa Jannice entah darimana. Rasanya tak sesuai bentuknya yang seperti kotoran kuda yang dicetak! Nikmat, dan khas.. walaupun agak aneh di gigitan pertama. Well, kurasa perlu kumasukkan ke daftar makanan favoritku versi Australia. Namun, Gulai tetaplah numero uno bagiku. ^^Aku terus mencomot benda nikmat ini, tanpa memperhatikan Jannice yang menatap kearahku.
"Konyol!" Tukas Jannice.
"Why?" Tanyaku heran tanpa menggerakkan otot,tulang,dan rangka ku dari atas sofa 1 centi pun. Udah Pewe alias posisi uweenakk.
"Kau makan seperti dunia milikmu sendiri!" Jannice terkekeh.
Aku ingin protes, tapi handphone Jannice malah berbunyi.
"Hello..Jannice's here"
Aku kembali mencomot the jerky.
"Shane? Ada apa?"
Jantungku mencelos mendengar nama itu. =__= Aku berhenti mengunyah the jerky dan memfokuskan indra ku untuk mendengar pembicaraan mereka. Sial! aku tak bisa dengar, yang kudengar hanya suara Jannice yang mengatakan "yeah" dan hal serupa.
Jannice menutup handphone nya setelah mengucapkan bye. Si cewe sipit itu kemudian nyengir padaku, ia lalu masuk ke kamar disebelah kamarku *kamarnya Shane* dan keluar membawa sesuatu seperti kartu. =___=
"Kenapa?" Aku bergidik ngeri.
Jannice tak mengubris pertanyaan ku, ia menuliskan sesuatu di secarik kertas di atas meja telepon. Aku penasaran.
"Nih!" Jannice menyodorkan kertas tadi kearahku, kulihat terdapat gambar peta jalan. Aku menatap kearah Jannice dan melemparkan pandangan 'why' kepadanya.
"Shane meninggalkan kartu absen kerja nya! Jika tak ada absen, maka tak akan ada gaji untuknya hari ini." Jannice menggoyangkan kartu berhologram bertuliskan 'Shane Watson'
"Hah? Lalu kau ingin aku yang pergi memberikan ini? Kenapa tidak kau sa-"
"Aku sibuk!" Potong Jannice "Aku punya banyak tugas yang harus kuselesaikan, kau taukan kalau kuliah dimulai sebentar lagi. Newbie sepertimu takkan tau deritaku." Jannice memasang tatapan memelas.
Aku tak punya pilihan lain, dengan berat hati aku melangkahkan kakiku keluar rumah, huweee malangnya nasibmu Niknik.
***********
"Hhhhh" aku menghela napas *lagi.
Sambil memegang secarik kertas yang bergambarkan jalan menuju tempat kerja part time nya Shane, aku menyeret kakiku. Perutku juga lapar, aku hanya makan the jerky tadi. Ternyata benda itu tak mampu mengganjal perutku sampai cukup untuk tidak kelaparan ×_×
Menurut kertas, restauran tempat si pirang bekerja tidak terlalu jauh tapi tetap saja, ini kan summer! Aku menggerutu dalam hati sembari kipas-kipas kepanasan sambil jalan.
Kau bercanda! ini siang pula. Shane tak hanya merepotkan jiwaku, namun juga ragaku. Belum puas kah si bodoh ituuu TT__TT huu..huu..
Dan fakta bahwa Jannice sengaja mencari alasan agar aku dapat pergi ketempatnya Shane seakin membuatku kesal. Aku tak mengerti!
Apa dia ingin menjodohkanku dengan si Pirang? Arghh! 100 tahun bahkan lebih cepat untuk itu. Aku kan tak percaya laki-laki!
Aku terus mengikuti instruksi yang tertera di gambar, sampailah aku di perempatan jalan dan tepat disebelah kiri atas trotoar terdapat bangunan hijau tua dengan plang bertuliskan 'Sushi dice'. Well, seperti yang tertera di kertas, inilah tempatnya. Aku mengamati tempat itu dari jendela kaca besar yang melapisi tempat itu, sebagian besar dapat terlihat, karena tempat itu dominan dengan kaca, jadinya tembus pandang. Namun aku tak menemukan batang hidung Shane Watson. Apa mungkin dia di dapur? Seingatku Jannice bilang Shane merupakan Vice-chef.
Dengan ragu aku masuk ke tempat itu, bau nori (rumput laut kering) langsung menjalar ke hidungku. Tentu saja! Ini kan restauran Jepang. Walaupun tempat nya tidak terlalu besar seperti restauran mewah, tapi tempat ini bagus. Orang-orang bisa menikmati makanan sambil melihat keluar, dan orang luar pun demikian. Semua nampak tembus pandang.
Meja nya berbentuk bundar dengan warna hijau tua sepadu dengan kursi bundarnya yang sedang kududuki. Banyak foto makanan yang ditempel di dinding, dan semuanya masakan Jepang kebanyakan merupakan sushi. Walaupun ini restauran Jepang, tapi nuansa nya bergaya barat. Sungguh! Aku suka tempat ini.
Tempat makan dan dapurnya terhubung oleh tirai putih tak tembus pandang. Mataku mencari-cari si pirang, tapi kurasa ia belum keluar dari dapur.
Seketika mataku tertuju pada perempuan yang duduk di meja belakangku
dan hal yang pertama kali aku pikirkan ialah 'cantik'.
Well, perempuan ini cantik sekali.. rambut nya ikal dan pirang, tergerai pula. Berlawanan sekali dari rambutku yang lurus dan hitam kemudian tersimpul kebelakang, yah! Karena aku tak terlalu suka menggerai rambutku, menurutku itu panas.Tapi penampilan cewe itu benar-benar stylish, namun *uhuk* sangat minim ×_× rok span sepaha menampakkan kaki jenjangnya, dan croptee bergambarkan matahari menampakkan pusar. Benar-benar ala summer! Kuputuskan untuk menyebutnya cewe summer.
Karena asyik memperhatikan cewe summer aku tak sadar kalau Shane berjalan kearahku, kemudian menepuk bahuku.
"Cewe sepatu! Daydreaming?" Si pirang yang sudah disampingku menyipitkan matanya dan mengangkat sebelah alisnya.
Dan barulah aku melihat kearah nya, "ah!! Jangan mengataiku! Sudah susah-susah aku kesini untuk mengantar ini!" Aku menyodorkan absen hologram miliknya.
"Huft, syukurlah! Kalau tak ada ini, aku takkan dapat gaji!" Shane menepuk dadanya menampakkan ekspresi lega. Kemudian tersenyum ke arahku. Lesung pipimu nakkk!!!!! -____- "thanks, maaf menunggu lama! Ada beberapa hal yang harus kukerjakan didapur" katanya.
Jantungku mencelos lagi, Shane dengan seragam koki, menurutku itu *uhuk* keren juga, aku mengalihkan pandangan *lagi.
Perhatian kami teralih kebelakang karena perempuan dibelakangku berdehem tiba-tiba, wajah Shane mendadak berubah tegang ketika melihat perempuan dibelakang kami! Ya, si cewe summer.
"Miranda?" Sapa Shane ragu.
" Hi Shane, kukira kau tak melihatku.." Si cewe summer alias Miranda berdiri dan menghampiri aku dan Shane. Si pirang memasang wajah datar sementara Cewe Summer melingkarkan tangannya ke bahu Shane dan mengedipkan matanya.
Mendadak bagian dalam perutku sakit, sama seperti saat aku melihat Andrew dan Shiera. Aku mencubit tanganku kuat-kuat agar aku sadar untuk tidak merasa 'kesal' melihat 2 orang didepanku ini.
Tapi tunggu...
Miranda? Seperti pernah mendengar nama itu. Miranda..miranda? AHHHHHH!
MIRANDA apalah itu maksudnya!!!! WPS nomor 1 yang seperti penguntit? =__=
Oh my God!!!!
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Blue
RomanceLove comes whenever it like Kapanpun, Dimanapun, Kepada siapapun tidak mengenal ras serta suku Cinta bisa datang dari belahan bumi manapun tak pernah kau sangka dan kau duga Namun ada cinta yang hanya menginginkan materi Begitulah menurut Niki Dikhi...