Aku mengerjapkan mataku pelan ketika cahaya mengenai mataku, masuk melewati jendela. Hal pertama yang kurasakan adalah berat. Kualihkan pandanganku ke sumber beban itu, kulihat tangan kokoh seseorang masih menggelayut di pinggangku.
Shane masih memelukku.
OH MY GOD!!!!
Semalam aku tidur bersama seorang pria!!!! Maksudku ya benar-benar tidur, bukan ada hal 'lain'.
Dengan hati-hati kugeser tangan si pirang dari pinggangku, tapi itu malah makin membuatnya mempererat pelukannya.
Oh Tuhan!!Jujur aku tak tega membangunkan si bodoh ini, setelah mengingat ekspresi nya semalam, saat bercerita padaku. Sekarang aku hanya bisa terdiam menatap langit-langit kamarnya, menunggu si pirang ini bangun.
Aku tidak bisa menghentikan cengiran bodoh dari wajahku, aku merasa ikatan kami semakin erat setelah bercerita satu sama lain. Aku jadi merasa lebih mengenal Shane Watson. Itu hal yang kusyukuri.
"Kau tersenyum seperti orang bodoh"
aku menoleh ke sumber suara disebelahku, ternyata dia sudah bangun. Mataku terbelalak, dengan segera kulepaskan diriku darinya.
"Te-ternyata kau sudah bangun!!!" Aku beranjak dari tempat tidurnya sembari memukul lengan atletis Shane.
Si pirang tiba-tiba membuka kaus yang dipakainya, membuatku semakin melotot. Mataku secara naluriah terfokus pada pack-pack di perutnya. Shit!
"Ke-kenapa kau membuka bajumu?" Aku menelan salivaku *masih* terfokus pada dadanya.
Shane terkekeh melihat wajahku yang mulai merona.
"Aku ingin mandi bodoh! Bukannya kita harus kuliah hari ini?" Tukasnya sambil nyengir, ia kemudian mengambil handuk dari gantungan di sebelah lemari nya.
Shane lalu melorotkan celana training yang ia pakai, menampakkan setengah celana boxer nya. Spontan aku berteriak
"AAAAAA!!! WHAT THE HECK?! KALAU BUKA BAJU JANGAN DISINI BODOH" aku menutup mataku dengan kedua tanganku.
"Why? Ini kamarku" Shane merentangkan tangannya.
"TAPI MASIH ADA AKU! DASAR PSYCHO!" Dengan langkah seribu kuderapkan kakiku keluar dari kamar si pirang. Bammm, kubanting pintu kamarnya kuat-kuat sampai kudengar tawa Shane meledak.
Aku terlalu sibuk menetralkan degup jantungku tanpa menyadari Jannice yang sedang duduk di sofa ruang santai tercengang menatapku. Mampus!! Dia melihatku keluar dari kamar Shane.
Jannice semakin menatap horor ke arahku ketika melihat Shane juga keluar dari kamarnya bertelanjang dada.
"Wow! Kalian baru baikan semalam, dan apa ini? kalian sudah tidur bersama?" Jannice menggeleng takjub.
"Tidak! Kami tidak tidur bersama, ma-maksudku ya memang kami tidur bersama, tapi demi Tuhan bukan 'tidur' seperti yang kau pikirkan!" Aku berusaha meyakinkan Jannice. Dahi Jannice berkerut, menandakan 'kau tak meyakinkan'.
Jannice kemudian memandang Shane, melemparkan tatapan 'apa itu benar', Shane mengendikkan bahu dan berderap ke kamar mandi. Dia tidak memberi pembelaan apapun!! Arggh.
"Oke aku menuntut penjelasan!" Jannice menyilangkan tangan nya ke dada, menungguku menjelaskan.
"Jadi?" Ia kemudian mengetuk-ngetukkan kaki nya ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Blue
RomanceLove comes whenever it like Kapanpun, Dimanapun, Kepada siapapun tidak mengenal ras serta suku Cinta bisa datang dari belahan bumi manapun tak pernah kau sangka dan kau duga Namun ada cinta yang hanya menginginkan materi Begitulah menurut Niki Dikhi...