Sudah seminggu semenjak kejadian di Cafetaria, aku sama sekali tak pernah mengubris Shane. Terakhir kali aku bicara dengannya, saat di teras waktu itu.
Bahkan aku seperti melupakan eksistensi nya didekatku. Walaupun itu hanya seperti! Maksudku, diluar aku memang selalu mengacuhkannya, but guess what? I'm thinking about him everytime. How shitty!
Aku menertawakan diriku sendiri untuk itu.Aku bukan tipe orang yang mudah melupakan sesuatu, sama seperti yahh kasus Andrew dulu. Tapi tragisnya, aku baru saja menyadari perasaanku terhadap Shane, tapi apa yang dia lakukan?
Jujur aku tak mengerti jalan pikirannya, Dia mengajakku ke NYE, memberiku hadiah mahal, memujiku, kemudian? Membiarkanku dipermalukan? What a good combination! Kurasa Shane memang mempunyai masalah dengan kepribadiannya! He needs to check up.
Beberapa kali Shane mencoba untuk berbicara denganku, tapi aku selalu mengacuhkannya.
Aku muak dengannya, tapi aku lebih muak pada diriku sendiri yang ternyata masih menyukainya.
"Bisakah kalian berbaikan saja?"
Jannice menghalangi pandanganku dari tv, berdiri tepat didepanku dengan tangan menyilang ke dada.
Aku mengerang, tak bisakah ia diam saja dan membiarkanku menonton dengan tenang malam ini? Sudah lama aku tidak nonton tv karena menghindari makhluk itu. Dan ini kesempatan emasku karena dia sedang tak ada dirumah.
"Aku tau Shane memang salah, tapi setidaknya dia sudah berusaha untuk berbicara denganmu! Apa salahnya jika kau dengarkan dulu?"
Aku tak menanggapi perkataan Jannice, masih mencoba mencari celah untuk menonton dari balik badannya.
Dan 'clackk' Jannice mematikan tv nya, membuatku mendelik sebal kearahnya.
"Ohh Niki.. Please!" Jannice memohon.
"Entahlah Jannice, aku tak tau! Aku hanya perlu waktu, mungkin?" Aku mengusap kepalaku seolah gatal. Jannice membuka mulutnya siap memprotes.
"Tapi-"
"Jannice, please! Aku hanya perlu waktu, aku yakin kami bisa berbaikan, umm mungkin. Tapi bukan untuk sekarang! Aku belum siap, ok? Tidak dengan semua yang telah terjadi." Ada penekanan dikalimat terakhirku, tak ingin mendengar bantahan apapun dari Jannice. Aku hanya menunggu hatiku siap untuk itu, karena aku tau bahwa aku yang sekarang masih sangat menyukai Shane. Dan setiap kali aku melihatnya, hatiku menjadi lemah. Aku tak ingin tersakiti lagi.. Sungguh!
I just need a few more times to calm myself and to a few times to forget all of my feelings for him.
Jannice mengangguk sambil menghela napasnya. Aku tau Jannice sangat ingin aku berbaikan dengan Shane, dan aku menghargai itu. Tapi keadaan belum membaik, dan dalam seminggu ini aku harus menekan rasa maluku, dan rasanya tak semanis madu.
"I'm home" Sebuah suara muncul dari arah pintu depan, spontan aku terlonjak dari sofa dan berlari ke kamarku. Aku sungguh tak ingin melihat Shane sekarang. Hatiku belum siap!
Aku duduk di tempat tidurku, menempelkan telingaku ke dinding, berharap dapat mendengar percakapan Pirang dan Jannice.
"Dia mungkin memang perlu waktu!" Jannice membuka pembicaraan, dan aku tau siapa yang ia maksud.
Aku berdebar, menunggu Shane berbicara
"Ini memang salahku Jannice, tapi tak ada yang bisa kuperbuat! Semuanya menjadi serba salah."
Suara Shane yang parau terdengar jelas ditelingaku. Apa maksudnya 'serba salah'?
"Jangan katakan itu padaku Watson! Katakan padanya." Tukas Jannice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Blue
RomanceLove comes whenever it like Kapanpun, Dimanapun, Kepada siapapun tidak mengenal ras serta suku Cinta bisa datang dari belahan bumi manapun tak pernah kau sangka dan kau duga Namun ada cinta yang hanya menginginkan materi Begitulah menurut Niki Dikhi...