(43) Semua Harus Tau

485 96 148
                                    

Jangan lupa tekan bintang untuk Gummy🍭
------

"Gue ngerasa jadi manusia paling bego karena dibodohi sampai sejauh ini."


------
Selamat membaca, semoga kamu terhibur :))
------

Lorong itu sepi, tidak ada orang berlalu lalang. Hanya terdengar denting jam dinding yang berbunyi teratur. Selain sepi lorong itu juga dingin, sedingin air hujan yang sekarang sedang turun di luar. Tapi dari tadi ada seseorang yang setia berdiri di sana. Berdiri di tempat sepi itu sendirian.

Dia Caramel Gummy Candy.

Hampir dua jam dia ada di sana. Berdiri di depan ruangan ICU tanpa kata. Dari Jendela kaca besar, dari tadi gadis itu melihat satu objek yang terkulai lemah di dalam sana.

Ayahnya, Rafi Sanjaya.

Matanya terpejam, kulitnya pucat, tubuhnya dipenuhi alat-alat penunjang kesehatan. Sosok Rafi Sanjaya yang biasanya mendominasi dengan tatapan tenang tapi mengintimidasi dan senyuman meremehkannya kini hilang. Hanya ada Rafi Sanjaya yang terbaring lemah tidak berdaya.

Dalam hati Gummy berdenyut perih.

Setelah semua yang terjadi, seharusnya dia tidak usah merasakan keperihan ini kan?

Tapi kenapa dia justru tidak kuasa melihat ayahnya seperti itu? Mengapa hatinya terlampau sakit melihat ayahnya jadi selemah itu?

Ditambah kenyataan yang baru dia dengar waktu perjalanan ke Jakarta tadi. Rasanya luka yang dia dapatkan seharian ini menganga semakin lebar.

Air matanya yang biasanya dia sembunyikan rapat-rapat hari ini tumpah tidak terhingga. Sesak sekali rasanya. Sungguh, semesta benar-benar mengujinya seharian ini.

Raga, Elang, Jane sampai papanya, semuannya memberi kejutan tidak terduga.

Sebenarnya Gummy lelah, tapi untuk sekedar menaruh pundaknya Gummy tidak bisa. Dia tidak boleh menyerah. Setelah mengetahui beberapa kebenaran tentang ayahnya, jangankan berpikir untuk menyerah, pikirannya sudah penuh karena ayah.

Keadaan lorong yang sepi semakin mendukung kesedihan Gummy. Papanya adalah salah satu public figure terkenal di Indonesia, pengamanan jelas diperketat. Istri papanya menyewa satu lantai paling atas, tidak membiarkan awak media mendapatkan informasi sedikitpun.

“Ganti baju dulu, nanti lo makin kedinginan.” Sebuah paper bag diulurkan ke hadapannya.

Tapi Gummy hanya melirik, tidak menimpali bahkan menerima paper bag itu.

“Ini ambil, muka lo udah pucet banget,” kata suara itu lagi.

Tapi Gummy masih diam.

Membuat orang yang ada di sampingnya kini mendesah frustasi. Sudah hampir dua jam Gummy hanya membisu di tempatnya. Sejak dirinya menjemput gadis itu tadi sampai sekarang, gadis itu enggan mengeluarkan kata. Beda sekali dengan Gummy si ceria dan banyak bicara yang selama ini dia tahu.

Dia tidak menyangka kalau gadis ceria ini serapuh itu. Tangisnya di taman tadi siang menggambarkan betapa rapuhnya gadis itu. Siapapun yang melihat Caramel Gummy Candy tadi, pasti setuju kalau gadis itu memang sedang kesakitan.

“Yaudah makan dulu kalau gitu, lo mau makan apa? Mau gue pesenin apa? Nasi goreng? Seblak? Donat? Nanti sama caramel macchiato juga, mau?

Sayangnya Caramel Gummy Candy masih membisu.

“Jangan gini dong Gum, lo biasanya banyak omong—“

“Makan dulu ya, nanti kamu sakit.” Suara seorang perempuan memotong ucapan orang yang dari tadi berusaha membujuk Gummy.

Hello, Gummy. (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang