Jantungku berdebar tak karuan, berbagai kemungkinan masuk kedalam benakku.
Bagaimana jika si pirang mendengar percakapanku dan kakHell? Oh tidaaakkkkk!!!! T_T
Apa yang akan kulakukan jika ia mendengarnya? Tidak! Tidak! Seharusnya apa yang akan dia lakukan jika ia mendengarnya? Menjauhiku? Jijik padaku? Atau.... Aku menepis kemungkinan bahwa ia membalas perasaanku.
"Ke-kenapa kau tidak mengetuk?" Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.
Shane yang habis meletakkan sepatunya di rak menatap ke arahku sambil mengerutkan kening.
"Sungguh aku sudah mengetuk pintu, kau yang tidak dengar."
"Tapi kenapa kau tidak menyapa kami dan hanya mematung?"
Shane mengendikkan bahu "aku hanya tidak ingin mengganggu kalian! Sepertinya asyik sekali."
Aku membuka mulutku lagi untuk bertanya apa dia mendengar percakapan aku dan KakHell, tapi kututup lagi mulutku karena takut mendengar jawaban nya. Kalau dia jawab 'iya' bagaimana? Aku tak tau.
"Shane, mau makan kue?" Tanya kakHell girang.
"Sure, Thankyou." Shane kemudian bergabung bersama kami untuk makan kue. Kurasa ia tak mendengar percakapan kami, melihat ekspresinya yang biasa-biasa saja. Aku menghela napas lega.
Aku ke dapur untuk membuat teh hangat, sementara kakHell dan Shane masih mengobrol di sofa.
"I just want to the point, apa kau yang memberikan bracelet biru dengan charm bintang kecil pada Nik?" Bisik kakHell pada Shane.
Shane tersenyum dan mengangguk pelan, membuat kakHell tersenyum puas.
"Dengar, Adikku trauma akan laki-laki yang dulu mengkhianatinya. Jika kau..umm.. Ingin bermain-main, tolong jauhi dia!" Ada nada tegas dan sungguh-sungguh dalam perkataan kakHell.
"Jadi, jika kau menyukai-"
"Teh nya sudah siap!!"
Aku membawakan nampan berisi 3 buah mug dengan teh hangat didalamnya. Aku melirik kakHell yang salah tingkah didepanku -_- aneh! Apa yang sedang dibicarakannya dengan Shane? Kemudian aku melirik ke arah Shane yang sedang meniup teh nya, tapi wajahnya biasa saja.
'Ah mungkin kak Hell hanya gugup duduk dengan laki-laki tampan' batinku.
***
Semalam KakHell menginap dirumah, dan pagi ini baru pulang ke Melbourne.
Setelah mengantarnya ke taksi, aku langsung berangkat ke UNSW bersama Jannice. Sepertinya Shane berangkat dengan Daneel lagi, tapi apa peduliku! -_-'
Aku mengucapkan bye pada Jannice sebelum melangkah masuk ke gedung bussines.
Saat melewati pintu utama, mataku spontan mencari Shane. Disudut lantai 1 dekat kumpulan arsip kulihat Shane dan Daneel yang sedang bercengkrama dengan beberapa wanita. -_- Itu membuatku sebal, apalagi Shane sedang tertawa dengan mereka, Oh Tuhan!!! Aku sudah sinting, memang siapa aku?! Apa aku berhak kesal? No.
Aku memandang sekelilingku, menyadari beberapa anak perempuan memandangku sinis dan berbisik, sedangkan beberapa laki-laki menatapku penasaran. Kukoreksi penampilanku, tapi tak ada masalah -_- what's wrong with them?
Dengan segera kulangkahkan kakiku menuju kelasku dilantai atas, tak mau melihat pemandangan Shane yang dikerumuni perempuan, dan aku juga ingin menghindari tatapan sinis orang-orang padaku yang bahkan aku tak tau apa salahku.
Dikelas aku menemukan Kyle sudah duduk ditempat biasa, pojokan dekat jendela disebelah tempatku. Ia tersenyum excited padaku dengan pipinya yang mengembang, dibalas dengan lambaian tanganku. Segera kuhampiri dirinya.
"Hi!!!!" Sapa Kyle padaku. Aku tersenyum dan langsung mengambil tempat duduk disebelahnya.
"How was your weekend?" Sambung-nya lagi.
"My weekend?"
Aku mengeluarkan buku-buku dari dalam tasku, menaruh nya didepan meja. Mataku tertuju pada Kyle yang ada disebelahku.
"I mean your new-years eve!" Kyle menyeringai.
"Huh? Not so special!" Aku mengendik heran. Kenapa tiba-tiba dia bertanya? Apa jangan-jangan...
"Hooo.. What is that 'Not so special' when you went to see the fireworks with a hotest guy in UNSW?"
Gotcha!!!
Aku terbelalak, "Darimana kau tau?" Aku bahkan tidak memberitahu-nya.
"Oh My God Nik, kau kira berapa orang yang pergi ke NYE di Cirqular Quay? Seluruh penghuni Negara ini kesana!"
Aku menelan ludah, pantas tadi beberapa orang memandangku sinis dan berbisik kearahku. Sial! Aku tak memikirkan kemungkinan ini saat aku pergi ke NYE bersama Shane.
"Kau hanya terlalu asik dengannya saat orang-orang dari UNSW melihatmu, dan apa itu? VIP seat? OMG, too sweet."
Aku menutup mulut Kyle dengan tanganku, meredam teriakan kecil dari yang punya.
Tiba-tiba Mr.Garrix masuk ke kelas, dan spontan kulepaskan tanganku.
Kyle mengerucutkan bibirnya sambil mencebikku sementara aku mengerang frustasi.
"Apa kau yakin semua orang tau akan hal ini?" Aku menggigit kuku telunjukku, menampilkan ekspresi cemas-cemas-takut didepan Kyle.
"Obviously!" Kyle mengangguk.
Kuusap belakang kepalaku dengan kasar "Oh My God! Dia pasti tau!"
"Dia? Who?" Tanya Kyle heran.
Aku mendesah panjang
"Miranda"
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Blue
RomanceLove comes whenever it like Kapanpun, Dimanapun, Kepada siapapun tidak mengenal ras serta suku Cinta bisa datang dari belahan bumi manapun tak pernah kau sangka dan kau duga Namun ada cinta yang hanya menginginkan materi Begitulah menurut Niki Dikhi...