Jantungku *masih* berdegup kencang.
Kuambil tarikan nafas panjang, mencoba menenangkan hati.
Ini semua gara-gara bule pirang itu TT__TT seenaknya mengacaukan pikiranku. Mungkin baginya itu hal bisa, tapi mengelus --mengelap-- bibir perempuan YANG BUKAN SIAPA-SIAPA karena saus itu berlebihan!! Tinggal bilang kenapa sih?
Sudah beberapa menit sejak aku keluar dari restauran itu dengan wajah kepiting rebus, jantungku masih tak karuan.
Aku harus tenang. Tenang!
"Tarik nafas, keluarkan~ Yak"
Aku berjalan pulang dari blok tempat 'Sushi dice' berada, matahari sudah tak seterik ketika aku pergi tadi. Mungkin setengah panas matahari sudah diserap Miranda, -_- membayangkan betapa panas-nya hatinya karena melihatku dengan Shane. Aku bergidik ngeri memikirkan itu.
Pikiranku berkelebat.. bagaimana jika aku bertemu Miranda di Universitas nanti! Hiiiyyyy.
Sesampainya di pagar mungil depan rumah, aku melihat seorang perempuan yang sedang mondar-mandir didepan pintu rumah. Siffon putih menggantung selutut di tubuh rampingnya. Perempuan itu jelas tak menyadari kedatanganku. Aku memiringkan kepalaku agar dapat melihat sudut wajahnya,
"Kak hell? Is that you?" Sapaku ragu.
Perempuan itu berbalik menghadapku, cengiran lebar dan deretan gingsul itu menyambutku pertama kali, sebelum dia mendekat dan memeluk tubuhku.
"Hellokittyyyyyyyy!!!" Sembur kak Hellen.
Aku mengerjap sinting, ini beneran kak hell yang dulu sering merebut sendok makanku dan menceburkanku ke kolam ikan? Kak hell berubahhhh!!!!! =____= kulitnya sedikit gelap dari terakhir kali aku melihatnya! Apa dia menjemur dirinya sendiri?
"Jangan panggil aku gitu!" Aku memanyunkan bibir sambih menarik badanku dari cengkraman -pelukan- nya.
"Lo tinggian!" Tukas kak hell histeris.
"Lo iteman!" Aku memutar bola mata.
"Kan biar tan tan gimana gitu" kak hell mengedipkan sebelah matanya yang membuatku meringis jiji.
"Ngapain kak Hell kesini?"
"Kan mau ngeliat adik kesayangan kakak!"
" sayang dari hongkong! Cuma bisa biki kesal gitu!" -_-
Kak hell mencibir "yahh..jangan gitu! Kakak bela-belain ke Sydney buat liat kamu, padahal thesis kakak belum selesai loh!" Ia menatapku dengan tatapan sok sedih.
"Iya deh iyaa~" aku menghela napas dan memutar bola mataku lagi.
" okay! So let's go!" Kak Hell mengamit lenganku dan menariknya, bersiap untuk melangkah pergi.
Aku menghentikannya cepat
"Tunggu! Mau kemana?" Aku mengernyitkan dahiku.
Kak Hell tersenyum, menampakkan deretan gingsul dimulutnya.
"S-H-O-P-P-I-N-G~"
Aku ber-Hah?-ria menunjukkan ekspresi heran.
"Niknik ku sayang, kamu akan segera memulai kuliah mu kan? Kau BUTUH beberapa outfit yang keren! This is Aussie, kau akan tercengang ketika melihat busana teman-temanmu nanti. Apalagi ini summer!" Kak Hell menekankan kata 'butuh' sembari mengedarkan pandangan ke arahku, tepat nya ke arah pakaian yang kukenakan. Kak Hell menggeleng skeptis.
Why? -_- tak ada yang salah dengan cara ku berbusana, blouse biru, long jeans ini cukup nyaman kukenakan. Sungguh!
"Pokonya sekarang ikut aku!" Paksa kak hell sambil menarik tanganku lagi. Mau tak mau aku mengikutinya dengan langkah yang kuseret. Kak Hell menghentikan taksi yang lewat di depan jalan, meminta sang driver untuk menuju ke 'East Garden'.
Setelah 15 menit perjalanan, kami sampai di sebuah pusat perbelanjaan alias mall yang disebut-sebut sebagai 'East Garden'. Aku sudah beberapa kali mendengar tempat ini dari Jannice, tapi baru kali ini aku melihat mall sebesar ini =_= parkiran nya ber-blok-blok sehingga lebih mirip gedung raksasa daripada mall.
Kak Hell menarikku masuk, aku tak heran dengan pengetahuanya tentang seluk-beluk pusat perbelanjaan di Sydney, karena tahun pertama ia menetap di Sydney sebelum memutuskan untuk pindah ke Melbourne. Kami berhenti disebuah toko yang didepannya tertulis 'Forever 21'.
"Pilih yang kausuka! Dan mintalah pendapatku." Perintah Kakhell.
Aku mendengus kemudian mulai berkeliling mencari sesuatu yang tepat. Kebanyakan baju disini bernuansa summer, tentu saja! Aku berhenti di deretan kaus. Mengambil kaus yang kelihatan longgar bertuliskan 'Jamaica'. Aku mengangkat kaus itu keatas untuk memperlihatkannya pada KakHell, dan ia melototiku.
"Lihat apa yang kaupilih! Ckck, selera fashion mu buruk sekali Niki Shina."
KakHell berdecak kemudian mengambilkanku sebuah croptee pendek yang mungkin tidak sampai setengah perutku. Aku menggeleg cepat! "Refused!" Aku jadi mengingat si cewe summer, alias Miranda.
Kami berujung memilih lagi, aku mengambil kaos peach berbahan karet yang tidak berlengan, namun memiliki kerah sampai ke leher. Mungkin masih terlihat sopan, namun tetap bernuansa summer. Kuputuskan untuk membelinya beberapa buah dengan warna berbeda dan beberapa kemeja flanel. KakHell pun setuju.
Setelah membeli sepatu white wedges untukku, kami makan di restauran italia yang berada di lantai 5. Awalnya kakHell ingin Sushi, tapi aku sedang tidak mood mengingat beberapa waktu lalu aku baru saja makan di Restauran Jepang tempat kerja si pirang. Mengingatnya membuatku kesal sekaligus malu. -_-
Kami mengobrol sepanjang waktu makan, terkadang aku menatapnya takjub, betapa berubahnya KakHell, yah selain kulitnya itu, kepribadian nya jadi 'agak' dewasa.
KakHell bercerita tentang Melbourne, sedangkan aku bercerita tentang Mom and Dad.
" Bagaimana dengan Andrew? Cinta pertamamu itu! Apa kalian LDR?" Tanya kakHell menyelidik, membuatku yang sedang mengunyah pizza tersedak.
" err..dia bajingan! " jawabku cepat. Tak ingin membahas tentang orang itu.
Kak Hell mengernyit keheranan, aku tau ia ingin menyerangku dengan lebih banyak pertanyaan. Segera kuceritakan dengan singkat tentang si keparat itu. Kak Hell menggeleng takpercaya.
"Benar-benar bajingan.. " tukas kak hell geram.
"Sangat." Sambungku.
Setelah makan, kami pulang ke rumahku. Kata KakHell ia ingin melihat isi rumahku beserta penghuni nya sebelum dia kembali ke Melbourne. At least! Karena aku tau dia tak bisa berlama-lama disini, dan harus segera pulang malam ini untuk mengejar tenggat thesis miliknya.
Ketika sampai dirumah, aku mengeluarkan kunci milikku. Aku,Jannice dan Shane memang mempunyai kunci rumah masing-masing. Ketika aku ingin membuka pintu, seseorang datang dengan mengayuh sepeda ke arah rumah. Jantungku mencelos, tentu saja aku tau siapa itu.
Shane membuka helm sepeda yang ia kenakan, peluh menetes didahinya, kemudian si pirang tersenyum ke arah ku dan KakHell. shit! Aku terpesona sekali lagi. Kualihkan pandanganku ke KakHell yang bengong menatapnya, tentu saja!
"Hi..baru pulang? Darimana?" Shane bertanya padaku, dan tersenyum ke arah kakHell sembari menganggukkan kepalanya,
"Errr...dari East Garden. Ummm.. hey pirang, kenalkan ini kakakku Hellen" aku menyikut kak Hell agar sadar dari lamunannya saat memandang Shane.
"O..ohh, hi! Aku Hellen." Tukas kakHell tersenyum keki.
Shane memarkir sepedanya, kemudian berjalan ke arah kami. Menjabat tangan kakHell.
"Aku Shane, Shane Watson" ucapnya sambil tersenyum menampakkan lesung pipi itu. Kak Hell hanya ngangguk-ngangguk awkward =_=
"Kenapa masih berdiri disini? Ayo masuk!" Shane membuka knop pintu. Ia masuk duluan. Ketika aku ingin masuk, kakHell mencubit tanganku kecil-kecil.
"Awww" aku meringis kemudian melotot padanya, melemparkan pandangan 'why?'
"Itu, homematemu? Goddammit! He is so hot. Lebih mirip artis hollywood dibanding anak kuliah!" KakHell menghentak-hentakkan kakinya dengan girang.
Aku memutar bola mataku, kemudian menariknya masuk dan mengajaknya berkeliling rumah.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Blue
RomanceLove comes whenever it like Kapanpun, Dimanapun, Kepada siapapun tidak mengenal ras serta suku Cinta bisa datang dari belahan bumi manapun tak pernah kau sangka dan kau duga Namun ada cinta yang hanya menginginkan materi Begitulah menurut Niki Dikhi...